Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Kecaman ke HT; Tunjukkan Yuddy Chrisnandi Pragmatis

Wednesday, May 7, 2014
Pernyataan-pernyataan keras mantan ketua Bapilu Yuddy Chrisnandi yang tiba-tiba bicara soal hasil Pemilu Legislatif banyak menuai kecaman dari kalangan aktivis Hanura sendiri.

Andi Saiful Haq misalnya. Dia mengatakan bahwa Yuddy adalah politisi dengan banyak kisah kegagalan. Gagal jadi Presiden, gagal jadi Caleg, Gagal jadi Bapilu. Jadi harusnya tak perlu digubris. Tudingan Yuddhy kepada HT sebagai Ketua Bapilu menurutnya sudah melampaui kewenangan Wiranto sebagai Ketua Umum Partai Hanura.

Harusnya, Yuddy berkaca karena selama Yuddy memimpin Bapilu sampai awal 2013, elektabilitas Hanura tidak sampai 1 persen bahkan terancam tidak lolos parliamentary threshold (PT). Dan tiba-tiba bicara soal pemenangan partai setelah dirinya dinyatakan kalah jadi Caleg DPR RI dari Jabar.

Padahal jika kita mau menengok pernyataan Yuddhy hampir setahun lalu ketika pak Wiranto menggesernya dan melimpahkan pekerjaan Bapilu ke pak HT dia berkata : Dengan masuknya Pak Hary Tanoe, kita sangat bersyukur. Kita tidak ada masalah lagi dengan publikasi, popularitas, elektabilitas partai maupun Pak Wiranto sebagai capres,� kata Yuddy kepada Detik.com,18/2/2013.

Dengan kemarahannya, Yuddy menunjukkan kualitasnya sebagai politikus. Yuddy juga menunjukkan rasa frustasi karena tidak bisa memenangkan pertarungan di dapilnya pada pileg kemarin. Sehingga serangan-serangan yang ditujukan ke HT sangat tidak rasional.

Banyak orang mendesak saat Rapimnas Hanura kemarin Wiranto memberi teguran keras kepada Yuddhy Chrisnandi. Namun mentok karena Ketum Hanura yang sudah lama berteman dengan Yudi, sehingga tindakan Yuddhy didiamkan oleh Wiranto.


Mencuatnya serangan Yuddhy yang mengkambinghitamkan HT itu menunjukkan keburukan Yuddy sendiri. Semakin dia marah, semakin dangkallah otak Yuddy. Sebenarnya kekalahan atau kekurangan suara itu di pileg itu harusnya jadi kekurangan bersama.

Kita tahu bersama jika Hary Tanoe tidak main-main mempublikasikan Hanura dalam selama proses kampanye Pemilu Legislatif. Mulai dari pengorbanan materi menggelontorkan dana sampai resiko ditegur oleh KPI karena tayangan-tayangan-pun ditempuhnya.

Mungkin memang ada yang tidak tepat dengan cara-cara yang ditempuh oleh HT. Namun bagi politisi Hanura, bisa dihitung rupiah yang harus ditanggung Hanura jika harus mengiklankan diri di televisi lain sebanyak frekuensi mereka tampil di media HT?

Apa yang dilakukan Yuddhy juga mencerminkan bahwa Yuddhy bukan cerminan politikus matang meski dia seorang doktor ilmu politik dan mantan anggota Komisi I DPR. Dia adalah politikus dengan kemarahan yang meledak-ledak tanpa mengindahkan etika politik.

Bahkan pengamat politik senior Burhanuddin Muhtadi berkomentar soal Yuddy. Dia menganjurkan agar alumni HMI ini lebih baik move on saja. Tak bijak mencari kambing hitam.

Barangkali Yuddy yang doctor politik lupa, dipolitik tulisan: meja bisa dibaca kursi, dan gambar bus bisa dibilang gambar kambing. Itulah politik. Tak ada yang abadi soal kebenaran di politik. Tak ada yang betul-betul benar. Politik itu dialektis.

Karena itu semua, jika Yuddhy bersikeras meminta HT keluar dari Hanura; betapa naifnya Yuddy ; betapa pragmatisnya Yuddy.

Sumber : http://politik.kompasiana.com/2014/0...is-654172.html
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive