
Mengingat panjangnya proses dari Pemilu PilPres 2014 kali ini, ternyata menuai banyak pandangan dari masyarakat. Hal ini tersirat dari sebuah tumblr yang berisi tentang Surat Terbuka untuk Prabowo, Calon Presiden dari Partai Gerindra.
Ada puluhan Surat Terbuka yang ada pada Tumblr tersebut, diantaranya adalah :
Sudah lama saya mengamati wajah letih bapak di balik kegagahan dan fasihnya bapak berpidato.
Saya begitu trenyuh dengan gurat letih di wajah bapak. Silahkan pak saya ajak minum kopi aroma khas Bandung sambil menikmati gerimis yang sedang turun ke tanah Parahyangan saat saya menulis ini untuk bapak. Kita ngobrol ringan yang tidak berat karena hidup bapak sudah lama menanggung beban berat.
Saya tahu bahwa undangan minum kopi ini lucu wong bapak nga kenal saya. Tapi saya mau undang nurani bapak saja buat ngobrol yang bisa saya sapa dengan getaran frekuensi doa.
Pak Prabowo, saya menulis ini karena saya dihujani pertanyaan-pertanyaan dari murid-murid saya karena saya mengajarkan karakter pemimpin ditentukan dari contoh perilaku konkrit yang konsisten dilakukan sebagai kebiasaan bukan sekedar ucapan memperjuangkan moral di bibir. Alangkah gelisahnya murid-murid saya yang masih belia duduk di bangku kuliah setelah nonton wawancara bapak dengan BBC. Mereka khawatir dengan dentuman suara keras yang bapak lontarkan bisa memecahkan persatuan bangsa karena bapak sangat jelas menuding pihak Jokowi seolah musuh yang tidak berhak menang. Murid-murid saya masih ingin percaya bahwa bapak adalah negarawan yang mampu mewarisi kejernihan batin seperti para founding fathers kita yang tidak mendendam meskipun tersakiti hati karena kalah tetapi mereka sangat pemurah memberikan maaf seluas samudera batin demi masa depan keutuhan rakyat Indonesia.
Bapak sering katakan bahwa jiwa raga bapak korbankan demi bangsa Indonesia. Saya masih ingin percaya ucapan bapak itu sama tulusnya dengan tindakan bapak saat nanti menghadapi hasil akhir di 22 Juli 2014. Saya tidak perlu membahas jika nanti bapak menang karena itu sudah sesuai dengan apa yang bapak cita-citakan. Tetapi, yang harus bapak siapkan adalah bagaimana sikap kesatria agung mewujud dalam sikap bapak untuk tetap menentramkan hati para pendukung bapak jika bapak tidak ditakdirkan menjadi pemenang? Tidakah bapak sadari bahwa sikap kesatria agung seorang Prabowo akan menentukan keutuhan bangsa agar rakyat kita tidak terpecah karena berbeda pilihan? Bagi kami rakyat kecil pertaruhan bangsa ini bukan berujung di pilpres pak, tetapi pertaruhan yang lebih besar yaitu merajut ke-bhineka-an kita yang sudah lama dihianati oleh ambisi-ambisi yang kerdil.
Terlalu biasa sejarah bangsa Indonesia mencatat kisah sang pemenang, tetapi sejarah bangsa kita nyaris kekurangan kisah pejuang tangguh yang kalah namun mampu tegak legowo penuh harga diri merelakan tahta pada sang pemenang. Semoga masih ada tinta emas untuk mencatat sikap kesatria agung dari seorang Prabowo karena bangsa ini miskin negarawan sejati.
Malaikat tak pernah keliru mencatat kejujuran sehalus debu sekalipun.
Salam hangat dalam naungan gerimis,
Ifa H. Misbach
Saya juga, Pak Prabowo.
Saya juga cinta Indonesia, Pak. Walaupun saya memilih sektor swasta, walaupun saya jarang bicara politik, walaupun saya tampaknya lebih peduli pada berbagai macam warna lipstik. Pengorbanan dan cita-cita saya buat tanah tempat saya lahir dan tumbuh ini mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan pengorbanan dan cita-cita Bapak. Tapi dalam dunia saya yang mungil, cinta ini sangat dalam. Tak pernah surut dan selalu berhasil membawa saya pulang, sejauh apapun saya mencoba pergi.
Ibu saya pernah bertanya, tidakkah saya merasa berhutang pada negara ini? Karena di sinilah saya lahir dan perlahan jadi dewasa, di sinilah saya yang dulunya hanya wacana tak bernama, perlahan-lahan menjadi rencana dan kemudian betul-betul ada. Saya ingat saya tidak bisa bersuara waktu itu, karena tercekat. Mungkin itu kali pertama dalam kehidupan saya sebagai orang dewasa, saya menyadari bahwa saya teramat sangat mencintai tanah air kita ini, dengan segala lebih kurangnya, segala baik buruknya. "Merasa berhutang" mungkin bukan ekspresi yang tepat, saya hanya merasa bahwa yang telah, sedang dan akan saya lakukan dalam hidup saya sedikit banyak didasari oleh rasa syukur serta cita-cita tinggi untuk kebaikan saya dan saudara-saudara satu Ibu Pertiwi. Dalam kapasitas saya, Pak, saya juga cinta Indonesia.
Kedua: Saya juga benci kalah, Pak. Waktu di sekolah dasar saya adalah salah satu pelari tercepat di kelas III. Hanya ada satu orang yang terkadang lebih cepat dari saya, sebut saja namanya Krisna. Seminggu sekali, setiap hari Rabu sebagai pemanasan mata pelajaran olah raga, kami akan bertanding lari mengelilingi kompleks sekolah sebanyak 3 kali. Seisi kelas harus berlari, tapi yang menambahkan bumbu kompetisi di dalamnya hanya saya dan Krisna. Ada kalanya Krisna menang, kali lain saya yang akan menang. Suatu Rabu pagi sebelum pelajaran olah raga dimulai, Krisna menjegal saya sehingga saya jatuh dan kaki saya berdarah. Karena insiden tersebut saya harus istirahat di UKS, sementara Krisna melenggang tenang. Bertahun-tahun kemudian saya baru mengerti, tangisan meraung-raung pagi itu bukan disebabkan rasa sakit di kaki, tapi di hati.
Saya ingat Ibu Guru olah raga yang membujuk saya membiarkan perawat sekolah mengobati kaki saya sempat bertanya, "Sakit sekali, Kristy?"
Saya menggeleng. Tapi waktu beliau bertanya lagi, "Sedih karena nggak bisa lari, ya?" saya mengangguk, saya sedih karena tidak bisa lari, saya sedih karena kalah.
Jadi kemarahanmu, keluh-kesahmu, caci maki dan hilang kendali saat berkomunikasi dengan publik sangat saya pahami, saya juga benci kalah, Pak.
Tapi pagi itu Ibu Guru mengatakan sesuatu yang masih saya ingat sampai hari ini, "Ada yang lebih penting daripada menang-kalah dalam berkompetisi, yaitu caranya. Apakah kamu menang dengan jujur dan bermartabat, atau tidak? Apakah kamu kalah dengan jujur dan bermartabat, atau tidak? Menang atau kalah, apakah kamu mendapatkannya dengan jujur dan bermartabat, atau tidak?"
Saat itu saya belum terlalu paham apa itu artinya "jujur dan bermartabat." Tapi seiring waktu saya mengerti bahwa (mungkin) jujur dan bemartabat itu berarti tetap rendah hati dan selalu ingat, baik menang atau kalah, bahwa di atas sesuatu yang tinggi masih ada yang lebih tinggi. Jujur dan bermartabat itu berarti berani mendukung pemenang yang bukan kita dalam sebuah kompetisi. Ibu guru mengajari saya bahwa: menang atau kalah memang penting, tapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita mendapatkannya. Karena emosi kita karena kemenangan atau kekalahan hanya akan terasa sesaat saja, tapi usaha kita mendapatkannya yang mendefinisikan siapa kita yang sebenar-benarnya: jujur dan bermartabat, atau tidak.
Jadi Pak, itu saja. Saya juga cinta Indonesia dan saya juga benci kalah. Tapi di antara kedua hal itu, yang lebih besar dalam diri saya adalah cinta saya pada negara kita, cinta yang hanya akan saya berikan padanya dengan jujur dan bermartabat.
Semoga Bapak juga, semoga dalam hal ini, kita sama.
Salam,
Kristy Nelwan
sumber...
Masih banyak sekali Surat Terbuka yang telah dikirimkan oleh masyarakat dalam Tumblr itu. Jika kamu ingin lihat Surat Terbuka lainnya, silahkan kunjungi Surat Terbuka Tumblr.
Link:


