SITUS BERITA TERBARU

Katanya 68 Tahun Merdeka, INDONESIA Ternyata Masih Dijajah (oleh Bangsanya Sendiri)

Friday, August 16, 2013
HUT RI ke 68
Bagi Siswa SMA, Makna Kemerdekaan RI itu Bebas Korupsi
Kamis, 15 Agustus 2013 08:57 WIB

[imagetag]
Anggota Paskibra Kota Semarang berlatih mengibarkan bendera di Halaman Balaikota Semarang, Selasa (13/8/2013).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tanggal 17 Agustus tinggal beberapa hari lagi. Semarak menyambut peringatan kemerdekaan pun mulai terasa. Berbagai lomba memeriahkan HUT ke 68 kemerdekaan RI mulai digelar. Begitu pula persiapan upacara. Sebagai putri bangsa, Karolina Putri Mutiara Ningdyah (15) antusias menyambut peringatan kemerdekaan bangsa itu. Dia pun berencana memeriahkan lomba yang digelar sekolahnya dalam rangka peringatan itu. "Besok ada classmeeting memperingati ulang tahun kemerdekaan. Diantaranya lomba futsal," ujar dia.

Namun, dara yang akrab disapa Karol itu tidak berniat ikut serta dalam perlombaan. Dia akan memberikan dukungan bagi temannya yang turut berpartisipasi. "Saya jadi pendukung saja," imbuhnya. Peringatan hari kemerdekaan tahun ini kebetulan bertepatan liburan sekolah karena Lebaran. Sehingga, perayaannya baru digelar setelah aktivitas sekolah kembali berjalan, Senin (19/8/2013) pekan depan. "Hanya saja, saat 17 Agustus nanti saya ikut upacara," aku Karol. Bagi Karol, secara harafiah, kemerdekaan memberi arti Indonesia lepas dari belenggu penjajahan. Yakni lepas dari cengkraman penjajahan Belanda selama 350 tahun dan penjajahan Jepang selama 3,5 tahun. "Dan kemerdekaan itu kita peroleh berkat perjuangan para pahlawan," jelasnya.

Kini, kemerdekaan tidak lagi dipandang sebagai bebas dari penjajahan. Karol menilai rakyat Indonesia saat ini belum merdeka dari penjajahan lain. Yakni kemiskinan akibat korupsi. "Karena masih ada kemiskinan dan banyak orang yang korupsi, tanah air kita bisa dikatakan belum sepenuhnya merdeka," papar siswi kelas XI SMA Negeri 5 Semarang ini diplomatis. Baginya, kemerdekaan benar-benar terlihat jika semua rakyat Indonesia sejahtera. Namun dia mengaku bingung saat ditanya kapan hal tersebut bisa terwujud. "Mungkin sampai semua rakyat Indonesia sadar untuk tidak merusak negaranya sendiri dengan tidak lagi melakukan korupsi," ujar Karol. Untuk mengisi kemerdekaan dari penjajahan ini, Karol berharap semua pihak ikut berpartisipasi membangun negara. Menurut warga Pleburan, Semarang ini, kebersamaan semua elemen masyarakat dapat memperkuat bangsa.
Dia ingin, orang pandai tidak menyalahgunakan kepandaiannya untuk membodohi orang lain. Selain itu, dia juga berharap mereka yang merasa tidak mampu tidak hanya diam. "Jangan hanya minta kesejahteraan tetapi juga harus ikut mengisi kemerdekaan," tandas Karol.

Sementara itu, Raden Ajeng Dwi Sari (16) memiliki cara sendiri untuk mengisi kemerdekaan. Sebagai pelajar, dia memilih rajin belajar. "Agar pengetahuan saya semakin banyak sehingga ilmu yang saya punya bisa digunakan untuk memajukan Indonesia," terang dia. Menjadi siswa berprestasi, juga bisa menjadi pilihan mengisi kemerdekaan. Apalagi, jika prestasi itu mengharumkan nama bangsa. "Tetapi saya belum pernah menjadi juara mewakili Indonesia," ujar dara yang akrab disapa Sari itu. Bagi Sari, kemerdekaan juga identik dengan lagu nasional yang selalu dinyanyikan saat upacara. Sari mengaku masih hafal lagu 17 Agustus 1945. "Tapi saya malu kalau disuruh menyanyi sekarang," akunya.
http://jateng.tribunnews.com/2013/08...-bebas-korupsi

Guru Besar Unimal: 68 Tahun Indonesia merdeka, tapi ...
Dia membandingkan kondisi pendidikan Indonesia masa kemerdekaan dengan saat ini.
Jumat, 16 Agustus 2013 18:05:00 WIB

[imagetag]
Guru Besar Unimal, Profesor Jamaluddin

USIA kemerdekaan Indonesia genap berusia 68 tahun pada Sabtu 17 Agustus 2013. Namun apa makna merdeka sesungguhnya bagi negara yang terdiri dari ratusan pulau ini? Guru Besar Hukum Universitas Malikussaleh (Unimal), Prof Dr Jamaluddin SH MHum, menilai, kemerdekaan sesungguhnya adalah tercapainya kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa ini yang tertuang dalam Pancasila. �Secara pengertian kemerdekaan yang berarti lepas dari penjajahan, rakyat Indonesia sudah menikmati yang namanya merdeka itu sendiri. Namun dari segi kesejahteraan dan keadilan, rakyat bangsa ini belum memperoleh sesuai dengan keinginan para pendiri bangsa ini,� ujarnya kepada ATJEHPOSTcom, Jumat siang, 16 Agustus 2013.

Selain merdeka dari penjajahan, kata dia, yang diinginkan saat merebut kemerdekaan oleh para pendiri bangsa ini salah satunya yaitu kesejahteraan bagi rakyatnya. Namun, hingga kini makna kemerdekaan tersebut belum dirasakan sepenuhnya. Bagi guru besar Unimal pada 2011 silam ini, merdeka adalah bebas dari dari segala bentuk penjajahan. Setelah dijajah dalam jangka waktu yang cukup lama, Indonesia dapat menentukan nasibnya sendiri. Namun ada beberapa hal yang terutama sekali harus dilakukan oleh bangsa Indonesia. �Terutama sekali pembangunan di bidang pendidikan. Untuk membangun sebuah bangsa yang unggul, maka kita harus melakukan pembangunan pendidikan menjadi sektor pembangunan yang utama. Pendidikan merupakan fondasi utama pembangunan kesejahteraan rakyat dalam sauatu negara,� kata dia.

Dia mencontohkan Jepang sebagai salah satu negara yang berhasil karena majunya bidang pendidikan. Menurutnya, pemimpin Jepang lebih memprioritaskan pendidikan saat daerahnya porak poranda oleh bom nuklir dari sekutu tersebut. Selain Jepang, sarjana lulusan Unsyiah ini juga mencontohkan negeri Paman Sam, Amerika. Menurutnya, Negara Adidaya itu menjadi negara maju dan kuat adalah karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya sangat luar biasa, cerdas, dan berkualitas. �Hal itu mereka dapatkan karena kualitas pendidikan mereka yang baik, dan mereka negara yang mengutamakan pendidikan.�

Maka yang perlu dilakukan saat ini adalah memperkuatkan pondasi pendidikan. Saat ini, pendidikan Indonesia masih mencari-cari karakter. Dia membandingkan kondisi pendidikan Indonesia masa kemerdekaan dengan saat ini. Jika dulu negara jiran belajar ke Indonesia, kini kondisi tersebut berbalik. Dia juga berharap pemerintah memberikan keadilan dan kesejahteraan kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia, sesuai dengan sila kelima dalam Pancasila (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia). �Jika pemerintah tidak bisa melakukan hal tersebut, maka akan terus terjadi pergolakan diseluruh daerah. Dan bangsa ini tidak bisa merasakan kemerdekaan sesuai dengan cita-cita pendirinya,� katanya
http://atjehpost.com/nanggroe_read/2...a-merdeka-tapi

[imagetag]

Indonesia Dijajah Bangsa Sendiri
Minggu, 25 Maret 2012 15:39:52 WIB

JAKARTA (Pos Kota) � Siapa bilang Indonesia sudah bebas dari penjajahan. Ekonom gaek HMT Oppusunggu menilai Indonesia ternyata belum juga merdeka karena tengah dijajah. Kali ini oleh bangsa sendiri melalui segelintir elit penguasa. �Tidak ada yang memperdulikan rakyat. Tidak ada satupun yang memberikan sumbangan kepada kehidupan rakyat yang saat ini melarat,� ujar HMT Ompusunggu, 89, dalam acara peluncuran buku karyanya, di Fadli Zone Institut, Jakarta, Minggu (25/3). Ompusunggu, dalam bukunya yang berjudu menambahkan, Indonesia telah kehilangan kedaulatannya secara ekonomi. Itu semua akibat kebijakan elit eksekutif, dan legislatif, yang membuka lebar pintu privatisasi sektor strategis, sehingga harga bergantung pada mekanisme pasar.

Pemikiran pria, yang akrab dipanggil Ompu, itu diamini oleh Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra, Fadli Zon. Menurut Fadli Zon, ekonomi Indonesia, saat ini, sudah menyimpang jauh dari khitahnya, sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945, yaitu ekonomi kerakyatan. �Ekonomi kita sudah keluar dari jalur yang diharapkan Pasal 33 UUD 45, sektor strategis penting sudah tidak dikuasai oleh negara, tapi asing dan segelintir orang,� ucapnya. Dengan sistem ekonomi Indonesia saat ini, yang menurutnya mengadopsi ekonomi neo liberal, semakin memperlebar kesenjangan ekonomi di dalam negeri. �Seolah-olah pertumbuhan tinggi, secara makro, tapi siapa yang bertumbuh, itu tak sejalan dengan pengentasan kemiskinan. Pertumbuhan sekarang membuat kesenjangan yang semakin lebar,� katanya.

Hal itu, lanjutnya dapat dilihat dari jumlah kekayaan yang dimiliki oleh kaum the have (orang kaya) di dalam negeri, yang berjumlah 600 ribu kali dibandingkan rata-rata rakyat Indonesia. Dia menyebutkan, penghasilan orang kaya di Indonesia 600 ribu kali lipat dibanding orang miskin. Sedangkan di AS perbandingannya cuma 20 ribu kali. �Artinya, Indonesia sudah dikuasai oleh kaum oligarki,� ucapnya.
http://www.poskotanews.com/2012/03/2...angsa-sendiri/

[imagetag]

Korupsi adalah Penjajahan Bangsa Sendiri
Senin, 27 Mei 2013 17:19

Mengapa penjajahan bisa berlangsung sangat lama dan kemelaratan terlestarikan dengan begitu luar biasa? Seorang sejarawan mengatakan "penjajahan terjadi karena ada bangsa yang mau dijajah". Rasionalitas kita mungkin akan berkata "tidak mungkin ada bangsa didunia ini yang mau dijajah". Tentu pernyataan ini benar bahwa tidak ada bangsa yang mau terlantar, sengsara dan lestari dalam kemelaratan dan penderitaan.

Tetapi jangan lupa, di setiap bangsa, di setiap kelompok seringkali ada pengkhianat-pengkhianat yang mau berkerjasama dengan para penjajah untuk menyengserakan bangsa sendiri. Alasannya sederhana, "toh yang sengsara orang lain, sementara saya dan keluarga bisa hidup terhormat dan berkelimpahan". Orang-orang seperti inilah yang pada dasarnya telah menjual bangsa sendiri untuk kepentingan dan kenikmatan pribadi. Orang-orang seperti inilah yang sesungguhnya telah membantu melestarikan penjajahan. Orang-orang seperti ini biasanya memiliki kuasa atau dibuat supaya berkuasa oleh para penjajah, sehingga para penjajah tidak perlu repot-repot berhadapan dengan rakyat jajahan karena sudah ada anak negeri yang menjalankan tugas tersebut.

Pada jaman penjajahan dulu, para penjajah datang dan bekerjasama dengan raja-raja, tuan-tuan tanah, dan orang-orang kaya serta para jawara di masyarakat. Mereka berkolaborasi dalam merampas tanah-tanah rakyat, memaksa rakyat bekerja untuk tanah-tanah mereka, dan merampas hasil-hasilnya untuk kesejahteraan mereka. Kerakusan dan sikap hanya mementingkan kenikmatan sendiri membuat anak negeri rela menyakiti bangsanya sendiri.

Apakah kondisi ini sudah berubah setelah kita mendeklarasikan kemerdekaan? Ternyata tidak. Profesor Veth seorang peneliti Indonesia di awal abad 20 pernah mengatakan Indonesia sejak awalnya selalu menjadi bangsa yang terjajah. Dalam tulisannya ia menyitir sebuah syair seperti di bawah ini:
"dipantainya tanah jawa rakyat berdesak-desakan
datang selalu tuan-tuannya setiap masa
mereka beruntun-runtun bagai runtunan awan
tapi anak pribumi sendiri tak pernah kuasa�"


Ya! Itulah yang terjadi sampai hari ini. Para penjajah boleh pergi secara fisik, tapi penjajahan tidak pernah pergi dari bumi pertiwi. Hari ini kita justru dijajah oleh bangsa sendiri. Mereka menentukan aturan, membuat keputusan yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak namun demi kepentingan penguasa, orang-orang kaya atau para "jawara". Di jaman Orde Baru, Suharto memproduksi aturan yang sengaja ditujukan untuk membantu orang-orang kaya. Ada aturan tentang Mobil Nasional yang menguntungkan anaknya, ada aturan subsidi pajak impor gandum sebesar Rp2,1 Trilyun untuk pengusaha China penguasa Bogasari, dan masih banyak lagi.

Di era reformasi, kita juga menyaksikan pemerintah membuat aturan-aturan yang memudahkan para koruptor merampas uang negara melalui Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Begitu juga sampai hari ini, modus kolaborasi orang kaya dan pemerintah untuk membuat aturan yang berpihak pada orang-orang kaya masih saja dengan mudah terlaksana. Bank Century adalah salah satu contoh yang sangat nyata, meski pemerintah berusaha setengah mati untuk memanipulasi dan menutup-nutupi.

Saat orang-orang kaya, para "jawara" dan penguasa dengan mudah membuat aturan-aturan yang hanya menguntungkan mereka, rakyat malah terus didera oleh berbagai derita dan tragedi atas nama hukum. Rakyat miskin sangat mudah diadili sementara koruptor besar sangat disayangi. Uang negara untuk subsidi rakyat kecil terus dihabisi, tapi pengusaha besar yang lari keluar negeri membawa uang rakyat di Century malah disubsidi.

Korupsi pada hakikatnya adalah penjajahan terhadap bangsa sendiri. Karena korupsi yang merajalela dan dilindungi penguasa atas nama aturan yang mereka buat sendiri telah menyebabkan rakyat kehilangan kesempatan untuk menikmati kekayaan negeri ini. Rakyat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kesejahteraannya dan itu artinya negara telah kehilangan relevansinya karena salah satu alasan dari berdirinya negara ini adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, kesejahteraan seluruh rakyatnya.

Salah satu tujuan utama dari penjajahan adalah proses pemiskinan bangsa jajahan dan pengayaan bangsa penjajah dengan cara menjarah semua kekayaan yang ada di negeri jajahan, baik secara kasar dengan senjata, maupun secara "kooperatif" dengan membuat aturan-aturan yang merugikan rakyat. Korupsi sesungguhnya sangat identik dengan penjajahan, karena merupakan proses pemiskinan rakyat yang dilakukan melalui penjarahan terhadap kekayaan rakyat untuk memperkaya para koruptor. Oleh karena itu selama pemimpin kita, pengusaha-pengusaha kita dan para aparat kita bermental korup, maka penjajahan terhadap bangsa sendiri akan terus terjadi.

Inilah negeri di mana kita harus semakin meningkatkan energi dan keberanian untuk terus melakukan perlawanan, karena ketidakadilan, penindasan dan penjajahan sepertinya masih akan terus kita temukan. Kita harus selalu melakukan pembaruan tekad untuk lebih berkomitmen lagi dalam memperjuangkan kebebasan negeri dari korupsi, berkomitmen untuk mengusir penguasa dan pengusaha yang ingin menjarah dan menjajah negeri untuk kepentingan sendiri, agar kesejahteraan umum benar-benar bisa tercipta di negeri ini.
http://www.kalselprov.go.id/aspirasi...non-volutpat-2

Rakyat Kita Masih Dijajah Bangsa Sendiri
Jumat, 16 Agustus 2013

[imagetag]

jakartapress..com - Bangsa Indonesia telah lepas dari belenggu penjajahan lebih dari setengah abad. Tapi kemerdekaan belum sepenuhnya dirasakan rakyat. Indonesia justru terjerembab kembali dalam lubang yang sama. "Kita tidak benar-benar merdeka, karena selepas penjajahan VOC kita justru dijajah oleh kapitalisme yang lebih dahsyat," papar Fuad Bawazier dalam "Neoliberalisme dalam Sorotan Kritis� yang digelar Grup Diskusi 77-78 di Galeri Kafe Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (8/6/2011).

Mantan Menteri Keuangan era Presiden BJ Habibie ini men gungkaapkan, saat penjajahan VOC, rakyat Indonesia memang mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi. �Namun, rakyat masih diberi upah dalam pekerjaannya,� beber politisi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini.

Berbeda dengan era pemerintahan sekarang, lanjutnya, dimana para pengusaha asing diberi keleluasan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. �Akan tetapi melalui kemudahan itu mereka kemudian mengeruk kekayaan alam bangsa Indonesia,� beber Fuad.

Anehnya, ungkap dia, pemerintah baik eksekutif maupun legislatif justru menerima begitu saja perampokan terselubung tersebut karena mendapatkan keuntungan sebagai perantaranya. �Akibatnya, rakyat kini terjajah oleh bangsanya sendiri melalui kebijakan pemerintah yang tidak populis tersebut,� ujar Fuad menyitir ucapan mantan Presiden Soekarno.

Pada kesempatan yang sama, pengamat politik Yudi Latief memaparkan, ada pemahaman yang keliru dari seluruh komponen bangsa dalam memaknai idealisme komunis dan sosialis berikut penganutnya. Sejak Orde Baru berkuasa, paham ini diberangus dan diganyang sedemikian rupa dari bumi Indonesia.

Sementara paham dan penganut idealisme-liberalis-kapitalis dihormati, padahal keberadaannya adalah benalu sekaligus penjajahan jenis baru. "Pengkhianatan besar kita adalah memberikan karpet merah dan ruang sebesar-besarnya bagi kapitalis dan liberalis," tandas pengamat Universitas Paramadina ini.

Diungkapkan pula, kapitalis dan neoliberalis menguasai hampir seluruh sumber daya alam Indonesia. Namun pemerintah tidak berani mengambil sikap dan mengatakan tidak bagi penguasaan kekayaan alam tersebut
http://www.jakartapress..com/detail/...bangsa-sendiri

---------------------------------

Kesejahteraan hanya untuk segelintir orang-orang yang memiliki akses kekuasaan untuk menguasai sumber daya ekonomi, terutama sumber daya modal dan kekayaan alam di negeri ini. Mereka adalah pejabat korup, politisi busuk dan MNC's yang mengeruk kekayaan nasional Indonesia karena dibantu oleh pengkhianat bangsa ini, yang justru adalah bangsa sendiri. Akibatnya mereka menguasai kekayaan alam nasional Indonesia, bahkan nilainya melebihi jumlah apa yang dulu bisa dikumpulkan oleh VOC dan Pemerintah penjajahan Belanda.


[imagetag] [imagetag] [imagetag]
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive