Liputan6.com, Amsterdam - Kabar duka datang dari Belanda. Pesepakbola cilik Indonesia, Ferdyan Sjarifudin menghembuskan nafas terakhir pada 13 November 2014. Tragisnya, Ferdyan meregang nyawa karena diduga dibunuh oleh sang Ayah.
Bocah 10 tahun itu ditemukan sudah tidak bernyawa di depan apertemen, Spaarndammerbuurt, Amsterdam. Ferdyan, bocah asal Madiun Jawa Timur itu, bergabung dengan tim Amsterdam SDZ musim 2012-13. Namun, Ferdyan belum masuk dalam tim E6 (tim utama Akademi). Dia baru bergabung di tim E6 setelah berpartipasi di Liga Mickey Mouse.
Pelatih Ferdyan, Dimitry Jansen sempat curiga, Ferdyan tidak memiliki hubungan harmonis dengan sang Ayah. Pasalnya, Ferdyan tidak pernah didampingi sang Ayah ketika latihan.
"Pernah suatu hari saya menanyakan, ke mana Ayahnya, dia hanya bilang Ayah pergi ke masjid dan tidak menyukai sepakbola," ucap Jansen di Radio Nederland.
Kematian Tidak Wajar
Pihak klub dan sekolah tempat Ferdyan menuntut ilmu merasa sangat kehilangan. Terlebih, Ferdyan meninggal dengan cara tidak wajar. Untuk mengenang almarhum, guru dan teman sekolang long march ke tempat tinggal Ferdyan.
Sesampai di apertemen Ferdyan, mereka menaruh karangan bunga di apartemen. Kerabat korban juga menyampaikan duka cita lewat tulisan di dinding apartemen. "Waaron? R.I.P Ferdyan" (Kenapa? Istirahat dalam damai Ferdyan).
Kecurigaan mengarah pada sang Ayah yang memiliki masalah psikologis. Pengakuan itu datang dari tetangga korban, Rachid. "Terkadang dia normal, namun tiba-tiba bisa berubah menjadi gila," ucap Rachid. "Orang itu seharusnya sudah lama ditahan. Tapi sekarang semua terlambat."
sumber
turut berduka cita
Link: http://adf.ly/uJ7dR