Direktur Eksekutif Komite Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan upaya produksi pertalite sangat sia-sia. Kualitas bensin tidak sesuai standar kebutuhan teknologi mesin.
Menurut dia, pertalite mengandung kadar belerang di atas 50 ppm. Masalah itu akan berdampak pada kualitas kinerja mesin. Industri dan konsumen otomotif nasional bahkan global akan mengalami kerugian besar.
"Keterlambatan adopsi teknologi Euro Standard 4 seperti ini akan menutup industri pasar otomotif di Indonesia," ungkapnya.
Menurut dia, pertalite mengandung kadar belerang di atas 50 ppm. Masalah itu akan berdampak pada kualitas kinerja mesin. Industri dan konsumen otomotif nasional bahkan global akan mengalami kerugian besar.
"Keterlambatan adopsi teknologi Euro Standard 4 seperti ini akan menutup industri pasar otomotif di Indonesia," ungkapnya.
Pemerintah seharusnya cukup menghapus BBM premium atau RON 88. Saat ini harga produksi RON 95 sudah cukup murah sekitar Rp 7.500 per liter. Bensin tersebut mengandung sulfur maksimal 50 ppm atau masuk kategori 4 seusai standar konsumen otomotif di Eropa.
"Jika ditambah pajak dan keuntungan untuk Pertamina paling harga di pasar hanya Rp 9.375 per bahkan bisa di kisaran Rp 8.000 per liter," kata Ahmad di jakarta, Jumat (17/4).
sumber: http://www.harnas.co/2015/04/18/kual...lite-diragukan
wahh parah juga
Dikutip dari: http://adf.ly/1FEPMS


