Pemimpin zaman kini biasanya manis di mulut saja. Apa yang dijanjikan dan apa yang ada pada kenyataannya biasanya berbanding terbalik. Ingin mandiri lah, ingin menjaga harga diri lah, macam macam janjinya. Giliran bangsa asing datang menggempur, semua ujung-ujungnya menyerah di bawah kontrol uang sogokan.
Belum pernah saya melihat pemimpin yang benar benar tegas dan berani melawan pemerintah asing, selain yang namanya Isran Noor. Simak pemberitaannya.
Jakarta (Antara News) - Bupati Kutai Timur Isran Noor mengatakan, pemimpin harus berani menjaga kekayaan alam, terutama dalam menghadapi perusahaan pertambangan yang dianggap bermasalah.
"Kalau kita berani maka masyarakat akan memberikan dukungan terhadap kebijakan yang kita ambil," kata Isran di Jakarta, Rabu, terkait kebijakan tegasnya terhadap Churchill Mining Plc.
Hal senada juga dikemukakan tokoh masyarakat Kalimantan Timur yang juga Penanggung Jawab Gerakan Persedium Masyarakat Kaltim Abraham Ingan.
"Yang dibutuhkan saat ini adalah pemimpin yang berani dan tegas. Jangan takut terhadap kekuatan asing, karena rakyat ada di belakang,� kata Abraham.
Menurut Abraham, aspirasi itu juga telah disampaikan secara langsung kepada sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat.
"Bersama sekitar 300-400 orang kami menyampaikan aspirasi dan dukungan moral kepada pemda, dalam hal ini Bupati Kutai Timur bapak Isran Noor," ujarnya.
Menurut Abraham, secara umum Provinsi Kalimantan Timur merupakan wilayah yang kaya dengan hasil alam, berupa batubara, minyak dan gas bumi.
Namun, nyatanya hasil bumi tersebut hanya dinikmati oleh perusahaan, terutama perusahaan asing selama bertahun-tahun.
"Yang ditinggalkan perusahaan-perusahaan itu hanyalah konflik sosial, kesenjangan ekonomi, dan kerusakan alam. Masyarakat lokal, seperti suku Dayak, makin miskin," paparnya.
Padahal, kata dia, jika kekayaan alam itu dikelola oleh bangsa Indonesia, baik melalui BUMN, BUMD, atau perusahaan lokal, maka hasilnya akan lebih banyak dirasakan oleh masyarakat lokal.
"Kalau kita berani maka masyarakat akan memberikan dukungan terhadap kebijakan yang kita ambil," kata Isran di Jakarta, Rabu, terkait kebijakan tegasnya terhadap Churchill Mining Plc.
Hal senada juga dikemukakan tokoh masyarakat Kalimantan Timur yang juga Penanggung Jawab Gerakan Persedium Masyarakat Kaltim Abraham Ingan.
"Yang dibutuhkan saat ini adalah pemimpin yang berani dan tegas. Jangan takut terhadap kekuatan asing, karena rakyat ada di belakang,� kata Abraham.
Menurut Abraham, aspirasi itu juga telah disampaikan secara langsung kepada sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat.
"Bersama sekitar 300-400 orang kami menyampaikan aspirasi dan dukungan moral kepada pemda, dalam hal ini Bupati Kutai Timur bapak Isran Noor," ujarnya.
Menurut Abraham, secara umum Provinsi Kalimantan Timur merupakan wilayah yang kaya dengan hasil alam, berupa batubara, minyak dan gas bumi.
Namun, nyatanya hasil bumi tersebut hanya dinikmati oleh perusahaan, terutama perusahaan asing selama bertahun-tahun.
"Yang ditinggalkan perusahaan-perusahaan itu hanyalah konflik sosial, kesenjangan ekonomi, dan kerusakan alam. Masyarakat lokal, seperti suku Dayak, makin miskin," paparnya.
Padahal, kata dia, jika kekayaan alam itu dikelola oleh bangsa Indonesia, baik melalui BUMN, BUMD, atau perusahaan lokal, maka hasilnya akan lebih banyak dirasakan oleh masyarakat lokal.
Yang lebih mengkhawatirkan, kata dia, banyak izin-izin tambang bahkan dijual ke pihak asing. Dia ambil contoh seperti PT Nusantara Energy Group dan Churchill.
"Izin -izin tambang tersebut sangat merugikan rakyat Indonesia dan daerah. Apalagi, kemudian Churchill menggugat sebanyak 2 miliar dolar AS. Kalau ini terjadi, kami yang akan melawan. Kami ada di belakang Pemda," tegasnya.
Sebelumnya, Bupati Kutai Timur Isran Noor mengaku yakin menang atas gugatan Churchill Mining Plc dan Planet Mining Pty Ltd yang berlanjut di Badan Arbitrase Internasional (International Center for Settlement of Investment Dispute/ICSID).
Dia meyakini sengketa yang bermula 4 tahun lalu itu terjadi akibat ulah Churchill yang tak menjalankan bisnis sesuai bidangnya.
Pada Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing (SP PMA), kegiatan perusahaan Inggris itu di Kutai Timur hanyalah jasa penunjang pertambangan, tepatnya survei dan konsultasi, bukan langsung mengelola tambang.
Dalam proses gugatan di ICSID, Churchill dan Planet sempat meminta ganti rugi 2 miliar dolar AS, kendati kemudian turun menjadi 1,05 miliar dolar AS.
Isran membantah bahwa sistem otonomi daerah disebut jadi penyebab sengketa investasi ini terjadi.
"Ini bukan kesalahan sistem otonomi daerah. Perusahaan dalam negeri saya cabut 15 izin usaha, tidak ada pandang bulu. Sepanjang dia melaksanakan aturan sesuai perundang-undangan," ujarnya.
Sumber: http://banten.antaranews.com/berita/...ce=twitterfeed
Beliau bukannya tidak setuju dengan asing yang masuk ke Indonesia, tidak. Beliau justru senang kalau banyak pihak asing berinvestasi. Masalahnya, banyak pula oknum oknum nakal dari pihak asing itu yang terus mengeruk keuntungan dengan cara mengeksploitasi SDA kita, tapi manfaatnya sama sekali tidak dirasakan oleh masyarakat kita.
Inilah yang ditentang oleh Pak Isran Noor. Tanpa banyak basa basi, beliau pun berani mencabut dan melaporkan segala kecurangan dari pihak asing tersebut. Sangat berani dan membanggakan.
Karena dengan adanya pemimpin semacam ini, harga diri bangsa kita bisa lebih terjaga dan tidak akan dengan mudah diinjak-injak lagi oleh bangsa asing.
SALUT DENGAN KINERJA ISRAN NOOR!!
