
Adapun tujuh partai lainnya masing-masing Gerindra, PDI Perjuangan, Golkar, NasDem, Hanura, Demokrat, dan PKB tak menggelar kampanye terbuka.
Argemiro Lengkong, salah satu anggota Tim Pemenangan PDI Perjuangan, mengatakan pihaknya lebih suka melakukan kampanye secara door to door dibandingkan menggelar kampanye terbuka.
"Bisa dibilang kami ikut gaya Jokowi, calon presiden PDI Perjuangan, yang lebih senang blusukan, bertemu langsung dengan masyarakat. Jadi kami di Manado juga lakukan hal yang sama," kata Lengkong.
Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kota Manado Heard Runtuwene mengatakan tidak adanya partai politik yang menggelar kampanye terbuka membuat rugi partai bersangkutan. Sebab, partai-partai itu telah diberikan kesempatan untuk berkampanye secara terang-terangan.
"Mungkin ada pertimbangan lain sehingga tidak mau melakukan kampanye di lapangan terbuka," kata Runtuwene.
Dari penelusuran Tempo, biaya kampanye terbuka tergolong tinggi di Kota Manado. Pasalnya, salah satu tukang ojek yang biasa digunakan jasanya untuk menambah massa kini memasang tarif cukup mahal, yakni Rp 100 ribu per sepeda motor.
Tak hanya itu, untuk sewa panggung tanpa sound system, partai harus merogoh kocek hingga Rp 60 juta. Hal ini tentu menjadi salah satu alasan kenapa partai politik enggan menggelar kampanye terbuka.
SUMBER


