Ini cerita di balik kerusuhan 98 yang membawa korban ratusan orang mati dan ratusan jadi korban pemerkosaan dan kekerasan...
SIAR News:
SMI PIMPINAN PRABOWO DI BALIK KERUSUHAN MEI 1998
JAKARTA (6/10/98),Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) akan mengusut dan memanggil sejumlah pengurus teras organisasi pesilat Satria Muda Indonesia. Hal ini diungkap sebuah sumber SiaR.
"Ini guna kelengkapan hasil temuan TGPF yang rencananya
akan diumumkan 23 Oktober mendatang," ujarnya.
Sumber SiaR itu menyebutkan keterlibatan dan dipakainya para
pesilat SMI oleh Prabowo untuk menjalankan skenario "menciptakan"
kerusuhan massif di Jakarta pertengahan Mei lalu. Hal ini dimaksudkan
untuk melicinkan jalan Prabowo ke jenjang posiosi Pangab. "Ia sengaja
menciptakan aksi perusuhan dan ia pula sebetulnya yang akan "menumpas'
perusuhan tersebut. Dengan demikian ia akan dianggap sebagai
satu-satunya figur yang kredibel untuk menjaga stabilitas ibukota,"
ujar sumber tersebut.
Dijelaskan pula, bahwa pada 11 Mei 1998 sejumlah pengurus SMI
berbondong-bondong datang ke Hotel Atlet Century, di Senayan, dan
mendirikan pos komando di situ. "Tempatnya adalah di sebuah ruangan di lantai II. Semua operasi dijalankan dari tempat itu," ujar sumber SiaR.
Sekitar seminggu, menurut sumber Siar di Hotel Century, posko kemudian
dipindahkan ke Lantai IV hotel yang sama.
Pada 11 Mei 1998 itu pula 6 ribu anggota SMI yang sebelumnya
telah mengikuti program 'latihan perang' yang dinamakan sebagai Siaga Satria
dalam 3 gelombang di Bumi Perkemahan Cibubur ini diturunkan ke Jakarta
secara total.
Mereka yang sebelunya terlibat dalam pengamanan Sidang Umum April
Ini dikerahkan untuk memenuhi sejumlah kawasan yang diperkirakan akan jadi
arena pemusatan massa mahasiswa. Namun, mahasiswa ternyata tak turun ke jalan dan membuat kekacauan seperti perkiraan intelijen Kopassus.
SIAR News:
SMI PIMPINAN PRABOWO DI BALIK KERUSUHAN MEI 1998
JAKARTA (6/10/98),Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) akan mengusut dan memanggil sejumlah pengurus teras organisasi pesilat Satria Muda Indonesia. Hal ini diungkap sebuah sumber SiaR.
"Ini guna kelengkapan hasil temuan TGPF yang rencananya
akan diumumkan 23 Oktober mendatang," ujarnya.
Sumber SiaR itu menyebutkan keterlibatan dan dipakainya para
pesilat SMI oleh Prabowo untuk menjalankan skenario "menciptakan"
kerusuhan massif di Jakarta pertengahan Mei lalu. Hal ini dimaksudkan
untuk melicinkan jalan Prabowo ke jenjang posiosi Pangab. "Ia sengaja
menciptakan aksi perusuhan dan ia pula sebetulnya yang akan "menumpas'
perusuhan tersebut. Dengan demikian ia akan dianggap sebagai
satu-satunya figur yang kredibel untuk menjaga stabilitas ibukota,"
ujar sumber tersebut.
Dijelaskan pula, bahwa pada 11 Mei 1998 sejumlah pengurus SMI
berbondong-bondong datang ke Hotel Atlet Century, di Senayan, dan
mendirikan pos komando di situ. "Tempatnya adalah di sebuah ruangan di lantai II. Semua operasi dijalankan dari tempat itu," ujar sumber SiaR.
Sekitar seminggu, menurut sumber Siar di Hotel Century, posko kemudian
dipindahkan ke Lantai IV hotel yang sama.
Pada 11 Mei 1998 itu pula 6 ribu anggota SMI yang sebelumnya
telah mengikuti program 'latihan perang' yang dinamakan sebagai Siaga Satria
dalam 3 gelombang di Bumi Perkemahan Cibubur ini diturunkan ke Jakarta
secara total.
Mereka yang sebelunya terlibat dalam pengamanan Sidang Umum April
Ini dikerahkan untuk memenuhi sejumlah kawasan yang diperkirakan akan jadi
arena pemusatan massa mahasiswa. Namun, mahasiswa ternyata tak turun ke jalan dan membuat kekacauan seperti perkiraan intelijen Kopassus.
Mahasiswa ternyata justru memusatkan kekuatannya di kampus-kampus dan
baru pada 18 Mei bergerak ke MPR/DPR. Skenario penghadangan mahasiswa
ini lantas diubah menjadi skenario penjarahan, perkosaan dan teror.
Menurut sumber SiaR, penyebaran kekecauan ini ada hubungannya
dengan desas-desus saat itu yang antara lain mengabarkan bahwa Presiden
Soeharto akan memberikan semacam "Surat Perintah Mei" pada Prabowo saat itu. "Supermi" itu konon penunjukkan untuk pemulihan keamanan.
Dalam unsur SMI yang ikut terlibat dalam aksi perusuhan adalah
para pimpinannya, yang notabene adalah orang-orang Prabowo. Secara
garis besar, mereka ini terdiri atas 3 kelompok. Yaitu kelompok pecinta
alam semacam Wanadri, H Iwan "Ompong" Abdurrahman (Ketua Umum SMI)
dan kelompok preman yang dikomandani orang-orang "Eks Tidar" macam Edi Prabowo (Wakil Ketua Harian) dengan dukungan sejumlah preman asal Timor Timur dan Irian Jaya.
Sebelum jadi ketua umum SMI, Iwan Ompong sebetulnya telah
banyak membantu Kopassus. Ia banyak mengembangkan kerjasama antara
Wanadri-Kopassus. Iwan juga jadi pelatih beladiri Kopasdus dengan
mengembangkan jenis beladiri aliran Combat. Sebuah jenis beladiri memati-
kan yang mengambil sasaran bagian terlemah dari kepala dari lawan.
Sedangkan kelompok Eks Tidar sebetulnya adalah para preman yang
tadinya pernah belajar di Akabri Magelang (Gunung Tidar). Para drop-out
Akabri ini dikeluarkan dari ikatan dinas sebagai taruna Akabri karena
berbagai kasus berat, misalnya menghamili gadis, memukul atasan atau
senior serta melanggar ketentuan disiplin.
Sumber SiaR menceritakan bahwa Edi Prabowo, selaku kepala
pelatih SMI, merekrut gabungan sejumlah mahasiswa, pendekar, preman dan
militer untuk membentuk pasukan siluman serba guna. Pasukan ini, di
bawah komando Prabowo, bisa dikerahkan untuk apa saja. "Termasuk
menculik para aktivis. Sebuah hal yang diyakini Prabowo sebagai bagian
dari bela negara," ujarnya. ***


