Skenario Capres: Jokowi Menang jika Pasangannya JK
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga survei Indo Barometer menyatakan paket calon presiden dan calon wakil presiden yang paling berpeluang menang dalam Pemilu 2014 adalah duet Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan mantan wakil presiden Jusuf Kalla.
Dalam hasil survei Indo Barometer dan Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia itu, kedua calon memiliki elektabilitas tertinggi. "Masyarakat melihat orang yang paling bisa mendampingi dan menutupi kelemahan Jokowi adalah JK," kata Ketua Laboratorium Psikologi Politik UI Hamdi Muluk di Jakarta, Rabu, 12 Maret 2014.
Indo Barometer dan Laboratorium Psikologi melakukan survei di 33 provinsi dengan melibatkan 1.200 responden pada 14-25 Februari 2014. Survei dengan metode multistage random sampling ini dilakukan dengan wawancara tatap muka secara langsung dan menggunakan sistem tanya-jawab. (Baca: PDIP Ingin Jokowi Didampingi Cawapres yang Tegas).
Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan, pada simulasi empat pasangan capres dan cawapres, Jokowi-JK paling unggul dengan elektabilitas 36 persen, disusul Prabowo Subianto-Hatta Rajasa 17,6 persen, Aburizal Bakrie-Muhaimin Iskandar 12,6 persen, dan Wiraranto-Hary Tanoe 10,1 persen. (Baca: Tanggal Berapa Capres Jokowi Dideklarasikan?).
Begitu juga, kata Qodari, bila simulasi dikerucutkan pada tiga calon presiden dan wakil presiden, Jokowi-JK unggul dengan elektabilitas 37,9 persen, Prabowo-Hatta 20,8 persen, serta Aburizal-Muhaimin 12,9 persen. (Baca: Jokowi Diidolakan dalam Rembug 1.000 Desa).
Elektabilitas Jokowi menurun bila menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, pada simulasi empat paket. Tingkat keterpilihan duet ini hanya 23,3 persen. Pasangan ini berada di bawah Prabowo-Hatta dengan elektabilitas 24,1 persen.
Qodari mengatakan tingkat keterpilihan Jokowi juga tertinggi bila diduetkan dengan Hatta, Puan Maharani, dan Prananda Prabowo. Namun duet dengan ketiga tokoh itu posisinya tetap di bawah duet Jokowi-JK. Ia merincikan duet Jokowi-Hatta mencapai 34,3 persen, duet Jokowi-Puan 35 persen, dan duet Jokowi-Prananda 33,7 persen. (Baca: Deklarasi Pencapresan Jokowi 20 Maret?).
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/0...Pasangannya-JK
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga survei Indo Barometer menyatakan paket calon presiden dan calon wakil presiden yang paling berpeluang menang dalam Pemilu 2014 adalah duet Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan mantan wakil presiden Jusuf Kalla.
Dalam hasil survei Indo Barometer dan Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia itu, kedua calon memiliki elektabilitas tertinggi. "Masyarakat melihat orang yang paling bisa mendampingi dan menutupi kelemahan Jokowi adalah JK," kata Ketua Laboratorium Psikologi Politik UI Hamdi Muluk di Jakarta, Rabu, 12 Maret 2014.
Indo Barometer dan Laboratorium Psikologi melakukan survei di 33 provinsi dengan melibatkan 1.200 responden pada 14-25 Februari 2014. Survei dengan metode multistage random sampling ini dilakukan dengan wawancara tatap muka secara langsung dan menggunakan sistem tanya-jawab. (Baca: PDIP Ingin Jokowi Didampingi Cawapres yang Tegas).
Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan, pada simulasi empat pasangan capres dan cawapres, Jokowi-JK paling unggul dengan elektabilitas 36 persen, disusul Prabowo Subianto-Hatta Rajasa 17,6 persen, Aburizal Bakrie-Muhaimin Iskandar 12,6 persen, dan Wiraranto-Hary Tanoe 10,1 persen. (Baca: Tanggal Berapa Capres Jokowi Dideklarasikan?).
Begitu juga, kata Qodari, bila simulasi dikerucutkan pada tiga calon presiden dan wakil presiden, Jokowi-JK unggul dengan elektabilitas 37,9 persen, Prabowo-Hatta 20,8 persen, serta Aburizal-Muhaimin 12,9 persen. (Baca: Jokowi Diidolakan dalam Rembug 1.000 Desa).
Elektabilitas Jokowi menurun bila menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, pada simulasi empat paket. Tingkat keterpilihan duet ini hanya 23,3 persen. Pasangan ini berada di bawah Prabowo-Hatta dengan elektabilitas 24,1 persen.
Qodari mengatakan tingkat keterpilihan Jokowi juga tertinggi bila diduetkan dengan Hatta, Puan Maharani, dan Prananda Prabowo. Namun duet dengan ketiga tokoh itu posisinya tetap di bawah duet Jokowi-JK. Ia merincikan duet Jokowi-Hatta mencapai 34,3 persen, duet Jokowi-Puan 35 persen, dan duet Jokowi-Prananda 33,7 persen. (Baca: Deklarasi Pencapresan Jokowi 20 Maret?).
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/0...Pasangannya-JK
Terkait dengan berita di atas saya ingin memberikan tanggapan. Isu yang sedang ramai sekarang ini mengenai duet Jokowi-JK maju ke Pilpres telah menimbulkan banyak tanggapan pro dan kontra. Saya pribadi tidak setuju dengan hal ini karena jika duet itu terealisasi dan menang dalam pilpres, Jokowi hanya akan menjadi boneka JK. Seperti yang kita ketahui bahwa JK merupakan pemain lama dan memiliki jam terbang yang tinggi dalam birokrasi pemerintahan negara ini dengan puncak karir sebagai Wakil Presiden dari Presiden SBY periode 2004 � 2009.
Ketika itu, JK berperan aktif dalam menjalani tugasnya bahkan melebihi kapasitasnya sebagai Wapres sehingga ia sering disebut sebagai The Real President pada periode itu. Saya akui JK memiliki kapasitas dan kualitas yang bagus dan juga cemerlang untuk menjadi seorang pemimpin negara dan selain itu, dalam meyelesaikan permasalahan negara pun ia bertindak cepat dan tidak banyak basa basi yang sesuai dengan tagline-nya yaitu Lebih Cepat Lebih Baik ketika maju Pilpres periode 2009 � 2014. Berbeda sekali dengan SBY yang sangat lambat dan terkesan banyak berfikir dalam menyelesaikan masalah. Hal-hal seperti itulah yang membuat JK disebut The Real President ketimbang SBY.
Apabila JK benar-benar menjadi Cawapres dari Jokowi, bisa dipastikan JK akan memegang peranan yang lebih ketimbang Capresnya sendiri seperti ketika bersama SBY apalagi ditambah dengan JK yang merupakan mantan Wapres yang membuat dirinya merasa lebih berpengalaman dari Jokowi yang jam terbangnya tidak lebih banyak dari JK dalam birokrasi pemerintahan . Hal ini akan membuat Jokowi hanya akan menjadi bonekanya JK.
Padahal Jokowi juga memiliki kapasitas dan kualitas yang bagus sebagai seorang pemimpin, terbukti dia berhasil meraih penghargaan sebagai walikota terbaik ketiga di dunia tahun 2012 ketika memimpin Solo karena berhasil merubah kota Solo yang tadinya banyak terjadi tindak kriminal menjadi kota pusat seni dan budaya dan berhasil menarik turis internasional untuk datang. Tetapi semua ini akan tertutup dengan adanya JK yang merupakan pemain lama.
Jokowi yang sekarang ini sangat populer dan memiliki tingkat elekbilitas yang tinggi seperti dimanfaatkan oleh JK untuk ikut maju ke Pilpres karena peluang untuk menang apabila dengan Jokowi sangat besar. JK sadar bahwa dia minim pendukung dan apabila dia maju dengan pasangan yang kurang populer bisa dipastikan dia akan kalah lagi. JK seperti ingin berkuasa untuk yang kedua kalinya dengan memanfaatkan Jokowi. JK yang merupakan seorang yang bergelut di bidang bisnis dan perdagangan mempunyai sifat dasar oportunis atau ingin meraih keuntungan dari seseorang dan hal ini terlihat dengan dia yang ingin menjadi Cawapres dari Jokowi. Jadi, lebih baik Jokowi dipasangkan dengan orang lain yang merupakan pemain baru yang bisa mendukung peranannya sebagai Presiden dan bukan mengambil peranannya sebagai Presiden. Salam.


