
"Dengan terjadinya perpecahan dalam koalisi parlemen dan tidak tercapainya sejumlah RUU penting, saya menyatakan mengundurkan diri," kata Yatsenyuk, seperti dilaporkan Reuters.
Pengunduran ini disetujui oleh Presiden Ukraina Petro Poroshenko. Sebab, mundurnya Yatsenyuk akan memunculkan pembaruan di badan parlemen. "Masyarakat ingin pembaruan penuh pada otoritas negara," kata Petro.
Pengunduran Yatsenyuk ini dilakukan setelah partai nasionalis Svoboda dan Udar yang dipimpin Vitali Klitschko, mantan petinju dunia, menarik diri dari anggota parlemen yang mengambil alih dan menggulingkan Perdana Menteri Ukraina sebelumnya, Viktor Yanukovych, akhir tahun lalu.
Pengunduran Yatsenyuk ini bisa meninggalkan "lubang" yang dalam di jantung pemerintah Ukraina. Sebab, negara itu tengah berjuang mendanai perang dengan pemberontak pro-Rusia di timur Ukraina dan sebuah "perjanjian" setelah kecelakaan MH17 pekan lalu.
"Dengan memblokir undang-undang, seperti RUU yang memungkinkan konsorsium dengan perusahaan-perusahaan Eropa dan Amerika Serikat untuk mengoperasikan distribusi gas dan fasilitas penyimpanan di Ukraina, parlemen menempatkan masa depan yang berisiko. Dengan tidak mendanai pengeluaran anggaran militer, nyawa tentara Ukraian dalam bahaya," tutur Yatsenyuk dalam pidatonya.
Yatsenyuk marah dan tidak bisa terima karena undang-undang belum juga disahkan. Padahal Ukraina butuh bahan bakar untuk kendaraan lapis baja sebagai alat pertahanan negara. "Tidak mungkin kita membebaskan diri dari ketergantungan pada gas Rusia," ujar Yatsenyuk.
Pengunduran Yatsenyuk telah menjadi pembicaraan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Meski telah resmi mengundurkan diri, Yatsenyuk tidak boleh meninggalkan kantor sebelum ada perdana menteri dan pemerintahan yang baru.
Sumber


