SITUS BERITA TERBARU

[Krisis Air di Kota Minyak] Stok Air Sisa 45 Hari

Friday, October 3, 2014
Komen TS : Berita krisis air lagi nih gan. Perhatiin yang ane bold. Balikpapan adalah kota minyak tapi kok biasa aja ya, kenapa orangnya gak pada makmur? Waduk pernah bocor hingga air dibuang, eh sekarang sulit air. Perawatan waduk kurang baik ya, atau gimana? Untuk infrastruktur itu kerjaan PU. Kasian amat ya air dijualin, bahkan yg diolah swasta mahal banget. Ane masih mending berarti, punya sumur bersih yang ada airnya tiap tahun. Enggak pake bayar, cuman biaya listrik doang buat sedot.



TUHAN, BERILAH HUJAN: Kondisi terbaru Waduk Manggar di Km 12 Karang Joang, kemarin (1/10). Cadangan air baku menyusut tinggal 25 persen.(ADITAMA/KP)


BALIKPAPAN - Kota Minyak di ambang krisis air bersih. Hal tersebut tak berlebihan. Kian menipisnya cadangan air baku di Waduk Manggar membuat warga kesusahan. Jika hujan tak segera datang, krisis air yang pernah melanda Balikpapan tahun 1998 lalu bisa terulang.

Pantauan Kaltim Post ke beberapa lokasi krisis air, Rabu (1/10), menunjukkan merebaknya keresahan warga. Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir, pendistribusiannya juga bermasalah.

Unding, warga Jalan Letjen Suprapto Nomor 6 RT 16, Kelurahan Kampung Baru, mengatakan selama ini air PDAM di tempatnya tidak mengalir lancar. " Di sini jam dua malam airnya baru mengalir. Jadi, terpaksa harus ditunggu setiap hari," katanya.

Sutrianingsih, warga Kampung Baru lainnya, mengaku terpaksa membeli air tangki yang dijual PDAM. Harganya relatif murah dibanding swasta. "Saya harap distribusi air tangki nantinya tidak terbatas karena masalah Waduk Manggar ini," ujarnya.

Waduk Manggar, bendungan di Km 12 Kelurahan Karang Joang, yang selama ini menjadi andalan cadangan air baku di Balikpapan, memang semakin mengering.

Dalam kondisi maksimal, ketinggian air Waduk Manggar bisa mencapai 10,3 meter, dengan cadangan air baku mencapai 16 juta meter kubik. Tapi saat ini, ketinggian air tinggal 5,5 meter, dengan cadangan sebanyak 3,6 juta meter kubik alias 25 persen saja.

Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Manggar Kota Balikpapan Muhammad Soufan, bahkan mengemukakan, j ika beberapa waktu lalu cadangan air masih cukup untuk 50 hari, kini diperkirakan tinggal 45 hari saja. "Iya, memang tidak sampai 50 hari lagi. Angkanya terus berkurang," katanya.

"Untuk kebutuhan air baku di Balikpapan, 75 persen berasal dari Waduk Manggar. Sedangkan 25 persen sisanya, adalah dari sumber air tanah yang juga dikelola oleh PDAM," sambung Soufan.

Dalam pertemuan dengan tim khusus pemkot kemarin, Soufan menjelaskan bahwa dalam keadaan normal, penyaluran produksi air kepada pelanggan mencapai 1.200 liter per detik. Hingga kini, penyaluran air sebenarnya masih dalam kondisi "normal". Hanya, jika dalam beberapa hari ke depan, hujan tak juga turun, pihaknya terpaksa mengurangi penyaluran debit air hingga 300 liter per detik. "Nah, 300 liter per detik itu-lah yang akan kami gilir ke rumah warga," lanjutnya.

Mau tak mau, distribusinya pun terjadwal. Apalagi untuk beberapa kawasan yang jauh dari instalasi pengolahan air (IPA). Menurut data PDAM, jumlah pelanggan yang terganggu mencapai 500-an, dari keseluruhan 89 ribu pelanggan. Seperti, di kawasan Gunung Sari, Kelurahan Teritip, Kelurahan Prapatan, dan Kampung Baru.

"Yang paling mungkin terkena dampak adalah kawasan yang jauh dari instalasi pengolahan serta yang lokasinya di daerah tinggi," tambah Soufan.

WADUK BOCOR

Bukan hanya kemarau panjang. Faktor lain yang memicu ancaman krisis air adalah kebocoran Waduk Manggar yang menyebabkan kerusakan pada pipa di pompa isap pada Mei lalu.

Setelah dilakukan pencarian lokasi kerusakan, tim dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) yang menyertakan Balai Wilayah Sungai (BWS) III Kalimantan, melakukan perbaikan. Saat dilakukan perbaikan itulah pihak BWS menemukan penurunan permukaan air tanah serta peningkatan debit air. Lantaran khawatir terjadi pelimpasan air yang menyebabkan jebolnya tanggul, maka air waduk terpaksa dibuang hingga level 6. Dan akhirnya, proses perbaikan tersebut dilanjutkan debit air waduk yang terus berkurang --ditambah hujan tak segera turun.

Akibat kerusakan ini, PDAM Tirta Manggar terpaksa merogoh kocek tambahan untuk menyewa empat unit pompa apung. Berbeda dengan pompa isap milik PDAM yang permanen, pompa apung ini bisa digerakkan dan mobile. Posisinya menyesuaikan dengan titik lokasi air waduk yang memiliki kedalaman cukup.

" Untuk satu pompa apung kami sewa Rp 250 juta per bulan. Jadi, biaya yang dikeluarkan Rp 1 miliar untuk empat pompa apung tersebut," kata Muhammad Soufan. Dana sewa sepenuhnya dari anggaran PDAM.

Tapi, dalam pengoperasiannya, PDAM juga harus mengeluarkan biaya untuk membeli 2,9 ton solar industri seharga Rp 12 ribu per liter. "Karena ini adalah untuk pelayanan, maka tidak ada batasan untuk itu. Anggaran ini juga untuk meminimalisasi dampak mengeringnya air waduk," pungkas Soufan.

DUA POSKO

Untuk meminimalisasi dampak tersebut, dalam rapat koordinasi di Balai Kota, tim khusus antisipasi kemarau pemkot mulai memaparkan kondisi di lapangan. Dalam pertemuan yang dipimpin Asisten II Sri Soetantinah itu, sejumlah perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) hadir. Seperti, Dinas Kesehatan Kota (DKK), Dinas Pertanian, serta beberapa perwakilan kecamatan dan kelurahan.

Pemkot berencana membuat dua posko pendistribusian air bersih. Yakni, di Jalan MT Haryono dan Jalan Ruhui Rahayu. Sebanyak 12 tangki milik PDAM juga difungsikan untuk melayani pembelian air bersih oleh warga.

"Jadi, pertemuan ini juga untuk memprediksi apa saja dampak yang terjadi jika distribusi air bersih menjadi berkurang. Baik dari sisi kesehatan, harga bahan pokok, maupun kondisi titik panas," kata Sri Soetantinah.

Pihaknya juga menginstruksikan agar DKK melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengantisipasi potensi penyakit, semisal diare. Seluruh puskesmas dan rumah sakit juga dilarang menolak pasien dalam kondisi ini.

Dalam waktu dekat, pemkot juga akan mengeluarkan surat edaran, kepada para pengelola air bersih swasta agar tidak menaikkan harga. "Jangan sampai kondisi ini dimanfaatkan para penjual air tersebut," tambah Sri Soetantinah.

Untuk tiap tangki air, pihak swasta mematok harga Rp 250 ribu. Sedangkan, PDAM hanya Rp 150 ribu. (qi/rhs/zal)

SUMUR

Link: http://adf.ly/sYJgn
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive