SITUS BERITA TERBARU

Regina 2 tahun Blusukan di Hutan Demi Wildlife Photography

Friday, May 8, 2015
Regina 2 tahun Blusukan di Hutan Demi Wildlife Photography

Jakarta - Tidak banyak perempuan yang berani mengambil risiko ini. Bermalam di hutan dengan ancaman malaria. Menyusuri jalan setapak dan tebing terjal. Pernah terjatuh ke ngarai dan nyaris tidak bisa melanjutkan memotret karena kamera nyemplung ke sungai.

"Tujuan utama saya untuk kampanye lingkungan. (Selain itu), ketika saya mencari foto-foto wildlife di Indonesia, yang keluar foto-foto yang dihasilkan fotografer asing. Saya terpanggil," kata fotografer Regina Safri atau yang biasa disapa Rere memberikan alasannya jumpalitan ke belantara Sumatera kepada detikINET.

Saat ditemui di Jakarta, Selasa (5/5/2015), Rere baru pulang dari hutan Linge Isaq Takengon, Aceh Tengah. Di sana ia menginap 3 hari di dalam hutan hanya untuk memotret orang utan. Maklum, mencari orang utan di alam bebas tidak semudah mencari di hutan konservasi atau di kebun binatang. Butuh kesabaran ekstra.

"Saat sedang mandi di sungai saya lihat ada orang utan di atas saya. Di pohon-pohon tinggi. Saya langsung menyambar kamera dan membidik memakai file RAW kalau nanti mau di-cropping. Itu betul-betul kejutan, surprise banget karena sudah hampir putus asa kalau nggak dapat orang utan," ucapnya.

Aceh merupakan ujung Sumatera yang ia blusuki. Sebelumnya, ia menyisir hutan di Riau dan melanjutkan dari ujung selatan di Lampung. Kemudian bergerak ke utara menyusuri Bukit Barisan, Jambi, dan Aceh. Beberapa satwa khas menjadi target utama seperti harimau Sumatera, Badak, dan gajah.

Oh iya, perjalanan yang dimulai Maret 2013 tersebut ia lakukan selama dua tahun diselingi jeda waktu untuk keperluan akomodasi dan logistik di kota asalnya, Yogyakarta.

"Saya mulai dari hutan hutan Tesso Nillo, Riau. Kemudian ke Lampung, Way Kambas. Di Jambi saya memotret suku Talang Mamak. Suku ini belum sepopuler Suku Anak Dalam. Suku Talang Mamak masih percaya bahwa mereka masih hidup di dalam Bahtera Nabi Nuh. Jadi setiap mau menebang pohon atau melakukan sesuatu (didahului) berdoa meminta izin ke Nabi Nuh," kata pemegang gear Canon tersebut.

Uniknya, Rere tidak mempunyai pengalaman survival di alam liar. Ia mengaku belajar dari nol untuk bisa beradaptasi dengan hutan. Sementara untuk memotret wildlife, ia banyak belajar kepada Riza Marlon -- salah satu legenda hidup fotografer alam liar Indonesia.

"Ketika mahasiswa saya bukan yang suka naik gunung. Nggak ada pengalaman survival sama sekali. Ya banyak belajar pada yang sudah biasa seperti teman teman di NGO, polisi hutan atau warga sekitar hutan," ucapnya.

"Untuk foto wildlife saya banyak bertanya ke Bang Riza Marlon. Dari masalah teknis sampai pendekatan dengan masyarakat hutan," tandas Rere.

Hanya saja, foto-foto wildlife Sumatera tersebut baru bisa dinikmati secara lengkap akhir tahun ini dalam bentuk buku. Menurutnya, sekarang masih dalam proses editing dan berlanjut ke proses kurasi dan produksi.

Buku itu bakal melengkapi petualangannya di hutan Kalimantan selama 8 bulan dan menelurkan buku foto 'Orangutan: Rhyme & Blues' pada 2013 lalu. "Targetnya buku Wildlife Sumatera tahun ini sudah jadi," tukas juru foto lulusan UPN Veteran Yogyakarta itu.

Sumber  (inet.detik.com)

Benar2 inspiratif nih, ini baru namanya cinta tanah air, semoga sukses bukunya ya kak

Regina 2 tahun Blusukan di Hutan Demi Wildlife Photography



Link: http://adf.ly/1GeHaH
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive