Duduk dipangkuan itu memang enak apalagi bila keduanya saling mencintai dan menyayangi serta ada keilkhlasan diantara keduanya, antara yang dipangku dan memangku serasa ringan dan penuh keindahan yang tak dapat diungkapkan kata demi kata.
Dipangku dan memangku bisa juga menjadi sumber bencana apabila diantara keduanya tidak berlandaskan rasa kasih dan sayang serta keikhlasan dan ketulusan. Apalagi bila niat diantara keduanya timbul karena nafsu, ambisi dan tindakan terpaksa karena ketakutan.
Bagi para penggemar film Mahabarata tentu masih ingat, bagaimana ketika Drupadi istri dari Pandawa Lima yang dipaksa oleh Duryudana untuk duduk dipangkuannya selepas Duryudana menang main dadu melawan Pandawa Lima.
Dampak dari perbuatan Duryudana yang tidak senonoh itu menjadi awal dari sumber bencana terjadinya Perang Baratayudha, antara Pandawa Lima dengan Kurawa. Perang ini diraih dengan kemenangan Pandawa Lima yang berhasil membunuh para Kurawa dan sekutunya yang diakhiri dengan kematian Duryudana yang dihantam pahanya oleh gada Bima anak Pandu. Paha Duryudana adalah saksi bisu dari keangkuhan Duryudana yang meminta Drupadi duduk dipangkuannya sambil menepuk-nepuk pahanya.
Saat ini, bicara urusan dipangku dan memangku terjadi juga di Kota Depok, Desas-desus yang beredar tentang pangkuan ajaib ala Kota Depok ini sudah terdengar dimana-mana. Mengapa pangkuan ini disebut dengan pangkuan ajaib ? Sebab sekali duduk dipangkuan, secara otomatis akan mendapatkan jabatan. Oleh sebab itu, Pangkuan itu disebut sebagai Pangkuan Ajaib Meraih Jabatan.
Pangkuan ajaib ini memang lagi ngetren dan jadi buah bibir masyarakat Kota Depok. Bahkan pangkuan ajaiba ini sudah beredar dalam bentuk syair lagu yang berjudul Obladi Oblada di Kota Depok, Syair lagunya bisa dilihat pada sumber dibawah ini. Akibat pangkuan ajaib ini ternyata telah menimbulkan kesan, bahwa kekuasaan hanya dijadikan modal untuk mendapatkan pangkuan dari seorang wanita yang diinginkannya dengan iming-iming sebuah jabatan dilingkup Pemerintahan Kota Depok ? Timbul pertanyaan, apakah mereka korban pemaksaan dengan segala macam ancaman sebagaimana pemaksaan yang pernah dilakukan Duryudana terhadap Drupadi. Atau apakah mereka memang sengaja melakukan itu demi meraih jabatan karena dijanjikan sebuah jabatan dilingkup Pemerintah Kota Depok.
Terdengar kabar bahwa pejabat yang suka meminta dipangku itu adalah anak buah kesayangan dari sang juragan pemangku kebijakan di Kota Depok, anak buah kesayangan ini layaknya Putra Mahkota Duryudana anak dari sang Raja Destarata pemangku kebijakan di Kerajaan Hastinapura.
Dalam konteks pemaksaan untuk meminta pangkuan dari seorang wanita, apakah ini awal dari keruntuhan singgasanah sang juragan pemangku kebijakan di Kota Depok. Sebagaimana keruntuhan yang terjadi pada anak-anak kurawa beserta antek-anteknya hingga tumbangnya sang Raja Destarata pemangku kebijakan di Kerajaan Hastinapura untuk diserahkan pada Yudistira anak tertua pandu.
Sang juragan pemangku kebijakan di Kota Depok memang tak boleh menutup mata layaknya Destarata yang buta. Sang juragan harus berani mengambil tindakan tegas walaupun harus mengorbankan anak buah kesayangannya. Bila sang juragan masih tetap buta layaknya Destarata, Maka siap-siap saja menanti Perang Baratayudha dampak dari pangkuan ajaib meraih jabatan di Kota Depok.
Sumber : Heboh Lagu Obladi Obladi Birokrat Kota Depok
Link: http://adf.ly/tV4fz
Dipangku dan memangku bisa juga menjadi sumber bencana apabila diantara keduanya tidak berlandaskan rasa kasih dan sayang serta keikhlasan dan ketulusan. Apalagi bila niat diantara keduanya timbul karena nafsu, ambisi dan tindakan terpaksa karena ketakutan.
Bagi para penggemar film Mahabarata tentu masih ingat, bagaimana ketika Drupadi istri dari Pandawa Lima yang dipaksa oleh Duryudana untuk duduk dipangkuannya selepas Duryudana menang main dadu melawan Pandawa Lima.
Dampak dari perbuatan Duryudana yang tidak senonoh itu menjadi awal dari sumber bencana terjadinya Perang Baratayudha, antara Pandawa Lima dengan Kurawa. Perang ini diraih dengan kemenangan Pandawa Lima yang berhasil membunuh para Kurawa dan sekutunya yang diakhiri dengan kematian Duryudana yang dihantam pahanya oleh gada Bima anak Pandu. Paha Duryudana adalah saksi bisu dari keangkuhan Duryudana yang meminta Drupadi duduk dipangkuannya sambil menepuk-nepuk pahanya.
Saat ini, bicara urusan dipangku dan memangku terjadi juga di Kota Depok, Desas-desus yang beredar tentang pangkuan ajaib ala Kota Depok ini sudah terdengar dimana-mana. Mengapa pangkuan ini disebut dengan pangkuan ajaib ? Sebab sekali duduk dipangkuan, secara otomatis akan mendapatkan jabatan. Oleh sebab itu, Pangkuan itu disebut sebagai Pangkuan Ajaib Meraih Jabatan.
Pangkuan ajaib ini memang lagi ngetren dan jadi buah bibir masyarakat Kota Depok. Bahkan pangkuan ajaiba ini sudah beredar dalam bentuk syair lagu yang berjudul Obladi Oblada di Kota Depok, Syair lagunya bisa dilihat pada sumber dibawah ini. Akibat pangkuan ajaib ini ternyata telah menimbulkan kesan, bahwa kekuasaan hanya dijadikan modal untuk mendapatkan pangkuan dari seorang wanita yang diinginkannya dengan iming-iming sebuah jabatan dilingkup Pemerintahan Kota Depok ? Timbul pertanyaan, apakah mereka korban pemaksaan dengan segala macam ancaman sebagaimana pemaksaan yang pernah dilakukan Duryudana terhadap Drupadi. Atau apakah mereka memang sengaja melakukan itu demi meraih jabatan karena dijanjikan sebuah jabatan dilingkup Pemerintah Kota Depok.
Terdengar kabar bahwa pejabat yang suka meminta dipangku itu adalah anak buah kesayangan dari sang juragan pemangku kebijakan di Kota Depok, anak buah kesayangan ini layaknya Putra Mahkota Duryudana anak dari sang Raja Destarata pemangku kebijakan di Kerajaan Hastinapura.
Dalam konteks pemaksaan untuk meminta pangkuan dari seorang wanita, apakah ini awal dari keruntuhan singgasanah sang juragan pemangku kebijakan di Kota Depok. Sebagaimana keruntuhan yang terjadi pada anak-anak kurawa beserta antek-anteknya hingga tumbangnya sang Raja Destarata pemangku kebijakan di Kerajaan Hastinapura untuk diserahkan pada Yudistira anak tertua pandu.
Sang juragan pemangku kebijakan di Kota Depok memang tak boleh menutup mata layaknya Destarata yang buta. Sang juragan harus berani mengambil tindakan tegas walaupun harus mengorbankan anak buah kesayangannya. Bila sang juragan masih tetap buta layaknya Destarata, Maka siap-siap saja menanti Perang Baratayudha dampak dari pangkuan ajaib meraih jabatan di Kota Depok.
Sumber : Heboh Lagu Obladi Obladi Birokrat Kota Depok
Link: http://adf.ly/tV4fz