EKSKLUSIF: Mahasiswa Bolak Balik Gagal Keluar dari Yaman

Asyam Hafizh, 21 tahun, mahasiswa Perguruan Tinggi Al Baihani Yaman dari Padang, Sumatera Barat, sibuk berkemas seperti puluhan mahasiswa Indonesia lainnya, yang berencana dievakuasi dari Yaman. Mereka kembali berusaha untuk meninggalkan negara yang sedang mengalami konflik itu, Ahad 12 April 2015.
Sebenarnya bajunya sudah tersusun di dalam koper sejak 1 April lalu. Saat mereka pertama kali ingin meninggalkan Yaman. Namun, tiga kali mencoba untuk keluar dari negara itu, mereka selalu gagal.
"Doakan saja besok kami bisa pulang," ujar Ketua Ikatan Mahasiswa Minang di Yaman itu kepada Tempo melalui komunikasi Whatsapp, Sabtu 11 April 2015.
Hafizh adalah satu dari 89 mahasiswa asal Indonesia yang masih terjebak dari asrama Arbithah Attarbyyah Al Islamiyyah wa Maraakiuha Atta'limiyyah di Creter, Kota Aden. Selain dari Indonesia, terdapat mahasiswa asal Arab Saudi, Malaysia dan Thailand.
Semula Hafizh hendak menaiki bus menuju Pelabuhan Mina, yang berjarak 20 menit dari asramanya. Namun, pemilik bus meminta uang sewa terlalu mahal. "Diminta 200 dolar atau Rp 26 juta. Karena keadaan ke sana itu berisiko," ujarnya.
Karena tidak memiliki uang sebanyak itu, mereka batal menuju pelabuhan. Evakuasi pertama pada 1 April itu pun gagal. Mereka kembali meletakan koper di asrama.

Asyam Hafizh, 21 tahun, mahasiswa Perguruan Tinggi Al Baihani Yaman dari Padang, Sumatera Barat, sibuk berkemas seperti puluhan mahasiswa Indonesia lainnya, yang berencana dievakuasi dari Yaman. Mereka kembali berusaha untuk meninggalkan negara yang sedang mengalami konflik itu, Ahad 12 April 2015.
Sebenarnya bajunya sudah tersusun di dalam koper sejak 1 April lalu. Saat mereka pertama kali ingin meninggalkan Yaman. Namun, tiga kali mencoba untuk keluar dari negara itu, mereka selalu gagal.
"Doakan saja besok kami bisa pulang," ujar Ketua Ikatan Mahasiswa Minang di Yaman itu kepada Tempo melalui komunikasi Whatsapp, Sabtu 11 April 2015.
Hafizh adalah satu dari 89 mahasiswa asal Indonesia yang masih terjebak dari asrama Arbithah Attarbyyah Al Islamiyyah wa Maraakiuha Atta'limiyyah di Creter, Kota Aden. Selain dari Indonesia, terdapat mahasiswa asal Arab Saudi, Malaysia dan Thailand.
Semula Hafizh hendak menaiki bus menuju Pelabuhan Mina, yang berjarak 20 menit dari asramanya. Namun, pemilik bus meminta uang sewa terlalu mahal. "Diminta 200 dolar atau Rp 26 juta. Karena keadaan ke sana itu berisiko," ujarnya.
Karena tidak memiliki uang sebanyak itu, mereka batal menuju pelabuhan. Evakuasi pertama pada 1 April itu pun gagal. Mereka kembali meletakan koper di asrama.
Dua hari selanjutnya mereka kembali mencoba untuk menuju pelabuhan. Namun, kontak senjata antara kelompok Al Houthi yang menggulingkan kekuasaan pemerintah yang sah di Ibu Kota Sanaa masih terus terjadi.
"Kami sudah mau berangkat. Tapi perang masih terjadi. Jadi berisiko keluar dari asrama," ujarnya.
Hafizh dan puluhan mahasiswa asal Indonesia itu kembali mencoba keluar dari Yaman, pada 7 April 2015. Mereka mendapat informasi, akan ada kapal yang merapat di pelabuhan malam itu sekitar pukul 20.00 waktu setempat. Dengan senang hati, sejak pukul 15.00 waktu setempat, mereka bergegas mengangkat koper ke bus yang akan membawanya ke pelabuhan Mina.
"Penuh perjuangan angkat koper-koper ini ke bus. Lelah hilang karena terbayang Indonesia," ujarnya.
Di tengah perjalanan mereka harus melewati beberapa pemeriksaan oleh aparat militer Yaman. Namun, saat tiba di pelabuhan, mereka mendapatkan kabar akan ada penyerangan udara oleh para pemberontak.
"Kami bergegas kembali menuju asrama. Inilah pembatalan pulang untuk kesekian kalinya," ujar Alumnus MAN Koto Baru Padang Panjang itu. Mereka kembali meletakan koper di asrama.
Hafizh berharap, evakuasi besok bisa berjalan dengan lancar. Dari asrama mereka menuju ke pelabuhan Mina. Dari situ mereka menuju Djibouti untuk berkumpul di KBRI yang berada di sana.
Hafizh mengaku, Sabtu, 11 April 2015 situasi berlangsung aman. Hanya subuh tadi terdengar adanya beberapa keributan. Tapi tidak membahayakan. "Hari ini tak ada baku tembak yang terdengar," ujarnya.
SUMBER (www.tempo.co)
tanggapannya agan dan mbaknya gimana nih ?
walah kasian juga yak
Dikutip dari: http://adf.ly/1EXcSQ


