Jakarta – Pagi hari ini bisa dibilang hari baru bagi para pengendara kendaraan bermotor di Indonesia. Tadi malam baru saja Presiden Jokowi mengumumkan harga BBM bersubsidi dinaikkan Rp 2.000 per jenisnya.
Perlahan sang mentari menampakkan diri di Ibukota, menyinari mobil kuning yang dibawa Pak Susanta (45) menuju Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Sambil menghela nafas panjang lega, Pak Susanta bergumam akan sepinya jalanan pagi ini.
"Tumben pagi ini sepi ke arah Bandara. Padahal biasanya ramai dari hari Sabtu sampai Rabu," ujar Pak Susanta selepas Gerbang Tol Meruya, Jakarta Barat, Selasa (18/11/2014).
Menengok ke kanan dan ke kiri ke luar pagar pembatas tol pun barisan kendaraan belum melakukan defile. Sedikit senyum simpul menghias raut wajah bapak empat anak itu.
"Mungkin ini gara-gara BBM naik, jadinya kendaraan sepi. Ya mudah-mudahan nanti semua orang pindah ke kendaraan umum. Jadi ada berkah buat kami," ungkap dia.
Ya, Pak Susanta adalah sopir taksi yang sehari-harinya berkeliling Ibukota hanya untuk membawa kabar gembira bagi keluarga di Bogor. Demi terkumpulnya pundi-pundi Rupiah, dirinya rela bermalam di mess pool taksi tempat dia bekerja.
"Kalau saya tidak ikut-ikutan antre di SPBU semalam. Saya tergetkan jam 20.00 WIB sudah setoran dan istirahat. Bahaya kalau dipaksakan narik," kata Pak Susanta berlogat Sunda.
"Saya malah heran itu. Mereka yang antre malah orang-orang kaya. Bisa beli mobil mahal, kenapa (BBM) naik Rp 2.000 saja panik begitu? Saya saja biasa saja kok. Teman-teman yang shift malam juga tidak antre, mendingan narik katanya," tutur Pak Susanta.
Dalam sehari bila mencapai target, Pak Susanta mendapat komisi Rp 220.000. Setelah masuk kerja selama empat hari, dirinya dapat jatah libur selama dua hari.
Pulanglah dia ke Bogor untuk bertemu keluarga tercinta. Dua anaknya yang sudah lulus SMA memilih bekerja sebagai pramuniaga di Carrefour, sementara dua lainnya masih duduk di bangku SD.
"Palingan nanti dampaknya sembako naik sedikit. Tidak masalah toh harga sembako memang biasa naik. Asal pemerintahnya benar, saya percaya pasti ada pembangunan," ujar dia saat sampai kawasan Rawa Buaya.
Sebagai rakyat kecil yang semangat mencari nafkah, dirinya berharap tak terjadi gejolak di masyarakat. Dari pemberitaan yang dia dengar dan baca, bersyukurlah dirinya tak semua masyarakat asal menolak kenaikan BBM.
"Asal tidak dipanas-panasi saya rasa masyarakat mengerti kok. Heran saya itu yang suka memanasi malah anggota DPR. Masa ada itu anggota DPR bilang kalau harga BBM harusnya turun? Dari mana hitungannya?" ucap Pak Susanta.
"Saya dengar memang turun harga minyak dunia. Tapi kalau dirupiahkan memangnya turun? Dari yang saya tahu, harga bensin kalau dirupiahkan masih Rp 8.600 seliternya. Berarti masih ada sedikit sibsidi dari pemerintah. Tapi kenapa anggota DPR yang suka komentar itu tidak menghitung kalau harga bensin dirupiahkan?" tutur dia lagi.
Ini adalah tahun ketiga Pak Susanta menjadi pramudi taksi. Di tempat yang lama, dirinya hanya mendapat komisi sebesar Rp 150.000 saja.
Dia baru pindah ke perusahaan taksi ini sejak lebaran tahun lalu. Selama menjadi pramudi pun sudah beberapa kali isu BBM naik tak menggoyahkan niatnya mencari nafkah.
Hanya satu harapnya untuk keluarga, semoga anak-anaknya punya semangat bekerja. Seberapa besar kenaikan harga, bila bekerja pasti akan terkejar.
"Kalau ada beasiswa, semoga anak-anak saya bisa lanjut sekolah ke perguruan tinggi," pungkas Pak Susanta di depan Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta.
Sumber : http://untuknkri.org/kata-pak-susant...l-kenaikan-bbm
Link: http://adf.ly/uJFLI