SITUS BERITA TERBARU

Mencari Peluang Bagi Indonesia di Era Inovasi Teknologi

Wednesday, April 29, 2015
Mencari Peluang Bagi Indonesia di Era Inovasi Teknologi

JAKARTA (IndoTelko) – GSMA Intelligence memperkirakan dalam tiga tahun mendatang penjualan smartphone global diperkirakan melampaui 8 miliar unit dimana 80% perangkat komunikasi bergerak yang beredar masuk kategori pintar dengan nilai pasar pada 2014 lalu US$3,3 triliun.

Pemerintah Indonesia menyadari hal ini dan mencoba mengantisipasi dengan menggulirkan aturan kandungan lokal atau Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) bagi teknologi 4G di sisi perangkat dan jaringan. Apakah ini cukup membuat Indonesia berbicara banyak nantinya?

"TKDN hanya bicara teknologi, belum cukup. Kita harus menjadi pemilik paten teknologi. Dlaam satu perangkat itu ada banyak paten, itu yang mahal," ungkap Country Representative Fraunhofer Ida Bagus Kesawa Narayana dalam seminar bertajuk "Membangun Inovasi Indonesia" kemarin.

Menurutnya, kepemilikan terhadap teknologi bisa tumbuh dengan penelitian dan pengembangan, insentif, serta permintaan teknologi.

"Mendirikan litbang bukanlah hal yang mudah. Ini membutuhkan komitmen dan alokasi dana yang tak sedikit. Idealnya, pemerintah yang memiliki sumber daya bisa menggulirkan dana," katanya.

Peluang
Wakil Presiden dan Direktur Kajian Pemerintahan Brookings Insitution Darrel West mengungkapkan, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan agar peluang datang ke sebuah negara agar tidak hanya menjadi pasar.

"Ada model investasi lain yang juga bisa ditempuh yaitu standar teknologi, peranti lunak, dan pengelolaan spektrum frekuensi," katanya.

Dalam kasus Indonesia, peluang terbaik di industri perangkat bergerak adalah pengembangan aplikasi. Rujukannya, hasil kajian InMobi yang menyatakan pengguna aplikasi bergerak di Indonesia mencapai 9% dari total pengguna global atau merupakan nomor empat terbanyak setelah Amerika Serikat, Tiongkok, dan India, dan lebih banyak dibandingkan Korea Selatan.

Dalam pertumbuhan unduhan aplikasi, Indonesia juga nomor empat paling pesat setelah China, Rusia, dan India dengan pertumbuhan 44%.

"Di abad ke-21 ini, adalah pilihan yang sangat sulit bagi setiap negara untuk memutuskan investasi mana yang akan mereka. Investasilah di sektor yang memang pertumbuhannya tinggi" kata West.

Menurutnya, untuk bisa meraih peluang di sektor aplikasi ini, sebuah negara butuh banyak insinyur peranti lunak, ahli analitik data dan visualisasi data.

Segendang sepenarian, Wakil Presiden Urusan Pemerintah di Qualcomm Tom Wasilewski mengatakan Indonesia harus lebih memperhatikan pada pengembangan aplikasi bergerak dibanding misalnya ikut mendirikan industri semikonduktor yang memasok chip ke pembuat prosesor perangkat bergerak.

"Butuh investasi modal yang besar bagi Indonesia untuk masuk ke level foundry semikonduktor. Peluang Indonesia lebih besar pada sisi aplikasinya," sarannya.

Sekadar diketahui, di Asia, pemain foundry semikonductor ini banyak terdapat di Tiongkok, Taiwan, dan sebagian di Singapura dan Malaysia. Belum ada satu pun di Indonesia.

"Kami tidak memiliki pabrik di Indonesia. Apa yang bisa kami berikan ke Indonesia adalah keahlian dalam riset dan pengembangan. Kami sedang menjalin pembicaraan dengan pemerintah Indonesia mengenai kerja sama ini," pungkasnya.(id)

sumber : http://www.indotelko.com/kanal?c=id&...a-di-Teknologi 


Link: http://adf.ly/1G0Mek
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive