Premium lebih mahal dari pertamax? Salah Jokowi Produksi BBM Pakai Kilang Tua, RI Rugi Rp 10 Triliun/Tahun

Jakarta -Kilang-kilang minyak di dalam negeri saat ini usianya sudah sangat tua bahkan sudah mencapai di atas 20 tahun. Dampak pakai kilang tua, produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) selama 4-5 tahun terakhir justru tak efisien yang nilainya mencapai Rp 10 triliun/tahun.
Berdasarkan data dari dokumen Tim Reformasi Tata Kelola Sektor Migas yang dikutip detikFinance, Minggu (23/11/2014), kilang minyak yang dimiliki Indonesia saat ini bahkan sebagian merupakan warisan Pemerintahan Kolonial Belanda.
"Kilang-kilang pengolahan minyak mentah menjadi BBM milik Indonesia mengalami penuaan dan sudah tidak efisien. Kilang Pengolahan paling muda usianya sudah 20 tahun lebih, yaitu Kilang Balongan, selebihnya adalah kilang tua bahkan ada diantaranya yang peninggalan Pemerintah Kolonial," jelas dokumen Tim Reformasi Tata Kelola Sektor Migas.
Kilang-kilang minyak tersebut saat ini dioperasikan dan dikelola oleh PT Pertamina (Persero). Pertamina harus menanggung kerugian akibat tidak efisiennya kilang.
"Dalam lima-empat tahun terakhir, rata-rata kerugian operasi kilang mencapai Rp 10 triliun per tahun. Keadaan ini, sering memaksa Pertamina lebih baik mengimpor BBM daripada harus mengolah sendiri tetapi terus membukukan kerugian," jelas dokumen Tim Reformasi Tata Kelola Sektor Migas.
Sebelumnya Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan produksi BBM yang dilakukan Pertamina tidak efisien karena usia kilang minyak yang sudah tua. Hasil memproduksi kilang di dalam negeri lebih mahal dibanding BBM impor dari Singapura.
"Sudah sekian tahun lamanya Indonesia tidak membangun kilang minyak, tidak ada peremajaan kilang minyak yang tua. Sehingga ada perubahan komposisi crude (minyak mentah), kilang tidak bisa menyesuaikan, sehingga tidak efisien dalam memproduksi BBM," kata Sudirman beberapa waktu lalu
Sudirman mengungkapkan, harga produksi BBM pada kilang minyak yang dioperasikan Pertamina lebih mahal 4%, daripada harga MOPS (Mean of Plats Singapore).
"Bayangkan, produksi BBM di kilang Pertamina harganya 104% di atas harga MOPS, atau lebih mahal 4% dari harga jual di pasar Singapura. Artinya semakin banyak produksi, kerugian makin besar," ungkap Sudirman.
Di dalam negeri saat ini terdapat 7 kilang, klik di sini untuk mengetahui daftarnya.
Sumur : http://finance.detik.com/read/2014/1...-triliun-tahun
DPR: Kilang Minyak Tua Sebabkan Biaya Produksi BBM Mahal

Jakarta -Kilang-kilang minyak di dalam negeri saat ini usianya sudah sangat tua bahkan sudah mencapai di atas 20 tahun. Dampak pakai kilang tua, produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) selama 4-5 tahun terakhir justru tak efisien yang nilainya mencapai Rp 10 triliun/tahun.
Berdasarkan data dari dokumen Tim Reformasi Tata Kelola Sektor Migas yang dikutip detikFinance, Minggu (23/11/2014), kilang minyak yang dimiliki Indonesia saat ini bahkan sebagian merupakan warisan Pemerintahan Kolonial Belanda.
"Kilang-kilang pengolahan minyak mentah menjadi BBM milik Indonesia mengalami penuaan dan sudah tidak efisien. Kilang Pengolahan paling muda usianya sudah 20 tahun lebih, yaitu Kilang Balongan, selebihnya adalah kilang tua bahkan ada diantaranya yang peninggalan Pemerintah Kolonial," jelas dokumen Tim Reformasi Tata Kelola Sektor Migas.
Kilang-kilang minyak tersebut saat ini dioperasikan dan dikelola oleh PT Pertamina (Persero). Pertamina harus menanggung kerugian akibat tidak efisiennya kilang.
"Dalam lima-empat tahun terakhir, rata-rata kerugian operasi kilang mencapai Rp 10 triliun per tahun. Keadaan ini, sering memaksa Pertamina lebih baik mengimpor BBM daripada harus mengolah sendiri tetapi terus membukukan kerugian," jelas dokumen Tim Reformasi Tata Kelola Sektor Migas.
Sebelumnya Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan produksi BBM yang dilakukan Pertamina tidak efisien karena usia kilang minyak yang sudah tua. Hasil memproduksi kilang di dalam negeri lebih mahal dibanding BBM impor dari Singapura.
"Sudah sekian tahun lamanya Indonesia tidak membangun kilang minyak, tidak ada peremajaan kilang minyak yang tua. Sehingga ada perubahan komposisi crude (minyak mentah), kilang tidak bisa menyesuaikan, sehingga tidak efisien dalam memproduksi BBM," kata Sudirman beberapa waktu lalu
Sudirman mengungkapkan, harga produksi BBM pada kilang minyak yang dioperasikan Pertamina lebih mahal 4%, daripada harga MOPS (Mean of Plats Singapore).
"Bayangkan, produksi BBM di kilang Pertamina harganya 104% di atas harga MOPS, atau lebih mahal 4% dari harga jual di pasar Singapura. Artinya semakin banyak produksi, kerugian makin besar," ungkap Sudirman.
Di dalam negeri saat ini terdapat 7 kilang, klik di sini untuk mengetahui daftarnya.
Sumur : http://finance.detik.com/read/2014/1...-triliun-tahun
DPR: Kilang Minyak Tua Sebabkan Biaya Produksi BBM Mahal
VIVAnews - Anggota Komisi VII DPR, Asfihani (F-PD), mengatakan perlu adanya reformasi kilang-kilang minyak yang ada saat ini. Karena kilang yang ada sudah berumur tua sehingga dari segi kebutuhan sangatlah kurang memadai untuk bisa menampung volume yang semakin tinggi.
Hal itu disampaikan Asfihani saat melakukan kunjungan spesifik Komisi VII DPR ke Kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan (UP) V Balikpapan, di Provinsi Kalimantan Timur, akhir pekan lalu.
Menurut Asfihani, kecenderungannya biaya produksi setiap kilang tua sangat mahal, sehingga mengakibatkan hasil biaya produksi dan harga pokoknya juga akan mahal. Seperti, kilang di Palembang dan di Balikpapan yang sudah hampir berusia 64 tahun.
"Dengan usia tersebut berarti kan biaya produksi dalam hal ini efisiensi penggunaan alat itu kan pasti akan mahal, maintenance-nya juga mahal, sehingga biaya pokok dari hasil BBM itu mahal pula. Dengan mahalnya biaya pokok ya tentunya akan membebani subsidi juga kan," katanya.
Pemikiran ke depan, kata Asfihani, harusnya pembangunan kilang minyak baru menjadi prioritas karena untuk kebutuhan masa depan pasokan BBM dalam negeri.
"Meskipun investasi pembangunan kilang baru sangat mahal, tapi kan mahal di awal saja, daripada setiap tahun puluhan triliun APBN kita dibuang hanya untuk impor BBM. Ini yang harus kita samakan visi untuk mewujudkan ketahanan energi nasional," ujarnya.
Studi Kelayakan
Menurut Asfihani, DPR dalam hal ini Komisi VII DPR terus mendorong pemerintah agar merealisasikan upaya pembangunan kilang-kilang baru tersebut. "Segala kebijakan untuk bisa merealisasikan kita dorong, termasuk menyetujui pengalokasian dalam APBN untuk pembangunan kilang tersebut.
Bahkan Komisi VII DPR dan pemerintah sudah bikin studi kelayakan, tapi pemerintah belum melaksanakannya. Malah kita pernah kasih 500 milyar rupiah studi kelayakan untuk memancing investor. Sampai sekarang kita belum tahu kelanjutannya," jelasnya.
Asfihani mengatakan kunjungan spesifik Komisi VII DPR ke kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan (UP) V Balikpapan, di Provinsi Kalimantan Timur secara spesifik untuk melihat kondisi kilang tersebut. 'Kita juga ingin mengetahui bagaimana proses kerja kilang itu sendiri, sekaligus kita ingin mengetahui efisiensi kilang yang ada di Balikpapan ini, karena mengingat kilang di Balikpapan ini sudah sangat tua sekali," katanya.
Dalam kunjungan kali ini, tim kunjungan diikuti pula oleh beberapa orang anggota Komisi VII DPR, yaitu Milton Pakpahan, Tri Yulianto, Asfihani, Azwir Dainy Tara, Isma Yatun, Rofi Munawar, Alimin Abdullah, Tommy Adrian Firman, Nur Yasin, Saifudin Donodjoyo. (ren)
Sumur : http://politik.news.viva.co.id/news/...uksi-bbm-mahal
KKG : Pokoknya pemerintah sudah untung walau jual 6500
Panasbung : Salah Jokuwi premium lebih mahal dari pertamax
PKS : Yang penting tarif fustun tak naik
Dikutip dari: http://adf.ly/uXdmu


