Tribunnews.com, Jakarta - Saat para pedagang Pasar Blok G Tanah Abang, Jakarta Pusat, memalingkan wajah dari kios mereka karena lokasinya terpencil pada 2005 silam, sejumlah pekerja seks komersil justru mengambil manfaat. Selama bertahun-tahun, sebagian Pasar Blok G beralihfungsi menjadi tempat "esek-esek".
Namun, seiring rencana relokasi PKL dan renovasi Pasar Blok G, para PSK pun kini sudah tak menggunakan lokasi itu. "Teman-teman saya sudah pada kabur, Bang. Soalnya pada takut," ujar Lola, bukan nama sebenarnya, Jumat (2/8/2013) kepada Warta Kota.
Selain Lola, sepanjang lantai dua dan tiga di pagi hari itu, tak ditemui perempuan lain yang bergaya genit. Selain pedagang resmi, yang asyik bekerja adalah sekumpulan tukang bangunan. Mereka tampak memperbaiki kios, mengepel lantai, hingga mengecat tembok.
Pasar Blok G Tanah Abang terdiri dari lima lantai, yakni dari lantai dasar hingga lantai empat. Lantai dasar berfungsi sebagai pasar basah karena tempat penjualan sayur-mayur, bumbu, daging, serta ikan mentah. Lantai satu berisi penjual tas, pakaian dan sejenisnya, dalam jumlah sedikit.
Sementara pengakuan sejumlah pedagang di Blok G, lantai dua dan tiga selama ini berfungsi sebagai tempat maksiat. Menurut mereka, itu karena nyaris tak ada pedagang yang berjualan di sana. Selain itu, tempatnya terpencil dan pengawasannya longgar. Padahal, di atas lantai tiga terdapat kantor pengelola dan masjid.
Lola, sang wanita tuna susila, mengaku biasa mangkal di Blok G mulai petang hingga tengah malam. Sudah lima tahun menjalani perannya itu. Meski tempatnya terpencil, dia mengaku bisa menjaring tiga hingga lima pelanggan. "Tempatnya memang terpencil, tapi semua orang sudah pada tahu," kata dia.
Hanya saja, kata Lola, sejak sekitar dua pekan lalu, ia hanya mangkal saja, tanpa praktik. Bisa berhasil menggaet pasien, perempuan asal Tasikmalaya itu membawanya keluar Blok G. Sebab, pengelola pasar telah menutup akses ke lantai dua dan tiga dari pukul 18.00 hingga pagi.
"Ya mangkal saja di sini. Kalau mainnya terserah, tinggal cari hotel atau di Bongkaran," ujarnya. Dikatakan Lola, pelanggannya adalah sopir angkot, sopir truk, tukang ojek, tukang parkir, hingga pedagang pasar. Sekali main, ia memasang tarif Rp 150.000. Itu pun bisa ditawar.
Dengan tarif yang masih terjangkau itu, percintaan bisa dilakukan di los-los kosong di Blok G. Karena kondisinya kotor, biasanya mereka telah menyiapkan tikar.
Sumber:
Lendir
Sampe ngaku ngaku atas nama pedagang. Nolak di relokasi ke blok G. Buset dah ternyata ada lahan lendir. Jelas aja Pemuda Penyuka Maksiat kebakaran jenggot. Masih mau somasi wagub? Gile luh hidup dari duit lendir. Mendingan elu pade jadi gigolo aja dah.
Namun, seiring rencana relokasi PKL dan renovasi Pasar Blok G, para PSK pun kini sudah tak menggunakan lokasi itu. "Teman-teman saya sudah pada kabur, Bang. Soalnya pada takut," ujar Lola, bukan nama sebenarnya, Jumat (2/8/2013) kepada Warta Kota.
Selain Lola, sepanjang lantai dua dan tiga di pagi hari itu, tak ditemui perempuan lain yang bergaya genit. Selain pedagang resmi, yang asyik bekerja adalah sekumpulan tukang bangunan. Mereka tampak memperbaiki kios, mengepel lantai, hingga mengecat tembok.
Pasar Blok G Tanah Abang terdiri dari lima lantai, yakni dari lantai dasar hingga lantai empat. Lantai dasar berfungsi sebagai pasar basah karena tempat penjualan sayur-mayur, bumbu, daging, serta ikan mentah. Lantai satu berisi penjual tas, pakaian dan sejenisnya, dalam jumlah sedikit.
Sementara pengakuan sejumlah pedagang di Blok G, lantai dua dan tiga selama ini berfungsi sebagai tempat maksiat. Menurut mereka, itu karena nyaris tak ada pedagang yang berjualan di sana. Selain itu, tempatnya terpencil dan pengawasannya longgar. Padahal, di atas lantai tiga terdapat kantor pengelola dan masjid.
Lola, sang wanita tuna susila, mengaku biasa mangkal di Blok G mulai petang hingga tengah malam. Sudah lima tahun menjalani perannya itu. Meski tempatnya terpencil, dia mengaku bisa menjaring tiga hingga lima pelanggan. "Tempatnya memang terpencil, tapi semua orang sudah pada tahu," kata dia.
Hanya saja, kata Lola, sejak sekitar dua pekan lalu, ia hanya mangkal saja, tanpa praktik. Bisa berhasil menggaet pasien, perempuan asal Tasikmalaya itu membawanya keluar Blok G. Sebab, pengelola pasar telah menutup akses ke lantai dua dan tiga dari pukul 18.00 hingga pagi.
"Ya mangkal saja di sini. Kalau mainnya terserah, tinggal cari hotel atau di Bongkaran," ujarnya. Dikatakan Lola, pelanggannya adalah sopir angkot, sopir truk, tukang ojek, tukang parkir, hingga pedagang pasar. Sekali main, ia memasang tarif Rp 150.000. Itu pun bisa ditawar.
Dengan tarif yang masih terjangkau itu, percintaan bisa dilakukan di los-los kosong di Blok G. Karena kondisinya kotor, biasanya mereka telah menyiapkan tikar.
Sumber:
Lendir
Sampe ngaku ngaku atas nama pedagang. Nolak di relokasi ke blok G. Buset dah ternyata ada lahan lendir. Jelas aja Pemuda Penyuka Maksiat kebakaran jenggot. Masih mau somasi wagub? Gile luh hidup dari duit lendir. Mendingan elu pade jadi gigolo aja dah.