
TEMPO.CO, Ferguson - Juri memutuskan untuk tidak menuntut Darren Wilson, polisi kulit putih, yang menembak Michael Brown, 18 tahun, remaja kulit hitam, di Ferguson, Missouri, Amerika Serikat. Bob McCulloch, jaksa penuntut di St Louis County, menyebut kematian Brown adalah tragedi. Namun menurutnya, juri tidak menemukan penyebab yang mungkin untuk mendakwa polisi 28 tahun itu dengan pasal pembunuhan.
Keluarga Brown menyatakan kekecewaan mereka. "Kami benar-benar kecewa karena pembunuh anak kami tidak akan menghadapi konsekuensi perbuatannya," kata mereka seperti dikutip NBCNews, Selasa, 25 November 2014.
Protes massa segera merebak dalam bentuk kekerasan, penjarahan, pembakaran pada Senin di pelbagai negara bagian. Lebih dari seribu orang berunjuk rasa di Manhattan, Oakland, California. Belum lagi di Philadelphia dan Chicago. Mereka berteriak, "Tak ada keadilan!". Sebanyak 300 orang juga berdemo di depan Gedung Putih.
Massa tak terkendali membakar mobil polisi, menjarah toko telepon seluler, juga memecah kaca restoran cepat saji McDonald's. Di markas polisi Ferguson, massa protes melempar polisi dengan botol. Polisi dengan peralatan pelindung berusaha membubarkan ratusan pengunjuk rasa. Di St Louis County, polisi menggunakan gas air mata dan asap untuk menghadapi massa.
Senin malam, Presiden Barack Obama mengeluarkan pernyataan agar semua pihak menahan diri. "Kita adalah bangsa yang dibangun berdasar hukum, jadi kita harus menerima keputusan juri," kata Obama. Obama mengaku memahami protes dalam hal penegakan hukum terkait dengan warna kulit. Namun menurutnya tak ada alasan untuk berbuat kekerasan.
Kasus penembakan di Ferguson terjadi 9 Agustus lalu. McCulloch bercerita, Wilson mengaku sedang duduk di kendaraan patrolinya ketika Brown mendekat dan memukul sang polisi. Selanjutnya, Wilson menembakkan 12 tembakan.
Beberapa saksi mata mengatakan Brown ditembak dan tewas dalam keadaan mengangkat tangan ke atas. Namun jaksa penuntut menyebut saksi mata mengubah kesaksian mereka, bahkan meralat dengan menyatakan mereka tak melihat langsung. Jaksa McCulloch mengaku memahami kekecewaan massa. Tetapi, kata dia, keputusan sistem pengadilan tidak dapat didasarkan pada protes publik untuk kepentingan politik.
Sumber
Dikutip dari: http://adf.ly/ucKqc


