

Senin 19 Mei 2014, adalah hari yang menggembirakan. Hari di mana negeri ini sedang merancang perubahan. Bergerak menuju dan mengikat diri untuk (kembali) menjadi Indonesia. Para pemimpin negeri ini sedang mencari cara. Bertemu dan berembuk mencari jalan untuk kemenangan. Pilihan telah ditetapkan. Dua pasangan telah dideklarasikan: Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta.
Di masa-masa awal, dalam banyak kesempatan, kita melihat gambar Bung Karno kerap tampak mengenakan kemeja putih. Hari ini, dua pasang calon pemimpin republik yang mendeklarasikan diri sebagai capres dan cawapres, juga memilih kenakan kemeja putih ala Bung Karno. Pasangan Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla, memilih Gedung Joang 45 di kawasan Menteng sebagai tempat deklarasi, sebuah hotel yang direbut oleh para pemuda revolusioner yang kemudian menjadi tempat pergerakan dan mendukung Proklamasi 17 Agustus 1945. Sedang Probowo Subianto-Hatta Rajasa, memilih Rumah Polonia di Cipinang, rumah di mana mendiang Presiden Soekarno, di tahun 60-an pernah mendiaminya.
Warna putih dan Bung Karno, adalah sebuah ikhtiar. Pilihan atas ini seakan ingin membawa kita kembali sejenak menoleh dan belajar pada sejarah. Pulang sejenak, ke tempat di mana impian akan republik ini ditegakkan. Cita-cita suci dari orang-orang baik. Sebuah bangsa yang merdeka dan memerdekakan. Sebuah pemerintah yang mengabdi pada rakyatnya. Merujuk pada sebarisan pemimpin yang menempatkan amanat penderitaan rakyat sebagai tujuan kekuasaannya.
Kekuasaan adalah cara. Tujuannya adalah memenangkan amanat penderitaan rakyat. Kekuasalanjut ke link sumber aja klik


