ISU orang potong kepala (OPK) yang menyebar luas belakangan ini telah memakan korban. Serombongan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang hendak berwisata ke Pantai Oesaen di Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Kamis (30/10) siang, nyaris dihakimi massa di Desa Merbaun. Warga mengira para mahasiswa itu adalah OPK.
Mobil yang mereka gunakan dirusak. Body dan kaca mobil milik Dr Marsel Robot, dosen Undana itu rusak. Bahkan, Marsel Robot yang menyusul ke Merbaun setelah mendengar para mahasiswa itu sempat disandera warga. Para mahasiswa sempat ditarik- tarik rambutnya, dilempari dengan puntung rokok oleh massa.
Mereka akhirnya diamankan oleh aparat desa setempat dan berhasil dibawa keluar dari desa itu oleh aparat Pospol Baun dan Polres Kupang. Para mahasiswa itu adalah M Davi Yunan (26), Muh Banyu Beni (23), Karolus Budiman Jama (35), Kristo M Robot (22), Georgie Chrysandi (26), Martina Ari Saraswati (23), Hendri Purnomo (29), dan Wachid Adnan (22).
Kapolres Kupang AKBP Michael Ken Lingga mengatakan, rombongan tersebut ingin berekreasi ke tempat wisata. Awalnya mereka ke Baumata, namun karena air kolam surut mereka meneruskan perjalanan menuju Pantai Oesaen, pantai selatan Timor. Sampai di Desa Merbaun,lanjutnya, para mahasiswa bertemu beberapa bocah dan bertanya soal jalan menuju Pantai Oesaen.
Setelah para bocah itu memberikan penjelasan, para mahasiswa itu sempat membagikan gulagula kepada anak-anak tersebut. Mengetahui itu, warga setempat mengira para mahasiswa itu adalah OPK. Mereka pun dihadang dan nyaris dihakimi massa. Aparat kepolisian dari Sub Sektor Amarasi yang mendapat informasi langsung terjun mengamankan suasana dan membawa pulang para mahasiswa.
Informasi yang dihimpun VN menyebutkan, para mahasiswa sempat dibawa ke rumah tokoh masyarakat Merbaun bernama Ibrahim Amtiran. Namun, massa yang sudah tersulut dan resah atas isu OPK mulai beringas dannyaris menghakimi mereka. Mobil yang ditumpangi dilempari dan dihantam dengan kayu sampai penyok dan kacanya pecah.
Marsel Robot yang menyusul ke Merbaun setelah mendapat informasi tersebut, juga sempat disandera warga karena terjadi salah paham. Setelah aparat kepolisian turun ke lokasi, barulah Marsel bisa kembali ke Kupang."Kalau seperti ini orang tidak bisa bebas bepergian, nanti dikira OPK. Para mahasiswa itu sangat trauma.
Mereka ditarik-tarik rambutnya, dilempari puntung rokok. Ini harus ada yang bertanggung jawab. Polisi dan aparat pemerintah tak boleh diam. Isu OPK ini nanti menyebar terus dan siapa pun bisa jadi korban," katanya.Dia menambahkan, para mahasiswa itu diundang ke Kupang untuk melakukan pementasan dalam kaitan dengan Bulan Bahasa.
"Mereka tanya, kalau kami tidak terbukti OPK, lalu siapa yang bertanggung jawab? Ini harus diproses hukum," katanya. Korban isu OPK tak hanya menimpa para mahasiswa tersebut. Di Bonepoi, seorang pria dihajar massa saat menjemput seorang anak SD Lentera. Pria itu sebenarnya adalah teman dari ayah anak SD yang dijemput, barubaru ini.
Saat membujuk anak SD yang dijemput agar naik mobil, warga setempat curiga dan lansung menghakiminya. Setelah babak belur, barulah warga bertanya kepada anak SD itu, dan ternyata anak itu mengenal pria itu adalah teman dekat ayahnya. Di Pulau Semau lain lagi.
Seorang pria yang sakit ingatan dihajar sampai nyaris meregang nyawa karena dikira OPK. Pakar sosiologi Undana Balkis Soraya Tanof mengatakan, isu OPK merupakan gejala abnormal atau patologis, manifestasi dari problem sosial yang mulai meresahkan. (ayu/D-1)
Sumber : http://www.vnewsmedia.com/isu-opk-makan-korban/
Ada-ada Aja Ne orang Kagak ada kerjaan Kale
Link: http://adf.ly/tbHdQ
Mobil yang mereka gunakan dirusak. Body dan kaca mobil milik Dr Marsel Robot, dosen Undana itu rusak. Bahkan, Marsel Robot yang menyusul ke Merbaun setelah mendengar para mahasiswa itu sempat disandera warga. Para mahasiswa sempat ditarik- tarik rambutnya, dilempari dengan puntung rokok oleh massa.
Mereka akhirnya diamankan oleh aparat desa setempat dan berhasil dibawa keluar dari desa itu oleh aparat Pospol Baun dan Polres Kupang. Para mahasiswa itu adalah M Davi Yunan (26), Muh Banyu Beni (23), Karolus Budiman Jama (35), Kristo M Robot (22), Georgie Chrysandi (26), Martina Ari Saraswati (23), Hendri Purnomo (29), dan Wachid Adnan (22).
Kapolres Kupang AKBP Michael Ken Lingga mengatakan, rombongan tersebut ingin berekreasi ke tempat wisata. Awalnya mereka ke Baumata, namun karena air kolam surut mereka meneruskan perjalanan menuju Pantai Oesaen, pantai selatan Timor. Sampai di Desa Merbaun,lanjutnya, para mahasiswa bertemu beberapa bocah dan bertanya soal jalan menuju Pantai Oesaen.
Setelah para bocah itu memberikan penjelasan, para mahasiswa itu sempat membagikan gulagula kepada anak-anak tersebut. Mengetahui itu, warga setempat mengira para mahasiswa itu adalah OPK. Mereka pun dihadang dan nyaris dihakimi massa. Aparat kepolisian dari Sub Sektor Amarasi yang mendapat informasi langsung terjun mengamankan suasana dan membawa pulang para mahasiswa.
Informasi yang dihimpun VN menyebutkan, para mahasiswa sempat dibawa ke rumah tokoh masyarakat Merbaun bernama Ibrahim Amtiran. Namun, massa yang sudah tersulut dan resah atas isu OPK mulai beringas dannyaris menghakimi mereka. Mobil yang ditumpangi dilempari dan dihantam dengan kayu sampai penyok dan kacanya pecah.
Marsel Robot yang menyusul ke Merbaun setelah mendapat informasi tersebut, juga sempat disandera warga karena terjadi salah paham. Setelah aparat kepolisian turun ke lokasi, barulah Marsel bisa kembali ke Kupang."Kalau seperti ini orang tidak bisa bebas bepergian, nanti dikira OPK. Para mahasiswa itu sangat trauma.
Mereka ditarik-tarik rambutnya, dilempari puntung rokok. Ini harus ada yang bertanggung jawab. Polisi dan aparat pemerintah tak boleh diam. Isu OPK ini nanti menyebar terus dan siapa pun bisa jadi korban," katanya.Dia menambahkan, para mahasiswa itu diundang ke Kupang untuk melakukan pementasan dalam kaitan dengan Bulan Bahasa.
"Mereka tanya, kalau kami tidak terbukti OPK, lalu siapa yang bertanggung jawab? Ini harus diproses hukum," katanya. Korban isu OPK tak hanya menimpa para mahasiswa tersebut. Di Bonepoi, seorang pria dihajar massa saat menjemput seorang anak SD Lentera. Pria itu sebenarnya adalah teman dari ayah anak SD yang dijemput, barubaru ini.
Saat membujuk anak SD yang dijemput agar naik mobil, warga setempat curiga dan lansung menghakiminya. Setelah babak belur, barulah warga bertanya kepada anak SD itu, dan ternyata anak itu mengenal pria itu adalah teman dekat ayahnya. Di Pulau Semau lain lagi.
Seorang pria yang sakit ingatan dihajar sampai nyaris meregang nyawa karena dikira OPK. Pakar sosiologi Undana Balkis Soraya Tanof mengatakan, isu OPK merupakan gejala abnormal atau patologis, manifestasi dari problem sosial yang mulai meresahkan. (ayu/D-1)
Sumber : http://www.vnewsmedia.com/isu-opk-makan-korban/
Ada-ada Aja Ne orang Kagak ada kerjaan Kale
Link: http://adf.ly/tbHdQ