SITUS BERITA TERBARU

Menanti Kecacatan Operasional Kuala Namu International Airport

Wednesday, July 24, 2013
[imagetag]


Oleh: Nirwansyah Sukartara.
KAMIS, 25 Juli 2013 menjadi sejarah baru bagi dunia Internasional karena Bandara Polonia Medan yang telah berjasa sejak 1923 harus ditutup secara resmi untuk penerbangan komersil. Ditutupnya Bandara Polonia Medan, menandakan secara resmi pulalah Kuala Namu International Airport (KNIA) yang berada di Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara akan beroperasi secara penuh. Benarkah bandara tercanggih kedua di Indonesia ini bisa beroperasi secara maksimal pada 25 Juli mendatang?. Mari satu persatu kita lihat berbagai permasalahan yang masih menghantui publik hingga saat ini.

Pertama, hingga satu hari menjelang operasional KNIA, publik sama sekali masih buta transportasi menuju KNIA. Transportasi seperti Kereta Api, Taksi, dan Bus Pemadu Moda yang selama ini disebut-sebut sebagai transportasi utama menuju KNIA belum menunjukan kejelasan. Untuk transportasi Kereta Api misalnya, publik masih diberatkan dengan tarif biaya menuju KNIA sebesar Rp80.000/orang. Tingginya tarif ini sangat jelas memperlihatkan bahwa PT KAI dan PT Railink selaku penyedia jasa transportasi KA menuju KNIA merupakan instansi yang kapitalis. PT KAI dan PT Railink sengaja memberlakukan tarif tersebut agar masyarakat menengah ke bawah tidak bisa menikmati transportasi ini. Akibatnya, masyarakat hanya bisa mengandalkan transportasi berupa bus pemadu moda.

Bus pemadu moda yang tersedia menuju KNIA ada dua. Pertama, bus Damri untuk koridor Plaza Medan Fair- KNIA, dan Amplas-KNIA. Kedua, Bus ALS untuk koridor Binjai-KNIA. Sayangnya hingga sehari sebelum operasional KNIA, titik dan fasilitas untuk bus ini juga belum jelas. Dari tiga koridor yang disediakan tersebut, sama sekali belum ada terlihat titik-titik yang nantinya bisa dipakai publik untuk menggunakan transportasi tersebut. Terlebih untuk penumpang dari luar Medan yang langsung mendarat di KNIA pada 25 Juli mendatang. Mereka masih binggung menggunakan tiga jenis transportasi tersebut. Jadwal transportasi tidak tersosialisasi, fasilitas transportasi tidak kelihatan, serta tarif transportasi yang begitu mahal, menjadikan KNIA nantinya terlihat cacat bagi penumpang dan publik.

Akses jalan mengkhawatirkan


Selain transportasi, akses jalan menuju KNIA sehari menjelang operasional juga masih mengkhawatirkan. Bayangkan saja, akses utama yang digunakan menuju KNIA adalah akses jalan lintas Sumatera. Menjelang mudik lebaran ini, sudah bisa dipastikan jumlah kendaraan akan meningkat, apalagi seiring dioperasikannya KNIA. Belum lagi adanya penyempitan jalan di tiga titik antara Jalan Kayu Besar, Tanjung Morawa menuju KNIA yakni dari 2 jalur jalan menjadi 1 jalur jalan. Penyempitan ini sudah pasti menimbulkan kemacetan.

Hal lainnya yang membuat ketidaknyamanan penumpang nantinya adalah, akses jalan dari Kayu Besar Tanjung Morawa belum sepenuhnya beraspal. Dikhawatirkan, jika kondisi jalan seperti ini terus dilintasi dengan kendaraan yang rata-rata cukup besar, maka kondisi aspal jalan semakin parah. Jalan akan berlubang, dan membuat akses jalan menuju KNIA semakin buruk. Ditambah lagi, jalan yang sempit menuju pintu masuk KNIA juga ditakutkan mengganggu laju lalu lintas kendaraan. Terutama bus-bus pariwisata dengan ukuran besar.

Kondisi yang parah juga terlihat dari tidak adanya lampu penerang jalan menuju pintu masuk KNIA. Bayangkan saja, jika staf Angkasa Pura II maupun penumpang yang akan melakukan aktivitas pada Subuh dan Malam hari maka akan dihadapkan dengan kondisi jalan yang gelap gulita. Kondisi ini terdapat di beberapa kilometer sebelum memasuki pintu masuk bandara.

Hampir sama dengan kondisi jalan menuju KNIA, di Medan, lebih tepatnya di depan Stasiun Kereta Api Medan, sudah dipastikan akan terjadi kemacetan yang cukup parah. Pemerintah Kota Medan tidak mampu menyelesaikan pembangunan sky bridge atau lahan parkir tepat waktu. Efeknya, masyarakat atau penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun KA menuju KNIA atau kota lainnya tidak bisa memarkirkan kendaraannya.

Jangankan memarkirkan kendaraan pribadi, untuk Beca Bermotor yang selama ini memenuhi kawasan stasiun saja tidak bisa ditertibkan pemerintah. Apalagi untuk memarkirkan kendaraan diseputaran stasiun. Lagi-lagi permasalahan ketidaksiplinan pemerintah, membuat nama besar KNIA harus cacat dimata dunia. Bagaimana tidak?, bandara merupakan pintu masuknya wisatawan dari seluruh dunia. Jika mereka menikmati keburukan-keburukan fasilitas ini, maka nama KNIA khususnya Sumut akan jelek dimata dunia.

Tidak terima surat edaran


Terlepas dari persoalan jalan maupun transportasi, untuk teknis perpindahan sendiri, maskapai penerbangan juga belum menerima surat edaran perpindahan bandara dari pemerintah daerah. Seolah-olah pemerintah daerah buta dengan adanya perpindahan ini.

Beberapa permasalahan inilah yang masih membinggungkan publik. Meskipun begitu, mau tidak mau, siap tidak siap, secara dipaksa KNIA tetap beroperasi besok, (Kamis, 25 Juli 2013). Pengoperasian ini dilakukan karena KNIA telah terdaftar di International Civic Aviation Organisation (ICAO), dan International Air Transport Association (IATA). Pada tanggal tersebut pulalah publik harus melepaskan kode MES sebagai kode lokasi indikator Bandara Polonia Medan dan digantikan dengan kode KNO untuk lokasi indikator di bandara baru yakni KNIA.

Informasi yang perlu diketahui publik:


Jarak atau rute dari inti kota Medan ke Kuala Namu Internasional Airport (KNIA) adalah sekitar 39 Km dengan waktu tempuh antara 60 - 90 menit melalui kendaraan bermotor. Sementara untuk waktu tempuh dengan Kereta Api sekitar 30 - 35 menit. Terdapat tiga titik pemberangkatan dengan bus dari Medan menuju KNIA. Pertama, PT Damri, melayani rute dari Amplas - KNIA Kedua, PT Damri, melayani rute dari Plaza Medan Fair - KNIA. Ketiga, PT ALS, melayani rute Binjai - KNIA.

Untuk transportasi selanjutnya, Kereta Api, berangkat dari stasiun besar Medan - KNIA, dengan tarif sekitar Rp. 80.000/orang. Dan terakhir transportasi taksi yang beroperasi ke KNIA antara lain Blue Bird, Express, Karsa, Nice, Puskopau, Kokapura dengan tarif sesuai ketentuan.

Diseputaran KNIA, belum tersedianya beberapa fasilitas pendukung seperti penginapan atau pusat perbelanjaan. Rumah Sakit terdekat dari bandara yakni Rumah Sakit Patar Asih, dengan jarak sekitar 5 Km dari KNIA.

Mengingat jarak KNIA yang cukup jauh, dihimbau kepada calon penumpang untuk berangkat lebih awal dari biasanya agar tidak terlambat maupun terlewat penerbangannya, dengan alasan yakni akses jalan menuju KNIA belum selesai dengan sempurna, kemudian masih sedikitnya rambu-rambu informasi jalan bagi pengendara menuju KNIA, dan yang terakhir masih terbatasnya moda transportasi kendaraan umum menuju KNIA.

Diprakirakan juga titik kemacetan akan terjadi antara pintu keluar Tol Tanjung Morawa - Simpang Jalan Kayu Besar dikarenakan adanya penyempitan jalan (2 lajur menjadi 1 lajur) sebanyak 3 titik antara Jalan Kayu Besar, Tanjung Morawa- KNIA.

Sumber: http://analisadaily.com/news/34016/m...erasional-knia
Yah gini deh kalau proyek persiapannya belum matang dan dipaksakan selesai. Akses kesana masih sangat-sangat membingungkan. Sebagian jalan tol masih ada yang belum dibebaskan. Akses tercepat menuju bandara dari Medan, kereta api cuma bisa menampung 10 persen penumpang gan. [imagetag].
Apakah proyek salah satu bandara terbesar di Indonesia ini akan menuai kegagalan?
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive