Please disable ad-blocker to view this page



SITUS BERITA TERBARU

Saat Abu Vulkanik Menumpuk di Paru-paru

Friday, February 14, 2014
Liputan6.com, Jakarta: Abu vulkanik Gunung Kelud yang menyelimuti sebagian besar jalanan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta, bisa berdampak buruk untuk kesehatan. Bahkan abu vulkanik bisa menumpuk di paru-paru jika terpapar selama berminggu-minggu.

Ahli Paru-paru RS Persahabatan, Divisi Penyakit Paru Akibat Kerja dan Lingkungan Departemen Pulomonologi FKUI, dr Agus Dwi Susanto SpP (K), menjelaskan, ada dua dampak yang muncul jika terpapar abu vulkanik.

"Dampaknya itu akut dan kronik," kata dr Agus saat dihubungiHealth Liputan6.com, Jumat (14/2/2014).

1. Dampak akut

Debu masuk melalui napas yang terjadi adalah iritasi. Iritasi ini bisa pada hidung, tenggorokan, hingga saluran napas bawah.

"Kalau iritasi membuat sekresi seperti lendir, ingus, bersin-bersin, tenggorokan panas, gatal, dan batuk-batuk. Kalau iritasi terjadi pembengkakan pada saluran dan napas jadi sesak karena penyempitan saluran napas," kata dr Agus.

2. Dampak kronik

Dampak ini terjadi bila terpapar lama lebih dari dua minggu hingga berbulan-bulan seperti:
*.Penurunan fungsi paru-paru
*.Bisa terjadi penyakit paru-paru kronik
*.Menyebabkan penumpukan debu di paru-paru, saluran napas.
Jika sudah menumpuk terjadi penyakit Pneumokonioses.

Sumber

Kemenkes Ingatkan 4 Hal untuk Minimalkan Dampak Letusan Kelud


Seperti yang disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama, Jumat (14/2/2014) bahwa pihaknya sudah menghubungi KadinKes DIY untuk penyuluhan ke masyarakat tentang:

1. Pembatasan keluar rumah kalau tidak perlu

2. Mengawasi ventilasi udara

3. Penggunaan masker dan semua hal dalam rangka antisipasi penyakit pernapasan akibat debu ini.

4. Dianjurkan menutup sumur gali untuk mencegah pencemaran air yang akan dikonsumsi penduduk nantinya.


Tjandra juga menerangkan bahwa sejauh ini di Yogyakarta sudah dilakukan penanggulangan atau antisipasi terhadap masalah kesehatan.

"Sejak pagi ini telah dilakukan pengukuran kadar TSP, NoX, O3 dan lain-lain oleh BBTKL (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan DIY (UPT DitJen P2PL) sejak pagi ini. Pengukuran ini dilakukan di tempat terbatas seperti disekitar kantor karena jarak pandang di jalan raya hanya sekitar 15 meter dan tertutup debu, sehingga petugas kita sulit �berkendara," kata Tjandra.

Tjandra menambahkan, untuk sementara masker yang ada di BBTKL� DIY akan dibagikan ke penduduk sekitar kantor karena debu cukup pekat. Sedangkan sekolah dan sebagainya diliburkan oleh pemerintah daerah setempat.
Sumber

pake masker kalo keluar rumah..

Selain Masker, Gunakan Kaca Mata untuk Lindungi Diri dari Abu


Selain mengganggu pernapasan, partikel kasar ini dapat membuat mata teriritasi bahkan infeksi. "Abu vulkanik bisa membuat mata iritasi sampai infeksi kalau dikucek. Karena partikel kasar ini bila dikucek seperti mengamplas kornea. Bersihkan dengan air bersih saja," kata Dokter Spesialis Mata sekaligus Direktur Jakarta Eye Center, dr. Johan A. Hutauruk MD, Jumat (14/2/2014).

Menurut dr. Johan, untuk mencegah terjadinya iritasi sebaiknya gunakan kacamata tertutup. "Sebaiknya sih menghindari tempat yang terlalu banyak terpapar abu vulkanik. Kalaupun keluar pakai kacamata tertutup seperti kacamata renang agar mata tidak terpapar abu vulkanik," kata dr. Johan.

Selain menggunakan kacamata, dr. Johan juga menyarankan untuk menggunakan masker. "Pakai kacamata dan masker agar abu vulkanik tidka merusak kesehatan. Selalu sediakan air bersih," kata dr. Johan.
Sumber
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive