WARGA sejumlah desa di Kabupaten Malaka mengkonsumsi air kubangan. Kondisi ini terjadi karena kemarau panjang, debit sejumlah sumber air menurun drastis, dan juga sumur mengalami kekeringan. Selain itu, sumur dan sumber air banyak yang tercemar. Demikian diungkapkan Kades Motaulun Andreas Klau, dan Kades Rabasa Hain Samson Seran Bria (Kecamatan Malaka Barat), serta Kades Kereana Yakobus Jun O Nai (Kecamatan Botin Leobele), ketika ditemui VN secara terpisah, Rabu (5/11) kemarin.
Kades Motaulun Andreas Klau mengeluh karena sumur-sumur bantuan berbagai program sanitasi lingkungan di wilayah itu tercemar, karena sedimentasi akibat bencana banjir yang terjadi setiap tahun. "Sumur-sumur itu dangkal. Ada yang kotor dan rasanya asin. Sehingga, warga terpaksa membuat kubangan di pinggiran Sungai Benenain. Air kali itu disaring dan dibawa pulang untuk keperluan minum dan cuci," katanya.
Andreas menjelaskan, sedimentasi begitu tinggi sehingga sumur yang dibangun melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) itu hanya memiliki kedalaman sekitar tiga sampai empat meter. Untuk mengatasi masalah tersebut, kata Andreas, perlu dibangun sumur bor yang memiliki kedalaman belasan meter, sehingga terhindar dari pencemaran dan sedimentasi.
Kades Motaulun Andreas Klau mengeluh karena sumur-sumur bantuan berbagai program sanitasi lingkungan di wilayah itu tercemar, karena sedimentasi akibat bencana banjir yang terjadi setiap tahun. "Sumur-sumur itu dangkal. Ada yang kotor dan rasanya asin. Sehingga, warga terpaksa membuat kubangan di pinggiran Sungai Benenain. Air kali itu disaring dan dibawa pulang untuk keperluan minum dan cuci," katanya.
Andreas menjelaskan, sedimentasi begitu tinggi sehingga sumur yang dibangun melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) itu hanya memiliki kedalaman sekitar tiga sampai empat meter. Untuk mengatasi masalah tersebut, kata Andreas, perlu dibangun sumur bor yang memiliki kedalaman belasan meter, sehingga terhindar dari pencemaran dan sedimentasi.
Sementara itu, Kades Rabasa Hain mengeluh karena hanya satu sumur yang menyediakan air bersih bagi warga di wilayahnya. Hal tersebut menyebabkan warga mengeluh, karena sulit memperoleh air yang bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga. Terpisah, Kades Kereana Yakobus Jun O Nai mengatakan, warga mengkonsumsi air yang diambil di beberapa kali kecil yang melintasi wilayahnya.
Selain itu, warga menempuh perjalanan sepanjang empat kilometer untuk mengambil air di sumber mata air Talobon yang debitnya sangat kecil. Menurutnya, wilayahnya terletak di dataran tinggi, sehingga pemerintah perlu memperhatikan nasib masyarakat melalui penyaluran program penyediaan sarana air bersih untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Sekretaris Desa (Sekdes) Umatoos di Kecamatan Malaka Barat Romanus Yos Bria kepada VN mengatakan, warga mengambil air di sumber mata air Weliman di Kecamatan Weliman. Warga menyewa mobil pick up untuk mengangkat air di sumber mata air Weliman dengan menempuh perjalanan sepanjang sembilan km.
Tokoh masyarakat Desa Tafuli Kecamatan Rinhat Petrus Bria Tahu mengatakan, warga kesulitan air bersih sepanjang tahun. Tidak ada sumur satu pun yang ada di seluruh wilayah Desa Tafuli. Warga memenuhi kebutuhan air bersih dengan mengambil air di Sungai Boen dan Sungai Benenain yang melintasi wilayah desa tersebut.
Selain itu, warga membuat kubangan-kubangan kecil. "Itu pun airnya hanya tetes. Sehingga, warga menunggu berjam-jam. Bahkan kami bisa pulang ke rumah sekitar empat sampai lima jam kemudian baru kembali untuk ambil air yang terisi dalam jerigen berukuran 5 liter," kata Petrus. Ia berharap Pemerintah Kabupaten Malaka bisa melihat kondisi masyarakat Desa Tafuli saat ini. (mg-1/R-3)
Dikutip dari: http://adf.ly/tnuf2


