HIV dan AIDS merupakan penyakit yang menyerang kekebalan tubuh manusia secara bertahap. Pengidap HIV/AIDS tidak secara mudah terindentifikasi, memerlukan serangkaian tes dan diagnosa. Penularan melalui hubungan seks akan mudah menularkan kepada orang lain tanpa sadar.
Dari data Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, merujuk Laporan Perkembangan HIV-AIDS Triwulan III 2012 yang dikirimkan kepada Menteri Kesehatan RI. Untuk kasus AIDS, persentase tertinggi terjadi pada kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 40,7 persen, lalu kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 29 persen dan kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 17,3 persen.
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 341 dari 497 kabupaten/kota atau 71 persen di 33 provinsi di Indonesia.
Jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta 21.775 kasus, diikuti Jawa Timur 11.994 kasus, Papua 9.447 kasus, Jawa Barat 6.640 kasus, dan Sumatera Utara 5.935 kasus.
Laporan ini juga menyebutkan, jumlah kasus AIDS tertinggi adalah wiraswasta 4.604 kasus, diikuti ibu rumah tangga 4.251 kasus, dan tenaga non-profesional/karyawan 4.056 kasus.
Selanjutnya, buruh kasar 1.512 kasus, petani/peternak/nelayan 1.497 kasus, penjaja seks 1.320 kasus dan anak sekolah/mahasiswa 1.022 kasus.
Untuk jumlah kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Papua 7.527 kasus, DKI Jakarta 6.299 kasus, Jawa Timur 5.257 kasus, Jawa Barat 4.098 kasus, Bali 2.939 kasus, Jawa Tengah 2.503 kasus, dan Kalimantan Barat 1.699 kasus.
Berikutnya, Sulawesi Selatan 1.377 kasus, Riau 775 kasus, dan Sumatera Barat 715 kasus. Angka kematian (CFR) AIDS menurun dari 2,8 persen pada 2011 menjadi 1,6 persen pada September 2012.
Namun untuk rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Provinsi Bali menempati urutan pertama sebanyak 1.012 untuk jumlah rasio kasus AIDS tertinggi di Indonesia.
Pada urutan kedua yakni dari Provinsi DKI Jakarta sebanyak 648 kasus, Jawa Tengah sebanyak 140 kasus, Jawa Barat 80 kasus dan Kepulauan Riau 78 kasus.
kasihan
angkanya fantastis sekali. kasihan ibu rumah tangga yang suaminya sering jajan diluar
ada sedikit perbandingan....
Dari data Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, merujuk Laporan Perkembangan HIV-AIDS Triwulan III 2012 yang dikirimkan kepada Menteri Kesehatan RI. Untuk kasus AIDS, persentase tertinggi terjadi pada kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 40,7 persen, lalu kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 29 persen dan kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 17,3 persen.
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 341 dari 497 kabupaten/kota atau 71 persen di 33 provinsi di Indonesia.
Jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta 21.775 kasus, diikuti Jawa Timur 11.994 kasus, Papua 9.447 kasus, Jawa Barat 6.640 kasus, dan Sumatera Utara 5.935 kasus.
Laporan ini juga menyebutkan, jumlah kasus AIDS tertinggi adalah wiraswasta 4.604 kasus, diikuti ibu rumah tangga 4.251 kasus, dan tenaga non-profesional/karyawan 4.056 kasus.
Selanjutnya, buruh kasar 1.512 kasus, petani/peternak/nelayan 1.497 kasus, penjaja seks 1.320 kasus dan anak sekolah/mahasiswa 1.022 kasus.
Untuk jumlah kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Papua 7.527 kasus, DKI Jakarta 6.299 kasus, Jawa Timur 5.257 kasus, Jawa Barat 4.098 kasus, Bali 2.939 kasus, Jawa Tengah 2.503 kasus, dan Kalimantan Barat 1.699 kasus.
Berikutnya, Sulawesi Selatan 1.377 kasus, Riau 775 kasus, dan Sumatera Barat 715 kasus. Angka kematian (CFR) AIDS menurun dari 2,8 persen pada 2011 menjadi 1,6 persen pada September 2012.
Namun untuk rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Provinsi Bali menempati urutan pertama sebanyak 1.012 untuk jumlah rasio kasus AIDS tertinggi di Indonesia.
Pada urutan kedua yakni dari Provinsi DKI Jakarta sebanyak 648 kasus, Jawa Tengah sebanyak 140 kasus, Jawa Barat 80 kasus dan Kepulauan Riau 78 kasus.
kasihan

angkanya fantastis sekali. kasihan ibu rumah tangga yang suaminya sering jajan diluar

ada sedikit perbandingan....
234 Kasus HIV dan AIDS Terjadi di Aceh, Tertinggi Aceh Utara
Yayasan Permata Atjeh, sebuah lembaga yang bergerak di bidang penanggulangan HIV dan AIDS, merilis jumlah kasus virus paling berbahaya tersebut berjumlah 234 kasus, yang terjadi di Aceh sejak tahun 2004 hingga 2013.
Penularan virus tersebut terus bertambah setiap bulannya, berdasarkan dari hasil tes dan pemeriksaan oleh dokter terhadap sejumlah pasien di Aceh.
Sejumlah wilayah yang dinyatakan positif terjangkit HIV dan AIDS di Aceh di antaranya Aceh Utara, Lhokseumawe, Langsa, Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireun, Aceh Timur, Simeulu, Sabang, Aceh Tengah, Aceh Tamiang, Aceh Barat, Bener Meriah, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, dan Aceh Singgil.
"Ini menunjukkan pergaulan bebas serta penyalahgunaan narkoba marak terjadi di Aceh," kata Coordinator Outreach Yayasan Permata Atjeh, Oki Satria, kepada acehonline.info, Rabu (5/3/2014) di Aceh Utara.
Saat ini, lanjut Oki, kasus HIV dan AIDS paling tinggi di Aceh berada di Aceh Utara sebanyak 33 kasus, disusul Aceh Tamiang dan Bireun 24 kasus, serta Lhokseumawe dan Banda Aceh 19 kasus.
"Angka ini belum final kemungkinan masih banyak remaja yang tertular oleh HIV dan AIDS, dikarenakan ada sebagian kalangan remaja yang terular penyakit ganas tersebut belum mengetahuinya sama sekali bahwa dia sudah tertular," ujar Oki.
Penularan HIV dan AIDS di Aceh terus bertambah, Oki menjelaskan, disebabkan akibat banyaknya remaja di Aceh yang mengkonsumsi Narkoba dan melakukan hubungan badan di luar nikah atau free sex (Sex Bebas).
"Sulit sekali untuk melihat akar penularannya karena semuanya sudah menjadi satu. Walaupun saat ini penyumbang kasus HIV dan AIDS terdapat dari hubungan seks, dimana ibu rumah tangga adalah kelompok kedua yang sering terinfeksi HIV dan AIDS, setelah remaja," jelas Oki
Saat ini, kata Oki, yang terpenting bukanlah melihat dari mana seseorang itu tertular, namun bagaimana upaya semua komponen masyarakat, baik pemerintah untuk melakukan pencegahan. Seperti pencegahan dari orang tua ke anak maupun sosialisasi di sekolah - sekolah.
"Perlu dukungan dan komitmen semua pihak untuk memutuskan rantai penularan HIV dan AIDS, karena tanpa adanya dukungansemua pihak mustahil angka HIV dan AIDS bisa dikurangi ", ujarnya. SUMBER:
berita terbaru


