JAKARTA, KOMPAS.com - Ledakan di kawasan RT 16/9, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (8/4/2015) lalu, merupakan tanggungjawab intelijen Polri. Hal tersebut dikemukakan oleh pengamat perkotaan, Azas Tigor Nainggolan.
"Insiden ini merupakan kegagalan intelijen (polri) dan (mereka) harus bertanggungjawab," ujar Azas Tigor kepada Kompas.com, Kamis (9/4/2015).
Menurut Tigor, intel Polri telah lalai dalam menjalankan tugasnya selaku spionase. Sehingga, berimbas pada insiden ledakan yang melukai empat warga. Padahal, lanjutnya, intel seharusnya bisa mencegah terjadinya ledakan. Jika mereka mampu mengendus indikasi warga yang menyimpan bahan peledak.
Intel polri, kata Azas Tigor, seharusnya berkoordinasi juga dengan sejumlah satuan perangkat kerja daerah (SKPD) di setiap wilayah. Mulai dari tingkat kelurahan hingga kecamatan. Sehingga, antara intel Polri dan SKPD bisa saling bersinergi, saling bahu-membahu menciptakan lingkungan yang kondusif.
Tigor menduga, baik intel maupun SKPD seolah mendiamkan kejahatan dan pelanggaran meski mengetahui hal tersebut. "Setiap kelurahan, terdapat anggota Polri yang bertugas sebagai Babinkamtibmas. Nah kemana mereka selama ini. Begiu juga Lurah, aparat Lurah dan Camat. Kerja apa mereka? Kok bisa tidak tahu ada warga yang nyimpan bahan bom? Jadi aparat Pemda juga kebobolan tuh," tuturnya.
"Insiden ini merupakan kegagalan intelijen (polri) dan (mereka) harus bertanggungjawab," ujar Azas Tigor kepada Kompas.com, Kamis (9/4/2015).
Menurut Tigor, intel Polri telah lalai dalam menjalankan tugasnya selaku spionase. Sehingga, berimbas pada insiden ledakan yang melukai empat warga. Padahal, lanjutnya, intel seharusnya bisa mencegah terjadinya ledakan. Jika mereka mampu mengendus indikasi warga yang menyimpan bahan peledak.
Intel polri, kata Azas Tigor, seharusnya berkoordinasi juga dengan sejumlah satuan perangkat kerja daerah (SKPD) di setiap wilayah. Mulai dari tingkat kelurahan hingga kecamatan. Sehingga, antara intel Polri dan SKPD bisa saling bersinergi, saling bahu-membahu menciptakan lingkungan yang kondusif.
Tigor menduga, baik intel maupun SKPD seolah mendiamkan kejahatan dan pelanggaran meski mengetahui hal tersebut. "Setiap kelurahan, terdapat anggota Polri yang bertugas sebagai Babinkamtibmas. Nah kemana mereka selama ini. Begiu juga Lurah, aparat Lurah dan Camat. Kerja apa mereka? Kok bisa tidak tahu ada warga yang nyimpan bahan bom? Jadi aparat Pemda juga kebobolan tuh," tuturnya.
Tigor berpendapat, kejahatan semacam itu tak seharusnya lolos dari pengawasan intel dan SKPD. Kecuali, memang ada pembiaran dari aparat. Menurutnya, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama "Ahok", juga perlu turun tangan dalam mengontrol anak buahnya.
"Ahok sebaiknya evaluasi aparat wilayahnya yang 'kotor' dan bermasalah seperti kasus (transaksi narkoba) di TPU Menteng Pulo dan ledakan di Tanah Abang. Ahok harus memperbaiki kinerjanya (sebagai gubernur). Tidak hanya ngomong, tebar wacana dan ricuh terus," paparnya.
Sebelumnya, warga RT 16/9, Tanah Abang, dikagetkan dengan bunyi ledakan keras, Rabu (8/4/2015) sekitar pukul 14.15 WIB. Empat orang yang terluka dalam peristiwa itu diketahui masih berstatus warga sekitar. Namun, hasil pemeriksaan polisi, alamat KTP keempat korban bukan di wilayah Tanah Abang.
Empat korban atas nama Rukam (56) alias Suro, warga Ciledug, Asep (67) yang merupakan warga Kebon Kacang, Amir (30) alias Bogel warga Kebon Kacang, dan Feri (31) asal Indramayu. Saat ini, keempat korban masih dirawat intensif di RS Pelni Tanah Abang dan RS Polri Bhayangkara Kramat Jati, Jakarta Timur.
Sumber (nasional.kompas.com)
Intelijen Polri kan selama ini sibuk mengorek ngorek tong sampah mencari cari kesalahan pimpinan dan pegawai KPK. Ditambah lagi sibuk mengawasi gerak gerik orang orang KMP sampai ke daerah.
Dikutip dari: http://adf.ly/1EFNfE


