SITUS BERITA TERBARU

Chandra Asri Akan Kantongi Pinjaman US$ 533 Juta

Monday, July 28, 2014

Jakarta - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) akan mengantongi pinjaman sebesar US$ 533 juta tahun ini. Perseroan meraih pinjaman dari sembilan bank.

"DBS Bank Ltd., PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan bank-bank lain siap mendanai perseroan," ujar Direktur Perseroan Suryadi dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (22/7)

Dia menyatakan, perseroan menjaminkan sebagian aset dua anak usahanya yaitu, PT Styrindo Mono Indonesia (SMI) dan PT Petrokimia Butadine Indonesia (PBI) untuk perjanjian kredit modal kerja. Perseroan telah menandatangi Perjanjian Pembagian Pinjaman (Security Sharing Agreement) pada 18 Juli 2014.

Dia menyatakan, aset yang dijaminkan berupa jaminan fidusia piutang perusahaan, SMI dan PBI. Aset lain yang dijaminkan adalah fidusia persediaan barang SMI dan PBI. "Jaminan dengan nilai total US$ 542 juta ini diberikan secara pari passu kepada kesembilan bank di atas," kata dia.

Dia menuturkan, perseroan senantiasa mencari sumber pendanaan untuk melakukan ekspansi. Pada 2013, perseroan mengantongi fasilitas pinjaman berjangka senilai US$ 265 juta. Fasilitas yang berjangka waktu 7 tahun itu diperoleh dari beberapa bank lokal dan asing, seperti Bangkok Bank PCL, The Siam Commercial Bank PCL, Indonesia Eximbank, DBS Bank Ltd dan Deutsche Bank AG, Singapura.

Pinjaman tersebut akan digunakan untuk membiayai belanja modal sehubungan dengan ekspansi naphtha kracker, Sejak tiga tahun lalu, perseroan memang sudah berencana mendongkrak kapasitas produksi naphtha kracker dari 600.000 KT menjadi 860.000 KT per tahun. Nilai ekspansi ini terbilang besar, yakni sekitar US$ 380 juta.

Penambahan produksi naphtha kracker diperlukan terutama untuk mendukung ekspansi beberapa produk petrokimia TPIA seperti Ethylene, Propylene, Py-Gas, dan Mixed C4. Sebab, naphtha kracker merupakan bahan baku produk-produk petrkokimia tersebut.

Jika ekspansi ini berjalan mulus, kapasitas produksi etilena misalnya akan ditingkatkan dari 600.000 ton per tahun menjadi 860.000 ton per tahun. Pun demikian dengan produksi propelina yang akan dinaikkan dari 320.000 ton per tahun menjadi 470.000 ton per tahun.

Kenaikan kapasitas produksi juga terjadi pada produk py-gas yang meningkat dari 280.000 ton per tahun menjadi 400.000 ton per tahun. Tak hanya itu, kapasitas produksi produk mixed C4 juga terdongkrak dari 220.000 ton per tahun menjadi 315.000 ton per tahun.

Ekspansi naphtha kracker sejatinya tidak hanya ditutupi dari fasilitas pinjaman ini. Sebelumnya,TPIA telah menggelar Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).

TPIA menerbitkan 220,77 juta saham, setara 7,2 persen modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan melalui aksi korporasi yang biasa disebut rights issue tersebut. Saham baru TPIA bernilai nominal Rp 1.000 per saham.

TPIA mematok harga pelaksanaan PUT I senilai Rp 6.750 per saham. Artinya, TPIA meraih dana senilai Rp 1,49 triliun atau sekitar US$ 130 juta. TPIA nampaknya cukup nyaman menggelar rights issue dengan harga mahal. Pasalnya, TPIA telah mendapatkan pembeli siaga (standby buyer) untuk menyerap saham barunya, yakni Magna Resources Corporation Pte., Ltd. Perusahaan ini sebenarnya masih satu lingkaran bisnis denganTPIA, karena sama-sama dimiliki oleh taipan Prajogo Pangestu.
Sebelumnya, Magna menjadi pengendali mayoritas PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dengan kepemilikan 52,13% saham. Sementara BRPT sendiri merupakan pemilik mayoritas TPIA dengan menguasai 59,35 persen saham.

Sekitar US$ 105,3 juta atau 81 persen dari dana rights issue digunakan untuk menutupi ekspansi naphtha kracker. Sementara sisanya, yaitu US$ 24,7 juta atau 19 persen dialokasikan untuk membentuk perusahaan patungan dengan Michelin.


http://www.beritasatu.com/emiten/198...-533-juta.html

xinhua news melaporkan

dipinjamin banyak gan

SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive