MENGHADAPI anak yang selalu mengadu diperlukan sikap yang tenang, jangan gegabah mengambil sikap dan koreklah keterangan selengkapnya dari segala sumber. Yang perlu diingat, saat mengadu, anak hanya ingin mencurahkan perasaannya saja.
Anak Anda yang masih berusia dua tahun suka mengadu? Jangan khawatir, di usianya tersebut sebenarnya dia belum mengenal konsep adu domba. Intinya, dia hanya ingin mencurahkan perasaannya saja.
Tapi karena keterbatasan kemampuan berbahasa dan masih bersifat egosentris dia tidak menyadari bahwa kadang pengaduannya bisa mengadu domba orang lain atau teman sebayanya Anak yang suka mengadu memiliki alasan yang sama dengan orang dewasa yaitu untuk mengerahkan kekuatan, meningkatkan harga diri atau hanya untuk mendapatkan perhatian.
Hal ini biasanya terjadi diantara saudara kandung yang biasanya akibat adanya rasa persaingan,tetapi juga bisa terjadi saat bermain bersama dengan teman-teman sebayanya. Dan sementara kegiataan mengadu lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua, ternyata anak usia 2 tahun juga bisa melakukannya, terutama jika mereka berada di sekitar anak-anak yang lebih tua.
Bahkan, beberapa studi telah menunjukkan bahwa sebelum memasuki usia 2 tahun, anak sudah belajar mengejek kakak atau adiknya dengan baik, sebuah "ketrampilan" yang mengarah pada adu domba.
"Seorang anak dua tahun membuat lelucon tentang menyembunyikan boneka beruang kakaknya," kata Susanne Denham, profesor psikologi bidang perkembangan anak di George Mason University di Fairfax, Va, Amerika Serikat dan penulis buku Emotional Development in Young Children.
"Untuk anak seusia dia, perilaku itu cukup canggih," lanjutnya seperti dilansir babycenter.com.
"Kejadian itu menunjukkan bahwa dia ingin mengatakan kalau, 'Aku tahu bagaimana untuk mencapai kamu'. Mengadu dapat bekerja dengan cara yang sama," terang Denham.
Di sisi lain, mengadu domba mungkin juga terkait dengan rasa yang muncul sesuai perintah dalam diri anak. "Tetapi kau tidak akan bisa menyuruh dia duduk dan bertanya apa alasan moral yang menjadi alasan dia melakukannya. Jadi Anda harus menanganinya dengan cara lain," terang Denham.
Dan itu sesuatu yang Anda ingin urus, karena tidak ada yang suka dengan seseorang yang pengadu, bahkan di usia yang masih sangat muda. Dengan demikian,apa yang harus dilakukan orang tua menghadapi anak yang suka mengadu domba? Yang pertama, periksa situasi yang terjadi.
Sebelum Anda memutuskan bahwa anak 2 tahun Anda berubah menjadi seorang pengadu, ambil "persediaan" situasi sendiri. Anak Anda perlu belajar untuk tidak mengadu, tapi dia juga perlu merasa aman dari pengetahuan yang dia dapat ketika meminta bantuan saat diperlukan. Sebagai orang dewasa, Anda tahu bahwa "Ayah, kakak makan kue saya", adalah situasi yang sangat berbeda dari "Ayah, kakak makan umpan kecoa". Tetapi, anak Anda juga membutuhkan waktu dan keterampilan akan penilaian yang lebih matang untuk mempelajari sebuah perbedaan.
Jika dia terus meminta Anda untuk campur tangan dalam masalah kecil,misalnya mengatakan bahwa temannya Dian menggunakan krayon dalam kotak kayunya, itu satu hal lain lagi. Namun, jika situasi memang terlampau berat dihadapi, dia musti tahu bahwa kapanpun dia bisa datang kepada Anda.
Contohnya, ketika anak yang lebih tua dan kuat memukul atau mulai mengejeknya, atau saat teman bermainnya membuka pintu rumah dan mengajaknya bermain di luar. Dan bahkan jika tidak ada bahaya yang jelas-jelas menghadangnya, Anda mungkin perlu untuk campur tangan. Faktanya, dua anaknya yang sedang terlibat perseteruan biasanya tidak akan bisa mengambil solusi yang wajar untuk sebuah masalah.
Selanjutnya, eksplorasi solusi alternatif bersama-sama. Ketika dia menghadapi situasi yang sulit, anak Anda memerlukan panduan mengenai apa yang harus dilakukan, daripada hanya mengadu. Katakan padanya, "Sayang, kedengarannya kamu memerlukan bantuan. Ibu dapat membantu kamu lebih banyak jika kamu tenang dan katakan apa yang sedang terjadi". (nsa)
Link: http://adf.ly/tbNC9
Anak Anda yang masih berusia dua tahun suka mengadu? Jangan khawatir, di usianya tersebut sebenarnya dia belum mengenal konsep adu domba. Intinya, dia hanya ingin mencurahkan perasaannya saja.
Tapi karena keterbatasan kemampuan berbahasa dan masih bersifat egosentris dia tidak menyadari bahwa kadang pengaduannya bisa mengadu domba orang lain atau teman sebayanya Anak yang suka mengadu memiliki alasan yang sama dengan orang dewasa yaitu untuk mengerahkan kekuatan, meningkatkan harga diri atau hanya untuk mendapatkan perhatian.
Hal ini biasanya terjadi diantara saudara kandung yang biasanya akibat adanya rasa persaingan,tetapi juga bisa terjadi saat bermain bersama dengan teman-teman sebayanya. Dan sementara kegiataan mengadu lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua, ternyata anak usia 2 tahun juga bisa melakukannya, terutama jika mereka berada di sekitar anak-anak yang lebih tua.
Bahkan, beberapa studi telah menunjukkan bahwa sebelum memasuki usia 2 tahun, anak sudah belajar mengejek kakak atau adiknya dengan baik, sebuah "ketrampilan" yang mengarah pada adu domba.
"Seorang anak dua tahun membuat lelucon tentang menyembunyikan boneka beruang kakaknya," kata Susanne Denham, profesor psikologi bidang perkembangan anak di George Mason University di Fairfax, Va, Amerika Serikat dan penulis buku Emotional Development in Young Children.
"Untuk anak seusia dia, perilaku itu cukup canggih," lanjutnya seperti dilansir babycenter.com.
"Kejadian itu menunjukkan bahwa dia ingin mengatakan kalau, 'Aku tahu bagaimana untuk mencapai kamu'. Mengadu dapat bekerja dengan cara yang sama," terang Denham.
Di sisi lain, mengadu domba mungkin juga terkait dengan rasa yang muncul sesuai perintah dalam diri anak. "Tetapi kau tidak akan bisa menyuruh dia duduk dan bertanya apa alasan moral yang menjadi alasan dia melakukannya. Jadi Anda harus menanganinya dengan cara lain," terang Denham.
Dan itu sesuatu yang Anda ingin urus, karena tidak ada yang suka dengan seseorang yang pengadu, bahkan di usia yang masih sangat muda. Dengan demikian,apa yang harus dilakukan orang tua menghadapi anak yang suka mengadu domba? Yang pertama, periksa situasi yang terjadi.
Sebelum Anda memutuskan bahwa anak 2 tahun Anda berubah menjadi seorang pengadu, ambil "persediaan" situasi sendiri. Anak Anda perlu belajar untuk tidak mengadu, tapi dia juga perlu merasa aman dari pengetahuan yang dia dapat ketika meminta bantuan saat diperlukan. Sebagai orang dewasa, Anda tahu bahwa "Ayah, kakak makan kue saya", adalah situasi yang sangat berbeda dari "Ayah, kakak makan umpan kecoa". Tetapi, anak Anda juga membutuhkan waktu dan keterampilan akan penilaian yang lebih matang untuk mempelajari sebuah perbedaan.
Jika dia terus meminta Anda untuk campur tangan dalam masalah kecil,misalnya mengatakan bahwa temannya Dian menggunakan krayon dalam kotak kayunya, itu satu hal lain lagi. Namun, jika situasi memang terlampau berat dihadapi, dia musti tahu bahwa kapanpun dia bisa datang kepada Anda.
Contohnya, ketika anak yang lebih tua dan kuat memukul atau mulai mengejeknya, atau saat teman bermainnya membuka pintu rumah dan mengajaknya bermain di luar. Dan bahkan jika tidak ada bahaya yang jelas-jelas menghadangnya, Anda mungkin perlu untuk campur tangan. Faktanya, dua anaknya yang sedang terlibat perseteruan biasanya tidak akan bisa mengambil solusi yang wajar untuk sebuah masalah.
Selanjutnya, eksplorasi solusi alternatif bersama-sama. Ketika dia menghadapi situasi yang sulit, anak Anda memerlukan panduan mengenai apa yang harus dilakukan, daripada hanya mengadu. Katakan padanya, "Sayang, kedengarannya kamu memerlukan bantuan. Ibu dapat membantu kamu lebih banyak jika kamu tenang dan katakan apa yang sedang terjadi". (nsa)
Link: http://adf.ly/tbNC9