
Kubu Prabowo-Hatta menuding Kapolri Jenderal Sutarman membohongi publik karena mengatakan tidak ada aksi penembakan dalam usaha membubarkan massa pendukung Prabowo-Hatta saat demo menunggu putusan sengketa pilpres di MK Kamis (25/8) lalu. Menurut kubu Prabowo-Hatta tindakan kepolisian melanggar HAM.
"Yang sebenarnya terjadi Polri tanpa melakukan peringatan dan langsung menembakan peluru dan menembakan gas air mata dan diakhiri oleh water cannon," kata salah satu anggota tim Prabowo-Hatta, Andry Rosaide usai memberikan laporan di Komnas HAM, Menteng, Jakarta, Senin (25/8).
Menurutnya, tindakan aparat kepolisian sangat represif. Sebab, massa yang kabur terus dikejar dan dipukuli oleh petugas.
"Jadi informasi yang dilontarkan Kapolri dan Menko Polhukam bisa kami pastikan itu bohong," ujar Andry.
Padahal menurut Andry, sebelum terjadi bentrok pihaknya telah tiga kali melakukan negosiasi dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dwi Priyatno. Namun, Irjen Pol Dwi Priyatno tidak menghiraukan pendapatnya.
"Kami tidak meminta orasi di depan MK tapi saat itu suasana panas sekali kami hanya minta di depan Kemenhan atau di depan Museum Nasional yang banyak pohon sehingga kawan-kawan relawan tidak kepanasan tapi Kapolda tidak mau bernegosiasi dan tetap tidak mau bergeser sehingga munculah keresahan," kata dia.
Menurut Andry, tindakan aparat kepolisian itu berlebihan. Bahkan seakan menganggap pihaknya seperti teroris.
"Tindakan polisi yang sangat lebay dengan memasang kawat duri dan memakai water cannon seakan memperlakukan kami yang selama dua minggu melakukan aksi seakan seperti teroris," bebernya.
Andry mengklaim, total korban yang terdata ada 54 orang dan sampai sekarang masih ada yang dirawat di rumah sakit. "Ada yang tertembak, ada yang bocor pipinya ada yang bocor kepalanya, kepala belakang, perut, jadi ini terlalu prematur kalau Kapolri bilang tak ada peluru," tandasnya.
Terkait adanya mobil unimog yang bergerak dengan menabrak petugas kepolisian Andry membantahnya. Menurut Andry, sebelum kerusuhan terjadi mobil unimog yang digunakan relawan telah berhenti bergerak.
"Pada saat ada penembakan tidak ada mobil unimog bergerak, tetapi Polri bilang mobil unimog mendorong aparat sampai jatuh. Setengah jam sebelum kerusuhan itu mobil unimog sudah berhenti jadi mengada-ada Kapolri yang bilang anggotanya ada yang jatuh," pungkasnya.
Sementara itu, terkait pernyataan Kapolri yang mengaku bertanggungjawab terhadap para korban, Andry menolaknya. Menurut Andry, pernyataan itu hanya basa-basi dari aparat kepolisian.
"Dari pernyataan bohong Kapolri itu saja mana mungkin dia mau tanggung jawab," pungkasnya.
SUMBER
Terorist
Dikutip dari: http://adf.ly/rSsKF


