
Menurut Kafi, kegiatan ekspor dan impor buah dan sayuran segar puasa tahun ini dianggap kurang tepat. Sebab, suhu politik pemilihan presiden 9 Juli dianggap kurang menguntungkan bagi dunia usaha. "Iklim politik itu membuat kami waswas apakah aman atau bagaimana, ditambah nilai tukar dolar AS biasanya naik," ujarnya.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kebutuhan buah segar dan sayuran kerap naik tajam saat puasa. Rata-rata penjualan buah segar dan sayur naik antara 65-100 persen dari kebutuhan biasa. "Biasanya naiknya untuk buah segar yang banyak dibuat jus," kata dia.
Khusus tahun ini, ucap Kafi, tiga momen besar terjadi berdampingan, yakni puasa, pilpres dan Piala Dunia. "Sepertinya bisa di atas 100 persen. Sambil sahur atau bergadang nonton bola, orang bisanya makan buah-buahan," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, ia berharap pemerintah beserta masyarakat bisa mengawal proses pemilihan presiden dengan aman. "Kalau aman jelas dolar AS turun serta keselamatan warga terjamin," ujarnya.
sumber:
kalau untuk pemilu mungkin buat bingkisan suara kali ya




