Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Mereka yang Tak Bisa Kembali ke Senayan

Saturday, May 3, 2014
Mereka yang Tak Bisa Kembali ke Senayan




JAKARTA, Pemilu 2014 penuh kejutan, terutama hasilnya. Tidak sedikit calon anggota legislatif petahana yang mental, gagal kembali ke Senayan. Wajah DPR periode 2014-2019 akan berubah dengan kehadiran orang-orang baru di luar 90 persen dari 560 anggota DPR periode 2009-2014.

Jauh sebelum pemungutan suara berlangsung, banyak prediksi soal wajah DPR yang bisa direka. Namun, prediksi itu tak sepenuhnya terjadi. Misalnya, Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari (Golkar) yang gagal dari daerah pemilihan Jawa Tengah IV. Nurul Arifin (Golkar), artis dan aktivis perempuan itu, juga gagal mempertahankan kursinya di dapil Jawa Barat VII.

Wakil Ketua Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf (Demokrat) juga kemungkinan terpental. Penulis novel dengan nama Noriyu ini gagal meraih kursi dari dapil Jawa Timur VII. Begitu pula Eva Kusuma Sundari, anggota Komisi III (PDI-P), gagal di dapil Jawa Timur VI.

Ketua DPR Marzuki Alie (Demokrat) dan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso (Golkar) juga disebut-sebut kalah dalam pemilu. Caleg petahana lain, seperti mantan model Okky Asokawati dan mantan Ketua Umum PB HMI Taufiq Hidayat, juga kemungkinan terpental.

Melihat hasil Pemilu 2014, popularitas saja tidak cukup menjadi modal. Modal kerja dan pendekatan kepada konstituen selama hampir lima tahun tidak menjamin keterpilihan. Mereka yang gagal dan disebutkan di atas adalah bukti.

Tak menyesal

Kendati gagal mempertahankan kursi parlemen, sebagian caleg petahana tidak menyesal terlibat dalam politik praktis. Mereka hanya menyesalkan maraknya kecurangan, terutama politik uang.

Hajriyanto, misalnya, sudah sejak dua pekan setelah pemungutan suara menyatakan menerima kekalahan. �Tidak ada yang perlu disesali karena pemilih saya tetap sama dengan Pemilu 2009, yakni 42.000-an. Artinya, saya tidak kehilangan suara,� tutur dia.

Ketua DPP Partai Golkar itu membaca kegagalannya mempertahankan kursi sebagai cara Tuhan menghentikannya dari Senayan. Sebagai aktivis yang memilih jalan politik, Hajriyanto belajar legawa, menerima kekalahan. Apalagi, ia sudah empat periode menjadi anggota DPR sejak Pemilu 1997.

Beberapa hari lalu, Nurul juga muncul di parlemen menyatakan menerima kekalahan. Perolehan suara anggota Komisi II DPR itu anjlok, dari sekitar 195.000 pada Pemilu 2009 menjadi 68.000 suara. �Saya sudah menerima kekalahan ini, tetapi tim saya masih belum menerima. Sebanyak 68.000-an suara yang saya dapat itulah hasil kampanye door to door saya selama ini,� ujar dia.

Meski merasa kalah oleh kecurangan, Nurul tidak menyesal memilih jalan politik. Ia juga tak akan berhenti beraktivitas memperjuangkan rakyat meski tidak berada di parlemen. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar ini justru punya lebih banyak waktu untuk aktif di parpol dan sejumlah organisasi kemasyarakatan.

Eva, yang merasa kalah karena banyaknya praktik politik uang di sekitarnya, juga menerima kekalahan. Namun, kekalahan itu tidak membuat ia ingin berhenti dari jalan politik. �Berpolitik sih terus, it is in my blood, entah politik etis ataupun praktis,� kata dia.

Saat ini, Eva aktif terlibat dalam beragam kegiatan mendukung calon presiden dari PDI-P, Joko Widodo. Selain menyebarkan informasi agenda-agenda yang terkait Jokowi, Eva juga aktif menyusun dan menyebarkan rilis-rilis dukungan untuk Jokowi. Ia berkelakar sudah dapat pekerjaan baru, sebagai penulis rilis untuk Jokowi.

Noriyu juga bertekad tidak akan berhenti. Tekad para caleg petahana yang tak terpilih itu membuktikan bahwa kursi DPR bukanlah segalanya. Tak harus menunggu menjadi wakil rakyat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Perjuangan membela rakyat tetap bisa dan nyata bisa dilakukan justru di luar parlemen.

SUMBER.....

Udahlah, belajar ikhlas, kalo enggak masuk di DPR juga enggak apa-apa, kan perjuangan membela rakyat kan enggak harus masuk di DPR aja!!!!
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive