
Jakarta : Presiden Jokowi akhirnya menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2.000 perliternya. Harga BBM jenis premium kini Rp 8500 dan solar menjadi Rp 7500, Senin (18/11/2014).
Beberapa pihak tidak setuju dengan kenaikan ini. Beragam alasan diutarakan dan yang paling banyak mengatas namakan rakyat kecil. Karena jika BBM naik, semua harga akan naik dan inflansi turut meningkat.
Data dari Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia menunjukkan bahwa pemakai BBM 53 persennya adalah mobil pribadi, 40 persen sepeda motor, dan sisanya adalah angkutan. Jelas terlihat bahwa lebih dari setengah subsidi BBM selama ini dinikmati oleh pihak-pihak yang tidak tepat. Pihak-pihak yang mengaku "Miskin" padahal kenyataannya mampu.
Data dari DPR komisi VII tercatat biaya belanja negara dalam APBN tersedot 1/4-nya untuk subsidi BBM. Total subsidi energi (BBM dan LIstrik) tahun 2014 mencapai Rp 453,3 triliun (Rp350 triliun untuk BBM dan Rp103 triliun untuk listrik), dan subsidi non energi ditetapkan hanya Rp 52,7 triliun.
Pengamat Energi dari Indonesia Resource Study (Iress) Marwan Batubara mengatakan beberapa waktu yang lalu, besarnya subsidi yang terus menerus meningkat setiap tahunnya telah membuat triple defisit perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir. "Triple defisit adalah defisit perdagangan, defisit APBN dan terakhir adalah defisit keuangan. Triple defisit ini yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah pada Dollar," kata Marwan pekan lalu di kompleks Parlemen.
Pemerintah mau tak mau harus mengalihkan subsidi BBM sebelumnya berbentuk barang menjadi jasa, atau subsidi di sektor migas menjadi sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, pangan, dan infrastruktur.
Sumber : http://untuknkri.org/53-persen-bbm-b...orang-bermobil
Dikutip dari: http://adf.ly/uJJ52


