SITUS BERITA TERBARU

[Kali Ini Bener... FULL MULUSTRASI] Kisah Kekuatan Media Sosial

Monday, May 18, 2015
Kisah Kekuatan Media Sosial

Pedagang emperan, kakek dengan hidup yang pahit, hingga sumpah sopir taksi. Baca kisah mereka.

Dream - Datanglah hari itu. Saat mimpi Alex Ridwan menjadi nyata. Menyaksikan si bungsu berulang tahun. Dilayani bak pangeran. Rabu 6 Mei lalu, gerai restoran cepat saji menjadi saksi cinta sang ayah kepada sang putra itu.

Di panggung mungil itu, anak bungsu Alex, Rangga, bertahta. Merayakan ulang tahun ke lima. Bergelimang kado dan persembahan. Membagi bahagia bersama puluhan teman. Suka cita benar-benar meruap dari ruang seluas lapangan badminton itu.

"Alhamdulillah. Akhirnya saya bisa mewujudkan impian Rangga," tutur Alex dengan mata berkaca-kaca pada Rabu 6 Mei silam.

Pesta di kedai Kentucky Fried Chicken (KFC), Gaplek, Tangerang Selatan, itu sungguh istimewa. Perayaan yang tak pernah terbersit di benak. Sudah lima tahun usia si bungsu, baru kali ini dirayakan dengan sebuah pesta.

Menggelar ulang tahun seperti itu menjadi muskil bagi Alex. Dompetnya sebagai sopir taksi tak seberapa. Sang istri, Ipah, juga hanya buruh cuci. Jangankan menjamu puluhan tamu. Untuk makan sekeluarga di resto semacam itu, susahlah dianggarkan.

"Terimakasih untuk semua ini. Jika tidak ada bantuan dari banyak orang, saya dan bapak tidak bisa buat pesta seperti ini. Kami cuma orang kecil," kata Ipah sambil berurai air mata.

Ipah memang pantas menabur ucapan terimakasih. Sebab, perayaan ulang tahun Rangga dihelat atas prakarsa banyak orang. Dari KFC, perusahaan tempat Alex bekerja, dan yang tak kalah penting adalah sokongan ribuan orang lewat media sosial.

Pesta ulang tahun Rangga memang bisa disebut sebagai buah dari kekuatan media sosial. Adalah Ankatama, seorang penguna media sosial, yang pertama kali menemukan kisah ini. Pada sebuah pagi, penyiar GenFM ini menumpang taksi Blue Bird yang dikemudikan Alex. Melaju dari Bintaro menuju ke kawasan Senopati, Jakarta Selatan.

Selama perjalanan, mata Ankatama terharu pada sebuah foto anak kecil di atas dashboard taksi. Dia penasaran. Lalu bertanya kepada Alex, "Itu foto siapa?" Kisah di balik foto itu pun mengalir. Kepada Ankatama, Alex mengaku sengaja memajang foto putra bungsunya, demi memompa semangat mencari rejeki.

Kepada sang penumpang itu pula, Alex menyampaikan sangat ingin mengajak anaknya yang tengah sakit typus itu untuk makan di KFC. Membelikan tas sekolah. Semua rencana itu hanya untuk membahagiakan sang putra di hari ulang tahun itu.

Kisah sang sopir itu menggetarkan hati Ankatama. Ia trenyuh. Tangisnya pecah. Airmata mengucur dari sudut kedua mata. Ankatama buru-buru menyeka dengan tisu. Malu ketahuan sopir itu.

Ankatama lantas merogoh ponsel di dalam tas. Diam-diam, dia mengambil gambar Alex dan foto yang terpajang di dekat panel speedometer mobil. Foto itu kemudian diunggah ke akun Path. Diberi sedikit keterangan.

Dalam hitungan menit efeknya sungguh luar biasa. Di luar dugaan. Bak wabah. Foto yang diunggah Ankatama itu menyebar ke sekujur media sosial. Tak hanya Path. Foto itu juga terpajang di Facebook, juga media sosial lain.

Dan seperti dihela tangan yang tak kelihatan. Jagat media sosial bergerak. Memberi dukungan. Hingga akhirnya menghampiri hati sejumlah kalangan, yang terketuk mewujudkan mimpi Alex. Merayakan ulang tahun si bungsu. Mimpi yang bagi sebagian kalangan mungkin teramat sederhana. Namun muskil bagi Alex dan keluarga.

***

Pada jaman kejayaan digital ini, informasi apapun memang bisa melesat bak meteor ke seluruh bumi. Saluran jagat maya, membuat peristiwa sekecil apapun di sebuah sudut bumi, bisa dengan cepat diketahui pada belahan lain. Apalagi bila informasi itu bergulir secara massif lewat media sosial.

Kecepatan laju informasi itu seiring dengan membludaknya jumlah penguna internet. Di Indonesia, misalnya, jumlah penduduk yang memakai internet melejit cepat. Lihat data Kementerian Komunikasi dan Informatika berikut ini.

Pada 2013 pengguna internet Indonesia mencapai mencapai 63 juta orang. Sekitar 95 persen di memakai internet untuk mengakses jejaring sosial. Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook. Terbesar setelah Amerika Serikat, Brasil, dan India. Indonesia juga menjadi negara terbesar ke lima sebagai pengguna jejaring Twitter.

Pada dua tahun lalu itu pula, pengguna Path di Indonesia mencapai 700.000 orang. Line sebesar 10 juta pengguna, Google+ 3,4 juta, dan Linkedlin 1 juta. Jumlah penguna yang mengunung itulah yang menyebabkan informasi apapun akan tersebar dengan cepat. Jarak dan waktu sudah hilang.

Kekuatan media sosial itulah yang meciptakan kisah Alex dan Rangga menjadi terlihat ajaib. Tak butuh waktu lama. Setelah kisah itu diunggah ke media sosial, Alex langsung diundang salah satu stasiun televisi. Dia diwawancara untuk menuturkan kisah haru itu. Telepon Alex tak berhenti berdering. Media massa ramai-ramai menelepon. Mengali kisah yang menggugah itu.

Berbagai informasi itu juga mendarat di KFC. Manajemen waralaba itu tergugah. Mereka lalu memberi tempat untuk perayaan ulang tahun Rangga.
Ditambah 50 voucher makan gratis untuk para undangan. Sementara, bos perusahaan taksi tempat Alex bekerja juga menaruh simpati. Pada subuh yang masih gelap, seorang petinggi perusahaan itu mengunjungi pul taksi untuk menyerahkan hadiah untuk Rangga.

***

Rasa kemanusiaan memang terasa muda dihela lewat media sosial. Selain kisah Rangga itu, sudah banyak kisah mengharukan yang menyebar lewat jejaring ini. Dari kisah pedagang di emperen hingga orang-orang susah yang memerlukan bantuan. Banyak hati tergerak menolong.

Berbulan lalu, misalnya, media sosial telah "mengangkat" hidup Turinih. Penjual getuk yang biasa berdagang di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Bak rollercoaster. Nasib gadis Indramayu itu melambung ke awang-awang, setelah ramai dibicarakan di media sosial.

Kisah dara yang karib disapa Ninih itu, juga membetot perhatian pengguna media sosial. Penjual getuk cantik itu ramai dibicarakan jejaring gaul. Dan sesudah itu, Ninih kebanjiran undangan wawancara. Gadis emperan itu pun semakin berkibar.

Dan kini lihatlah. Dia boleh saja mengubur mimpi untuk menjadi dokter. Perempuan lulusan sekolah dasar ini telah menjadi artis. Sebuah lagu berjudul "Selingkuh 3 Kali" telah diluncurkan di bawah manajemen E-Komando milik komedian Eko Patrio. Dari tukang getuk, Ninih menggebrak blantika musik Indonesia.

Atau simaklah kisah pilu Mbah To. Pemulung Yogyakarta. Kakek berusia 78 tahun itu hidup sebatang kara. Dia jauh-jauh merantau dari kampung halaman di Madiun, Jawa Timur, untuk mengadu nasib di Kota Gudeg itu.

Tapi kenyataan tak semanis mimpinya. Di Yogyakarta, nasib kakek bernama asli Wagiso itu tak lebih baik. Dia terlunta-lunta di jalanan. Tidur beralas tanah. Beratap langit. Berpindah dari satu emper toko ke emper lain.

Dan lagi-lagi media sosial menjadi "penyelamat". Keberadaan Mbah To direkam oleh wartawan Brilio.net. Bak topan. Kisah pilu Mbah To segera menyapu topik pembicaraan di media sosial. Dan sama seperti kisah-kisah lainnya, simpati susul menyusul datang, lalu mengalir deras.

Sejumlah informasi itulah yang menggerakan Paguyuban Madiun. Mereka beriniatif memulangkan Mbah To dari kota itu. Tak hanya mempertemukan dengan keluarga, paguyuban itu juga memberikan gerobak sederhana untuk modal usaha.

Kisah Alex, Ninih, dan Mbah To, memberi harapan, budaya tolong menolong, yang diwariskan kakek nenek kita, belum tenggelam di riuh kemajuan. Jejaring sosial justru bisa merawat. Menemukan kisah-kisah itu, membagi dan sukses mengetuk banyak hati.

Sumber: http://www.dream.co.id/news/kisah-ke...l-1505182.html

Baca Juga:
1. Perayaan Ultah Anak Sopir Taksi yang Menggetarkan Hati 
2. Sosial Media Kerek Ninih Penjual Getuk Jadi Artis Sungguhan 
3. Keajaiban Sosial Media Bantu Mbah To Pulang ke Rumah 

Inspiratif juga gan, nggak ngebayangin kejadian ini bisa terjadi sepuluh tahun lalu waktu sosmed belum ada...

Link: http://adf.ly/1HNdg6
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive