ORI, agar Indonesia meminjam uang rupiah ke rakyatnya sendiri, bukan mata uang asing yang bisa naik turun dimainin.
Penerbitan Obligasi Ritel Kurangi Beban Moneter
Selasa, 18 Juli 2006 EKONOMI
JAKARTA- Bank Indonesia (BI) menyambut baik penerbitan obligasi ritel pemerintah (ORI seri 001) karena akan dapat mengurangi beban moneter perbankan.
"Itu kan bagus. Dengan adanya ORI itu memberikan alternatif investasi di masyarakat. Artinya ini akan mengurangi beban moneter," kata Gubernur BI Burhanuddin Abdullah saat peluncuran masa penawaran ORI di Jakarta, Senin.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo mengatakan kalau penetapan harganya seperti sekarang itu sangat efekif karena beda antara bunga deposito dengan suku bunga ORI itu cukup signifikan.
"Yang perlu digarisbawahi pemerintah adalah pajaknya final 20 persen, bukan pajak tahunan 20 persen," katanya.
Demikian juga dengan asal dana yang menurut dia tidak perlu dipertanyakan karena pemerintah diharapkan dapat menarik dana dari investor individu yang lebih memilih menyimpan dana di luar negeri.
Ia menjelaskan ORI tidak akan mempengaruhi produk bank lainnya seperti deposito karena jumlahnya yang kecil hanya sekitar Rp 2 triliun.
"Kalau jumlahnya besar baru akan berpengaruh," katanya.
Sedangkan Senior Vice President Head Treasury Bank Permata, Francis Indarto mengatakan penerbitan ORI tersebut dilakukan pada waktu yang sangat tepat karena suku bunga perbankan sedang dalam kecenderungan menurun.
"Launchingnya sangat tepat karena sekarang momentnya suku bunga turun. LPS sudah turunkan 0,5 persen jadi 12 persen. dan kita harapkan akan turun lagi dalam bulan-bulan berikutnya BI ratenya," kata Francis.
Ia juga sependapat dengan Agus Martowardojo tentang perbedaan pasar ORI dengan deposito perbankan karena deposito biasanya hanya satu atau tiga bulanan sedangkan ORI jangka waktunya tiga tahun.
Tak Khawatir
Sementara Pemerintah menyatakan tidak khawatir akan kehabisan pembeli obligasi negara meski porsi utang dalam negeri pemerintah sudah mencapai 50,02 persen.
"Kita akan tetap mengukur daya serap pasar dalam negeri sebelum penerbitan obligasi negara," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani usai pembukaan masa penawaran obligasi negara ritel (ORI) Seri 001 di Jakarta, kemarin.
Berdasar data yang ada, jumlah utang pemerintah Indonesia hingga akhir 2005 mencapai 133,54 miliar dolar AS. Jumlah itu terdiri dari utang luar negeri 66,53 miliar dolar AS (49,8 persen) dan utang dalam negeri 67,01 miliar dolar AS (50,2 persen).
Penerbitan Obligasi Ritel Kurangi Beban Moneter
Selasa, 18 Juli 2006 EKONOMI
JAKARTA- Bank Indonesia (BI) menyambut baik penerbitan obligasi ritel pemerintah (ORI seri 001) karena akan dapat mengurangi beban moneter perbankan.
"Itu kan bagus. Dengan adanya ORI itu memberikan alternatif investasi di masyarakat. Artinya ini akan mengurangi beban moneter," kata Gubernur BI Burhanuddin Abdullah saat peluncuran masa penawaran ORI di Jakarta, Senin.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo mengatakan kalau penetapan harganya seperti sekarang itu sangat efekif karena beda antara bunga deposito dengan suku bunga ORI itu cukup signifikan.
"Yang perlu digarisbawahi pemerintah adalah pajaknya final 20 persen, bukan pajak tahunan 20 persen," katanya.
Demikian juga dengan asal dana yang menurut dia tidak perlu dipertanyakan karena pemerintah diharapkan dapat menarik dana dari investor individu yang lebih memilih menyimpan dana di luar negeri.
Ia menjelaskan ORI tidak akan mempengaruhi produk bank lainnya seperti deposito karena jumlahnya yang kecil hanya sekitar Rp 2 triliun.
"Kalau jumlahnya besar baru akan berpengaruh," katanya.
Sedangkan Senior Vice President Head Treasury Bank Permata, Francis Indarto mengatakan penerbitan ORI tersebut dilakukan pada waktu yang sangat tepat karena suku bunga perbankan sedang dalam kecenderungan menurun.
"Launchingnya sangat tepat karena sekarang momentnya suku bunga turun. LPS sudah turunkan 0,5 persen jadi 12 persen. dan kita harapkan akan turun lagi dalam bulan-bulan berikutnya BI ratenya," kata Francis.
Ia juga sependapat dengan Agus Martowardojo tentang perbedaan pasar ORI dengan deposito perbankan karena deposito biasanya hanya satu atau tiga bulanan sedangkan ORI jangka waktunya tiga tahun.
Tak Khawatir
Sementara Pemerintah menyatakan tidak khawatir akan kehabisan pembeli obligasi negara meski porsi utang dalam negeri pemerintah sudah mencapai 50,02 persen.
"Kita akan tetap mengukur daya serap pasar dalam negeri sebelum penerbitan obligasi negara," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani usai pembukaan masa penawaran obligasi negara ritel (ORI) Seri 001 di Jakarta, kemarin.
Berdasar data yang ada, jumlah utang pemerintah Indonesia hingga akhir 2005 mencapai 133,54 miliar dolar AS. Jumlah itu terdiri dari utang luar negeri 66,53 miliar dolar AS (49,8 persen) dan utang dalam negeri 67,01 miliar dolar AS (50,2 persen).
Menurut Menkeu, penerbitan obligasi negara merupakan salah satu alternatif yang kecil resikonya untuk pembiayaan defisit APBN dibandingkan dengan utang luar negeri.
"Untuk pembiayaan dalam negeri, kita selalu mengoptimalkan kesempatan yang ada, yaitu risiko yang lebih kecil karena tidak ada resiko kurs. Ini yang menjadi pertimbangan kita," katanya.
Mengenai prospek ORI-001, Menkeu mengatakan, pasar bagi obligasi negara jenis itu akan selalu ada dari sisi jangka menengah maupun panjang.
"ORI-001 kan untuk investor individual. Kalau selama ini mereka lebih banyak pada instrumen deposito, mereka akan membandingkan dengan suku bunga dan kupon pada ORI-001 ini," katanya.
Menurut dia, basis ORI-001 adalah investor individu sehingga yang perlu dilakukan adalah penjelasan seluas-luasnya kepada masyarakat terutama sisi manfaat.
"Dari sisi permintaan, kita optimis, namun karena ini menyangkut investor individual maka perlu lebih banyak penjelasan kepada masyarakat," tegas Menkeu.(bn,ant-59)
Sumber: Suara Merdeka
Sri Mulyani Ingin Secantik KD
Wahyu Daniel - detikfinance
Jumat, 29/02/2008 18:20 WIB
Jakarta -Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah dianugerahi wajah cantik. Namun tetap saja, Menkeu tetap ingin secantik diva pop Krisdayanti.
Namun keinginan itu bukan yang sebenarnya. Gurauan itu hanyalah candaan Menkeu yang sedang merayu KD agar mau ikut mempromosikan Obligasi Ritel Indonesia (ORI).
Menkeu berharap dengan kedatangan para selebriti, maka ajang promosi ORI bisa semakin mampu menggaet masyarakat umum ataupun artis lainnya.
"Seperti Mbak Kris yang cantik, matanya indah, rambutnya juga demikian masyarakat juga ingin menjadi seperti itu, saya pun juga ingin cantik seperti Mbak Kris. Jadi kalau Mbak Kris beli ORI nanti masyarakat pun akan tertarik untuk mengenal ORI," urainya.
Hal itu disampaikannya dalam sambutannya di acara "Selebriti Beli ORI" di kantornya Gedung Dhanapala, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Jumat (29/2/2008).
Menkeu mengundang selebriti untuk mempromosikan instrumen obligasi ritel Indonesia (ORI) seri 004. Ia berharap masyarakat menjadi tertarik untuk ikut serta membeli instrumen tersebut, selebriti yang diundang adalah Krisdayanti dan Dwiki Dharmawan.
�
Menkeu menambahkan, dengan promosi melalui selebriti ini, selain masyarakat, selebriti lain yang dianggap mempunyai dana untuk membeli instrumen ini akan ikut serta.
ORI ini, kata Menkeu kepada 2 selebriti tadi, merupakan instrumen utang untuk menutup anggaran. "Negara maju pun juga pasti mengutang karena kebutuhan belanja negara yang sangat beragam," ujarnya.
Ia pun menyindir Krisdayanti yang tak pernah pusing dengan keuangannya. Beda dengan dirinya yang selalu waktu dipusingkan oleh defisit keuangan negara yang tak ada habisnya
Sumber: detikcom


