Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Momentum Mengembalikan Semangat Konferensi Asia-Afrika

Tuesday, April 21, 2015

Saat ini, para pemimpin Asia-Afrika akan bersama-sama menapaktilasi langkah pendahulu mereka dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955. Namun, apakah perhelatan ini juga akan meninggalkan dampak yang signifikan dalam membentuk wajah dunia? Di dunia kita yang tengah berubah, penting untuk merenungi kembali makna Konferensi Asia-Afrika dan relevansinya bagi kita.

KAA, yang diselenggarakan pada 18-24 April 1955, adalah salah satu momentum penting dalam pembentukan tata dunia baru pasca-Perang Dunia II. KAA menjadi panggung bagi negara-negara Asia-Afrika untuk mengatakan bahwa mereka adalah aktor yang sejajar dalam hubungan antarnegara dengan mengenalkan konsep "Dunia Ketiga". Saat itu, para pemimpin Asia-Afrika mendeklarasikan bahwa mereka tidak ingin menjadi sekadar "obyek" seperti saat mereka menjadi korban kolonialisme. Mereka bertekad menjadi "subyek" yang dapat berperan bebas dan aktif dalam sistem internasional untuk mewujudkan cita-cita nasional mereka sendiri, dan dengan demikian menciptakan sistem internasional yang lebih adil.

Lebih jauh lagi, konsep "Dunia Ketiga" ini juga menegaskan adanya "keunikan" negara-negara Asia-Afrika dan dengan demikian menyampaikan tuntutan bahwa tata dunia yang baru harus mengakui keunikan tersebut. Keunikan tersebut adalah kenyataan bahwa negara-negara Asia-Afrika adalah negara-negara yang baru saja merdeka dari penjajahan dan merasakan dampak sistemik dari penjajahan yang panjang itu. Tatanan dunia yang dibangun tanpa memperhatikan fakta ini akan melanggengkan penindasan yang dihadirkan oleh kolonialisme. Dari sinilah lahir konsep "right to development" (hak atas pembangunan).
Menjelang peringatan 60 tahun KAA ini, dunia sedang berubah. Krisis keuangan global pada 2009-2010 dan Krisis Eurozone tidak hanya menandai berkurangnya dominasi kekuatan-kekuatan status quo dalam sistem internasional, tapi juga menghadirkan pertanyaan tentang keandalan tatanan internasional yang liberal.

KAA harus menjadi momentum untuk membuka jalan baru bagi reformasi tatanan dunia. Tanpa itu, 60 tahun KAA tak lebih dari nostalgia. Kita berharap, melalui peringatan KAA tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk tindak nyata dalam menyatukan visi dan misi dari negara-negara yang hadir seperti kerjasama yang saling menguntungkan (ekonomi, politik, militer dan lainnya). Selain itu, diharapkan memperkuat hubungan diantara negara-negara yang tergabung dalam KAA dan mengembalikan semangat seperti pemimpin terdahulu (pemimpin dunia tergabung KAA tahun 1955) dalam rangka menciptakan perdamaian dunia.


JAYA INDONESIA KU

opini dan sumber lainya

Dikutip dari: http://adf.ly/1FUjUS
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive