Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Hutan dibabat perusahaan sawit, Orang Rimba jadi pengemis di Riau

Friday, April 10, 2015
Hutan dibabat perusahaan sawit, Orang Rimba jadi pengemis di Riau

Merdeka.com - Keberadaan Orang Rimba atau Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas, Provinsi Jambi semakin memprihatinkan dan terdesak. Sebagian dari mereka terpaksa berpindah alias hijrah ke Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) propinsi Riau karena kondisi dan tempat mereka tinggal sudah jarang makanan dan mereka terancam kelaparan.

Betapa tidak, tempat mereka dulu tinggal kini beralih fungsi menjadi hamparan kebun kelapa sawit. Padahal sebelumnya kaya akan bahan makanan dan air.

Guratan kesedihan tampak di wajah salah satu orang Rimba, Nyambung Daun. Nyambung Daun kini hanya duduk termenung di depan kantor DPRD Inhu. Dia terpaksa keluar hutan dan berjualan sambil berharap ada yang membeli dagangan mereka.

"Kami baru datang dari Bukit Duabelas daerah Sarolangun Jambi, ini cucu kami namanya Sanding, dia belum makan," ujar Nyambung Daun saat berbincang dengan wartawan Rabu (8/4).

Tergusur, mereka pun akhirnya mendirikan barak di atas lahan kebun sawit milik salah seorang warga Kelurahan Pematang Reba, kabupaten Inhu, Riau.

"Kalau tempat berteduh sudah ada numpang di kebun orang, cuma untuk beli makanan kami terpaksa meminta-minta," keluh Nyambung Daun

Dari 150 jiwa di tiga kelompok Orang Rimba, kematian beruntun paling banyak terjadi pada Januari dan Februari 2014 dengan enam kasus kematian, yaitu empat anak-anak dan dua orang dewasa.

"Hutan semakin sempit sehingga orang rimba tidak lagi 'melangun' (berpindah-pindah) ke dalam hutan namun ke pinggir-pinggir desa dan ladang masyarakat. Tentu saja di kawasan ini akan sedikit bahan pangan yang biasa didapatkan orang rimba dari berburu dan meramu hasil hutan," ujar Fasilitator Kesehatan KKI WARSI Yomi seperti dikutip dari Antara, Rabu (18/3).

Dalam beberapa bulan terakhir, orang rimba setidaknya sudah berpindah ke tujuh lokasi baru yang sebagian besar merupakan daerah pinggir desa dan juga perkebunan masyarakat. "Ketika 'melangun' pasokan makanan kurang, dan menyebabkan daya tahan tubuh mereka berkurang sehingga banyak yang sakit," katanya.

Sebagian ada yang mencoba berobat ke rumah sakit terdekat, seperti di Sarolangun, namun orang rimba tidak mau dirawat, akhirnya banyak yang meninggal dunia dan kemudian melangun lagi.

'Melangun' merupakan tabu kematian pada orang rimba, yaitu berpindah tempat hidup akibat kesedihan setelah ditinggalkan anggota kelompoknya. Karena kematiannya beruntun, menyebabkan mereka ketakutan dan panik.

sumber 
======

kasihan betul

Dikutip dari: http://adf.ly/1EDKuv
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive