"Industri musik Indonesia ada blank spotnya, yaitu marketing. Kurang marketing skill di pelaku industri dan musisi. Makanya kita tidak bisa go international, padahal skill musisi kita hebat," kata gitaris Slank Abdee Negara pada konferensi pers Jakarta Marketing Week 2014, Senin (5/5/2014).
Hasil karya musisi Indonesia, lanjut Abdee, banyak yang bagus namun tak terekspos lantaran tidak dipasarkan dengan baik. Pembajakan, ujarnya, pun terjadi lantaran tidak dikomunikasikan dengan baik ke masyarakat sehingga apresiasi masyarakat terhadap karya musisi tak dikomunikasikan dengan baik.
"Kenapa sekarang kita dekat dengan orang marketing? Karena kita ingin melihar Indonesia ke depan musik Indonesia bisa lebih maju dan terkomunikasi dengan baik, sehingga bisa berhasil di negeri sendiri dan go international," jelas Abdee.
Pada kesempatan sama, manajer Slank Bunda Iffet Sidharta mengatakan, salah satu strategi penjualan yang dilakoni Slank adalah dengan membentuk WarSlank yang menjual pernak-pernik alias merchandise Slank.
"Semua musisi kan punya merchandise. Kami membuat WarSlank. WarSlank ini untuk mendidik Slankers (penggemar Slank) bikin merchandise. Kami tidak ambil komisi. Mereka bebas membuat desain Slank dan dijual di seluruh Indonesia supaya mereka kreatif berdagang dan berkreasi," jelas Bunda Iffet. sumber
setuju banget dah, kesuksesan suatu produk tergantung penetrasi marketingnya. Coba lihat K-Pop, bukan lagi macem genre/aliran musik tapi sudah menjadi industri besar, Untuk menjadi idol KPop diperlukan training minimal 5thn sebelum dijual kepasar musik. Semua karakter Kpop juga merupakan racikan strategi marketing profesional. Makanya gk heran banyak negara jd korban KPop wave, termasuk indonesia



