
Menurut dia, setiap akhir pekan, Pertamina menggelontorkan pasokan ekstra elpiji 3 kilogram atau tabung melon untuk Jawa bagian barat, terutama yang berdekatan dengan libur panjang akhir pekan. Di Bandung Barat, misalnya, dengan pasokan harian 224 ribu tabung per hari, pasokan lebih gas tabung melon yang dikirim hampir tiga pekan ini sudah menembus 500 ribu. �Penambahan pasokan lebih gas tabung melon menembus 90 persen dari distribusi harian,� katanya.
Sudah sebulan ini di daerah perkotaan, ujar dia, tren penggunaan gas tabung melon menjelang akhir pekan angkanya melonjak. �Memang dikhawatirkan ada yang tidak sesuai dengan peruntukan. Kalau untuk masyarakat menengah ke bawah dan industri mikro, harusnya cukup, tidak overkuota,� kata Milla.
Pihaknya hanya bisa menduga karena pengawasan oleh Pertamina untuk distribusi gas tabung melon hanya sampai di level agen dan pangkalan. Selanjutnya, dari pangkalan menuju pengecer diserahkan pada pemerintah daerah setempat. �Kami sudah meminta pada pangkalan agar hanya menjual tabung pada pengecer yang sudah menjadi langganannya,� tutur Milla.
Kepala Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Soemarwan Hadisoemarto mengatakan soal keluhan pasokan elpiji di sejumlah daerah di Jawa Barat. �Yang terjadi bukan masalah suplai, tapi pada mekanisme penyalurannya,� katanya.
Di Bandung Raya, misalnya, harga gas tabung melon di tingkat pengecer sudah tembus Rp 20 ribu. Karena itu, dia berkoordinasi dengan Pertamina soal kurangnya pasokan ini yang berimbas pada naiknya harga elpiji tabung melon di pasaran. �Soal ini, kami juga berkoordinasi dengan Polda Jawa Barat. Jangan sampai distribusi gas tabung melon terganggu gara-gara masalah lalu lintas padat,� kata Soemarwan.
Sumber


