
Penelusuran Tempo pada saat musim mudik Lebaran lalu menemukan sejumlah modus yang dilakukan oleh calo tiket. Di antaranya, menggunakan kartu tanda penduduk (KTP) palsu untuk mendapatkan tiket asli.
Di akhir Juli 2014, Tempo menyambangi Stasiun Pasar Senen di Jakarta Pusat. Saat masuk area parkir, Tempo mengamati seorang pria yang tengah menyapa calon penumpang. Ia bertanya apakah orang itu sudah mempunyai tiket. Begitu dijawab "belum", ia mengajak pria tersebut berjalan menuju gang di sebelah stasiun.
Calo itu kemudian mempersilakan si calon penumpang duduk. "Tidak ada masalah kalau (memesan tiket kereta) tidak ada KTP. Kami bisa membuatkan KTP-nya," katanya.
Si calo kemudian membuka situs Paditrain.com di telepon selulernya dan memeriksa ketersediaan tiket untuk kereta rute Pasar Senen–Semarang Tawang. Ia menawarkan kereta Senja Utama Semarang kelas bisnis dengan waktu keberangkatan 19.45 WIB. Harga tiket dipatok Rp 400 ribu jika calon penumpang memiliki KTP dan Rp 450 ribu jika butuh KTP palsu. Padahal, harga resmi tiket hanya Rp 230 ribu.
Si calo meminta uang muka 50 persen dari harga kesepakatan. Setelah itu, wajah calon penumpang direkam dengan menggunakan ponsel. Ia lalu pergi entah ke mana dengan membawa foto si calon penumpang. Tak sampai tiga jam, KTP "jadi-jadian" dan tiket sudah diterima oleh calon penumpang tadi.
"Kalau nanti tidak bisa masuk, telepon saya. Kami di sini terus sampai malam," ujarnya memberi jaminan. Ia menyebutkan, pada masa Lebaran, ratusan penumpang lolos dengan cara itu.
KTP palsu ini terlihat serupa dengan bentuk aslinya, kecuali tidak ada serat berwarna dalam blangko. KTP ini juga tidak memiliki cetakan sidik jari. Alamat palsu calon penumpang tertulis di Bekasi, Jawa Barat. Menurut si calo, sudah tidak ada lagi orang di sekitar stasiun yang berani mencetak KTP palsu. "Makanya kami lari ke Bekasi. Di sana mereka masih berani," ujarnya.
Menjelang keberangkatan kereta, Tempo menyaksikan calon penumpang tersebut berjalan ke pintu masuk peron. Seorang petugas keamanan stasiun memeriksa tiket dan KTP calon penumpang itu dengan disaksikan tiga petugas lainnya. Berbekal tiket serta KTP yang berasal dari calo, calon penumpang ini lolos dari pemeriksaan.
Sumber Tempo mengalami hal serupa pada masa mudik Lebaran lalu. Untuk mendapatkan tiket bagi sumber Tempo, calo memanfaatkan situs web Citosconnection.com. Melalui situs ini, calo mendapatkan kata kunci untuk dimasukkan ke situs Paditrain agar bisa melihat ketersediaan tiket kereta yang batal.
Menurut calo, situs Paditrain menguntungkan karena bisa mengunci tiket yang sudah dipesan namun belum dibayar dalam waktu 45 menit. Bedanya, ketika itu, sumber Tempo menggunakan tiket atas nama orang lain yang batal berangkat. Agar sesuai dengan nama pada tiket, calo membuatkan KTP palsu dengan modus yang sama.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kementerian Perhubungan Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan modus pembelian tiket oleh calo dengan KTP palsu sudah ada sejak dua tahun lalu saat sistem e-ticketing diberlakukan. "Calo-calo dengan modus tersebut ditangkap di Surabaya dan Madiun. Pada 2012, 80 tiket penumpang disita di kedua wilayah tersebut," ujarnya.
Adapun PT Kereta Api Indonesia mengklaim kasus calo tiket sudah berkurang 99 persen sejak diterapkannya sistem pembelian tiket online. "Termasuk yang memakai KTP palsu, itu pasti tidak akan lolos," kata juru bicara PT KAI Daerah Operasional I Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, Agus Komarudin.
Juru bicara Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengaku belum menerima laporan soal modus percaloan dengan pembuatan KTP palsu. Ia menegaskan, bukan hanya calo, calon penumpang yang membeli tiket dengan cara ini bisa dijerat dengan pasal pemalsuan surat.
sumber:
penjahat memang semakin pintar, ada aja akal mereka untuk menerobos keamanan dan peraturan yang ada, ada solusi ngga biar para calo ga ada lagi?
Dikutip dari: http://adf.ly/r88sK


