SENIN, 19 MEI 2014 | 07:59 WIB

Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa (tengah) menyapa Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto seusai Rapimnas PAN di Jakarta (14/5). Hasil Rapimnas menetapkan bahwa PAN resmi berkoalisi dengan Gerindra dan mendukung Prabowo Subianto maju dalam Pilpres mendatang. ANTARA/Prasetyo Utomo
TEMPO.CO, Jakarta - Jalan Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa menuju kursi wakil presiden tak berjalan mulus. Sebelum berkoalisi dengan Partai Gerakan Indonesia Raya, Hatta sempat sowan pada Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Senin tiga pekan lalu, Hatta menyelinap ke rumah Megawati di Jalan Teuku Umar 27, Jakarta Pusat. Dia datang bersama ajudan, masuk lewat pintu samping yang tak berpenjaga. Di teras, Hatta disambut anak perempuan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Puan Maharani. (Baca:Jajaki Koalisi Hatta Bakal Sowan ke Megawati)
Laporan Utama Majalah Tempo edisi 19 Mei berjudul Setelah Pintu Tertutup di Teuku Umar, menuliskan kedatangan Hatta malam itu seperti mengukuhkan tambahan koalisi bagi PDIP. "Saya ketua partai nonkoalisi pertama yang diterima Ibu Mega," kata Hatta, Jumat 15 Mei 2014.
Bagi Hatta, pertemuan itu seperti gong akhir dari serangkaian pembicaraannya dengan Puan Maharani, Ketua Badan Pemenangan PDIP, sejak sebelum pemilihan legislatif 9 April lalu. Keduanya kerap bertemu di rumah Hatta di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, membicarakan kemungkinan Menteri Koordinator Perekonomian itu menjadi calon wakil Jokowi. Dua hari sebelum pemilihan legislatif, misalnya, kedua partai sepakat berkoalisi yang peresmiannya menunggu restu Megawati, yang punya prerogatif menentukan calon wakil presiden dari partainya. (Gerindra: Hatta Rajasa Belum Resmi Cawapres Prabowo)
Soal situasi politik, menurut Hatta, Megawati bertanya kapan keputusan Rapat Kerja Nasional PAN yang akan mengumumkan arah koalisi partai itu. Hatta menjawab rapat akan digelar setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan perolehan suara partai pada 9 Mei. "Kami tak spesifik membicarakan kursi calon wakil presiden," katanya. Namun seorang sumber yang mengetahui pertemuan itu mengatakan Megawati belum akan memutuskan siapa orang yang ia pilih untuk mendampingi Jokowi. Megawati hanya menyilakan PAN berkoalisi dengan partainya dengan kemungkinan mendapat kursi menteri.
Obrolan selama satu setengah jam itu berakhir antiklimaks. Dengan kalimat lain, Megawati telah menolak Hatta sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Jokowi dalam pemilihan 9 Juli nanti. Sekadar koalisi bukan opsi bagi Hatta karena partainya sudah menyorongnya menjadi calon presiden atau wakil presiden di pemilihan tahun ini. Hingga Hatta pamit, Megawati tak kunjung memberi sinyal terang baginya.
Setelah ditolak Mega, Hatta pun segera mengintensifkan komunikasi dengan calon presiden lain, Prabowo Subianto. Ketua Dewan Pembina Gerindra itu memang tengah mencari sosok wakil presiden. Dengan pengalaman sebagai menteri perekonomian, Hatta pun menyorongkan diri menjadi cawapres Prabowo. PAN pun kemudian secara resmi menyatakan berkoalisi dengan Gerindra. Namun soal wakil presiden, hingga hari ini Gerindra masih belum memutuskan pilihan. (Baca: Soal Cawapres, PKS Permasalahkan Elektabilitas Hatta)
Barang KW
Kacian mas wowo terima barang rejectan melulu



