SITUS BERITA TERBARU

Terjerat Kemiskinan, Anak Disewakan untuk Mengemis

Monday, August 12, 2013
Jakarta - Malam menjelang di Pusat perbelanjaan Blok M, Jakarta Selatan akhir Juli lalu. Di tengah hiruk pikuk pengunjung dan pedagang yang mencari persiapan lebaran, Nur, 39 tahun, menjulurkan botol plastik bekas minuman ringan ke setiap pengunjung yang ke luar dari Mall. Di dalam gendongannya, seorang bocah laki laki berusia sekitar 1,5 tahun nampak gelisah.

Sesekali ibu tersebut 'mentoyor' kepala sang anak yang tidak tenang di dalam gendongannya. Beberapa pengunjung memberikan uang kepadanya, namun ketika sepi dan lelah menyerang, Nur menyandarkan tubuhnya di tiang listrik yang ada di depan toko. Kepada detikcom, Nur mengaku bahwa anak tersebut bukanlah darah dagingnya. Bocah itu adalah anak yang dia sewa dari seorang kenalan sesama pengemis. "Kalau membawa anak dapat uang bisa lebih banyak," kata Nur kepada detikcom Jumat (2/8) lalu.

Nur mengaku dengan membawa bayi dia bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 200 ribu dari mengemis sejak pukul 13:00 sampai 21:00 WIB. Pagi hari dia menjadi joki Three in One. Wanita asal Tegal, Jawa Tengah ini mengaku terpaksa menjadi pengemis dengan menyewa bayi untuk mendapatkan uang tambahan. Salah satunya akan dia gunakan untuk merayakan lebaran bersama 3 anaknya. "Suami saya kerjanya cuma tukang parkir, untuk lebaran kurang," kata dia.

[imagetag]

Suara Minten, 46 tahun lirih terdengar. Wajahnya memelas dan berharap belas kasihan dari orang-orang yang baru selesai menunaikan ibadah salat Jumat. Tangan kirinya menggenggam gelas plastik air mineral bekas untuk tempat menadah uang. Sementara tangan kanan memegang kencang botol susu untuk menyusui bayi yang digendongnya. Strategi itu berhasil membuat sebagian jamaah masjid memberikan sedekah.

�Pak, kasihan buat buka puasa dan beli susu,� katanya memelas sambil menundukan wajah. Cara Minten pada Jumat (2/8) lalu itu berbeda dibanding pengemis lainnya yang juga beraktifitas di Masjid Al Ahwi, Condet Jakarta Timur. Hanya dia yang berani membawa bayi berusia sekitar sebelas bulan karena yang lain anak-anak dan sebagian perempuan paruh baya. Tidak ada rasa takut membawa bayi di tengah teriknya panas matahari. Tidak pula canggung karena seperti sudah terbiasa. Bayi yang digendongnya terlihat anteng meski hanya terbalut kain gendongan.

Minten mengaku menjadi pengemis bersama suami di Jakarta sudah lima tahun. Ia dan suami berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Adapun bayi yang digendongnya adalah anak temannya yang juga pengemis. Karena tergiur dengan hasil yang dialami temannya, ia pun beberapa kali mengemis dengan membawa bayi. Jadwal Minten membawa bayi hampir setiap Kamis dan Jumat. Hasil mengemis dengan bayi diakuinya cukup meningkat drastis.

Apalagi pada hari Jumat, kalau beruntung ia bisa dapat duit Rp 250 ribu. Pendapatan ini sebagian besar dari jemaah masjid. Beda kalau mengemis sendiri yang hanya mendapat kisaran Rp 60 ribu�Rp 80 ribu sehari. Menurutnya bayi itu disewa dari temannya dengan tarif tergantung dari pendapatan mengemis. Kalau hasil mengemis banyak, ia biasa memberikan Rp 50 ribu per hari. Tapi, kalau penghasilan hanya Rp 100 ribu, ia menyetor uang sewa Rp 35 ribu. Setoran ini belum termasuk uang 'upeti' penjaga keamanan dekat tempat tinggalnya sebesar Rp 10000 per hari. �Kalau itu setiap kami orang harus kasih. Urusan bayi mah lain lagi bayarnya. Kalau saya mah seikhlasnya aja ya sama teman kita kan sama,� ujarnya.

Alasan dia mengemis ke Jakarta karena tidak punya pekerjaan tetap di kampung. Selain bulan puasa sampai Lebaran, ia ke Jakarta kalau Natal dan Imlek. Beberapa moment itu diakuinya menjadi andalan mengeruk duit saat mengemis buat sandaran hidup.

Koordinator Konsorsium Kemiskinan Kota Wardah Hafidz mengatakan pengemis yang membawa balita ke jalan-jalan muncul karena didorong kemiskinan. Akibatnya ibu kandung pun ada yang tega menyewakan anaknya sendiri untuk mengemis di jalanan. �Dalam situasi harus bertahan hidup itu, apapun bisa dilakukan orang, termasuk hal-hal yang menurut kita melanggar norma sosial,� kata Wardah.

sumber

fenomena orang kismin di dalam negeri
udah tau kismin masih aja beranak bnyak2
gak bisa ngasih makan anak, eh malah anak disewakan [imagetag]
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive