Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Tunggu Perintah Jokowi

Monday, April 13, 2015
Wacana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) belum juga menemui titik terang setelah pergantian pemerintahan. Masalah yang kini menjadi hambatan adalah soal dukungan pemerintah pusat terhadap PLTN.

Pembangunan PLTN sejalan dengan amanat UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Rencananya pada periode 2015-2019 seharusnya sudah ada PLTN di Indonesia.

"Kita butuh dukungan masyarakat, Pak Habibie (dulu Menristek), SBY, Jokowi, kalau masyarakat mengerti PLTN dan Jokowi go, ya akan go, kita nunggu Jokowi," kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto dalam diskusi Energi Kita, "PLTN yang Aman dan Efisien untuk Mengatasi Krisis Listrik," di Restoran Bumbu Desa Cikini, Jakarta, Minggu (12/4/2015).

Menurutnya, PLTN dinilai lebih aman dan efisien untuk menghasilkan listrik dalam jumlah besar mencapai 1.000-1.400 MW untuk 1 pembangkit. Hal ini menjadi kelebihan yang tidak dimiliki oleh sumber energi listrik lainnya seperti BBM, batu bara, gas, air dan lain-lain.

"Kita punya potensi lain tapi nuklir punya kelebihan, bersih artinya nggak keluarkan emisi karbon. 1 PLTN bisa hasilkan daya yang besar 1.000-1.400 MW, itu nggak dipunyai yang lain. Dua tahun lebih nggak akan berhenti operasinya ketimbang yang lain," katanya.

Djarot menyebutkan, sumber energi lain yang juga bisa menghasilkan listrik selain nuklir adalah panas bumi, matahari, air, angin, dan biofuel. Masing-masing sumber energi tersebut punya karakter sendiri.

"Semua punya kelebihan dan kekurangan, untuk solar cell untuk matahari nggak berdaya besar, bisa juga 1000 MW tapi separoh area Jakarta akan tertutup oleh panel surya dan masalah penyimpanan listrik masih jadi kendala akinya. Mungkin cepat abis, karena hanya siang hari saja," jelasnya.

Sementara itu, untuk geotermal atau panas bumi, punya potensi 29 Giga Watt (GW), sayangnya banyak lokasi geotermal merupakan kawasan terpencil atau area hutan lindung.

Misalnya di Bali banyak sumber geothermal bagus, tapi penduduk lokal menganggapnya sebagai tempat suci sehingga dilarang dieksploitasi.

Sumber energi lain adalah biofuel dengan menggunakan tanaman atau pohon jarak. Namun, butuh banyak tanaman agar bisa menghasilkan biofuel. Sementara banyak kalangan mengatakan, hal itu akan membuat kompetensi lahan tanaman untuk pangan dengan kebutuhan energi.

"Itu yang harus diselesaikan. Terus hutan juga itu akan jadi tantangan tersendiri, apa itu hutan lindung atau ladang energi. Kita ingin dorong semua," tandasnya.

http://finance.detik.com/read/2015/0...erintah-jokowi

Tinggal nunggu Jokowi

Dikutip dari: http://adf.ly/1EdkQ0
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive