Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

[Lagi2 masalah BACOT] Prijanto: Sekarang Saya Berseberangan dengan Jokowi-Ahok

Monday, March 10, 2014
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto menyatakan dia sudah tidak lagi mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.

Sebelumnya, Prijanto yang memiliki hubungan tidak baik dengan gubernur saat itu, Fauzi Bowo, habis-habisan mendukung pasangan calon Jokowi-Basuki menjadi gubernur dan wakil gubernur mengalahkan Fauzi-Nachrowi Ramli dalam Pilkada 2012.

"Semuanya bisa saja terjadi dan berubah. Sekarang saya berseberangan dengan Jokowi-Ahok (Basuki)," kata Prijanto ditemui di kediamannya di Otista, Jakarta, Minggu (9/3/2014).


Menurut Prijanto, saat Pilkada DKI terdahulu, Jokowi-Basuki sering menyambangi kediamannya. Mereka sering berkonsultasi dan bercerita mengenai permasalahan ibu kota.

Prijanto mendukung Jokowi-Basuki saat itu, karena ia meyakini mereka berdua mampu memberantas korupsi. Terutama korupsi di tubuh Pemprov DKI Jakarta.

Namun menurut dia, pemikirannya itu meleset. Prijanto menceritakan, dia sering melaporkan indikasi korupsi pada pengadaan Stadion BMW kepada Jokowi-Basuki, tapi tidak mendapat respons dari pihak terkait.

Hal itu pula yang membuat Prijanto lebih memilih melaporkan kasus tersebut kepada Komisi. Pemberantasan Korupsi (KPK) daripada Jokowi-Basuki. Seharusnya Pemprov DKI dapat bertindak, terlebih Jokowi-Basuki berkeinginan membuat stadion untuk Persija Jakarta.

"Yang paling bikin saya kesal, saat saya lapor Stadion BMW ke Ahok. Dia malah bilang, 'Dulu pas Pak Prijanto menjabat sebagai wagub, kemana saja kok diam saja soal masalah BMW'," kata Prijanto menjelaskan.

Prijanto juga kecewa karena Basuki yang melontarkan istilah "di-Prijanto-kan". Menurut Prijanto, pernyataan Basuki di-Prijanto-kan berarti seorang wakil gubernur yang sudah tidak sejalan dengan gubernurnya dan tidak bekerja untuk rakyat. Siapapun yang membaca berita tersebut, kata dia, pasti memiliki konotasi negatif.

Beberapa waktu lalu, Wagub Basuki mengaku pasrah jika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo maju menjadi capres. Dia hanya berharap akan mendapat jodoh wakil gubernur yang cocok dengannya dan sama-sama bekerja untuk rakyat. Jika tidak, Basuki akan Prijanto-kan wakil gubernurnya.

"Berarti dia sudah menganggap dirinya seperti Fauzi Bowo dan wakilnya dari PDI-P harus di-Prijanto-kan, ini kan gila," kata purnawirawan TNI-AD itu.

Prijanto berpendapat, tidak ada masalah jika Basuki berambisi menjadi gubernur. Apalagi amanat konstitusi mengatakan jika Jokowi mengundurkan diri maka ia otomatis menjadi gubernur. Namun Prijanto mengingatkan bahwa Basuki harus paham syarat-syarat menjadi pemimpin.

Menjadi seorang gubernur harus memiliki 5K. Yakni karakter, kapabilitas, kapasitas, kredibilitas, dan kepemimpinan. Lebih lanjut, jika nantinya Basuki benar-benar menjadi gubernur, jangan sampai ia mendominasi dalam memimpin sebuah ibu kota.

Ia pun menganalogikan roda pemerintahan dengan gado-gado yang terdiri dari berbagai ramuan. Menurut Prijanto, jika di dalam gado-gado, ada salah satu ramuan yang mendominasi, maka cita rasa yang diciptakan tidak akan nikmat.
sumber

Prijanto Merasa Tersinggung atas Ucapan Basuki


JAKARTA, KOMPAS.com � Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto merasa tersinggung dengan pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Ia menilai salah satu kata yang digunakan oleh Basuki membuatnya seolah tidak bekerja untuk rakyat.

"Saya baca di media online, Ahok (Basuki) menyatakan pasrah, jika jadi gubernur, kemudian wakilnya dipilih oleh PDI-Perjuangan. Kata 'di-Prijanto-kan' itu saya tanggapi bahwa saya tidak bekerja untuk rakyat," kata Prijanto di kediamannya, Jakarta Timur, Minggu (9/3/2014).

Siapa pun yang membaca berita tersebut, kata dia, pasti memiliki konotasi negatif. Prijanto menyebutkan, istilah itu sebenarnya sudah muncul sejak setahun lalu. Dalam sebuah artikel di forum online, penulis artikel itu menyebutkan bahwa istilah "di-Prijanto-kan" berarti Prijanto "diamankan" dan tidak boleh berbicara oleh Gubernur DKI saat itu, Fauzi Bowo.

"Ahok kan tidak, dia menyatakan seolah-olah saya ini tidak bekerja untuk rakyat. Berarti dia sudah menganggap dirinya seperti Fauzi Bowo dan Wakilnya dari PDI-P harus 'di-Prijanto-kan', ini kan gila," kata Prijanto yang mengundurkan diri dari Wagub DKI sebelum masa jabatannya berakhir.

Sebelumnya, Basuki menyatakan pasrah jika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo maju menjadi capres. Dia hanya berharap akan mendapat jodoh wakil gubernur yang cocok dengannya.

"Pasti cocoklah kalau sama-sama bekerja untuk rakyat, pasti cocoklah. Kalau macam-macam, kita 'Prijanto-kan', ha-ha-ha. Iya dong, kalau tidak cocok," kata Basuki, Jumat (7/3/2014).

Sesuai dengan peraturan yang berlaku, jika Jokowi maju sebagai calon presiden, ia harus mengundurkan diri dari jabatannya. Basuki yang menjadi wakilnya naik sebagai gubernur. Dalam aturan ketatanegaraan, seorang kepala atau wakil kepala daerah yang ditinggalkan oleh pasangannya yang mengundurkan diri tidak berhak untuk memilih calon pendamping. Oleh karena itu, Basuki menyerahkan semuanya kepada PDI Perjuangan yang akan memilihkannya wakil gubernur.sumber

Bacot sakti beraksi
Maklum biasa bacot seenaknya di toko kelontong miliknya
Ga bisa ya bicara santun, model gini mau jd gubernur, bisa2 tiap hari gaduh politik mulu krn bacotnya
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive