SITUS BERITA TERBARU

Membangkitkan Kembali Budaya Semangat Nasionalisme Generasi Muda

Wednesday, November 27, 2013

Indonesia merupakan satu-satunya negara kepulauan di dunia yang dianugerahi dengan beragam kekayaan alam maupun kekayaan budaya. Begitu banyak budaya daerah yang tersebar di seluruh tanah air, yang kesemuanya itu bermuara menjadi budaya nasional bangsa Indonesia. Perbedaan tersebut tidak lantas menjadi alasan untuk berpecah belah ataupun terkikisnya solidaritas di kalangan masyarakat Indonesia. Hal itu tidak pula layak untuk dijadikan benteng perlindungan bagi tumbuh kembangnya sikap sukuisme yang pada akhirnya merupakan kendala dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Menyikapi kondisi aktual yang berkembang, bangsa ini dihadapkan pada dua tantangan. Pertama, menjaga kemurnian esensi dan hakikat nasionalisme, yang berarti juga menjaga kemurnian nilai-nilai kemanusiaan. Kedua, berupaya secara aktif mengantisipasi perkembangan situasi zaman khususnya arus globalisasi yang sedemikian hebat pengaruh implikasinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada gilirannya, dalam mengawal reformasi yang terus bergulir, maka semangat nasionalisme pemuda perlu digugah kembali.
Dalam konteks Indonesia, nasionalisme yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kemanusiaan (perikemanusiaan) yang hakiki dan bersifat asasi. Tujuannya, mengangkat harkat, derajat, dan martabat kemanusiaan setiap bangsa untuk hidup bersama secara adil dan damai tanpa diskriminasi di dalam hubungan-hubungan sosial. Sebenarnya rasa nasionalisme itu sudah dianggap telah muncul manakala suatu bangsa memiliki cita-cita yang sama untuk mendirikan suatu negara kebangsaan. Sedangkan, ciri nasionalisme Indonesia yaitu nasionalisme religius seperti yang dicetuskan Bung Karno (Soekarno) adalah nasionalisme yang tumbuh dari budaya Indonesia.
Jika kita gambarkan, nasionalisme saat ini berada di titik nadir, dimana semua kebijakan berkiblat pada neoliberalisme, sehingga kesejahteraan rakyat jauh dari cita- cita pendiri bangsa. Lalu, siapa yang patut dipersalahkan untuk semua permasalahan pelik yang melanda negeri ini?, pemerintah ?, globalisasi? atau memang nasib bangsa kita seperti ini?. Sangatlah tidak tepat jika kita mengkambinghitamkan pemerintah atas semua kekacauan yang melanda negeri ini, karena pemerintah sendiri telah melakukan berbagai upaya. Namun semua itu tidak akan berarti apa-apa tanpa dukungan dari segenap masyarakat Indonesia. Atau sangatlah tidak adil melemparkan kesalahan sepenuhnya kepada pemuda yang sebenarnya mereka sendiri berada dalam proses pencarian jati diri mereka masing- masing, serta salah besar jika kita menyalahkan globalisasi. Karena kehadiran globalisasi sendiri tidak bisa kita hindari. Globalisasi memang berpotensi memberikan dampak positif dan juga dampak negatif bagi bangsa Indonesia. Hanya ada dua pilihan dalam era ini, menjadi tuan rumah atau mungkin pembantu di negeri sendiri?. Semua itu tergantung dari bagaimana kita menyikapinya.
Walau bagaimanapun bukanlah sikap yang bijak jika kita hanya bisa saling menyalahkan. Apalagi jika kita mengkambinghitamkan pemuda. Karena hal itu tidak akan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang menimpa negeri kita tercinta. Alangkah jauh lebih baik jika kita menyatukan segenap kemampuan yang kita miliki demi kemajuan negeri ini. Ada beberapa langkah alternatif yang bisa ditempuh untuk menumbuhkan kembali nasionalisme di kalangan pemuda, diantaranya:
Pertama, perlu adanya redefinisi atas pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia. Kegagalan meredefinisi nilai-nilai nasionalisme telah menyebabkan hingga kini belum lahir sosok pemuda Indonesia yang dapat menjadi teladan. Padahal tantangan pemuda saat ini berbeda dengan era tahun 1928 atau 1945. Jika dulu nasionalisme pemuda diarahkan untuk melawan penjajahan, kini nasionalisme diposisikan secara proporsional dalam menyikapi kepentingan pasar yang diusung kepentingan global, dan nasionalisme yang diusung untuk kepentingan negara. Dengan demikian peran orang tua masih sangat mendominasi segala sector kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kedua diharapkan pemerintah pusat dapat mempercepat distribusi pembangunan di semua daerah agar tidak tumbuh semangat etnonasionalisme dalam diri pemuda. Ketiga, Menempatkan semangat nasionalisme pada posisi yang benar. Nasionalisme tidak dapat diartikan secara sempit. Nasionalisme harus didefinisikan sebagai suatu upaya untuk membangun keunggulan kompetitif, dan tidak lagi didefinisikan sebagai upaya untuk menutup diri dari pihak asing seperti proteksi atau semangat anti semua yang berbau asing. Profesionalisme adalah salah satu kata kunci dalam upaya mendefinisikan makna nasionalisme saat ini. Dengan demikian, nasionalisme harus dilengkapi dengan sikap profesionalisme.
Ke depan, generasi muda sebagai generasi penerus berada dalam posisi revitalizing agents. Pemuda sebagai sumber kekuatan moral reformasi perlu tetap terbina agar selalu berlandaskan pada kebenaran yang bersumber pada hati nurani serta sikap moral yang luhur, berkepribadian nasional dan berjiwa patriotisme. Beberapa point di atas merupakan agenda penting yang harus kita lakukan untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri di era globalisasi. Karena walau bagaimanapun Kerusakan yang terjadi pada generasi muda, adalah sebuah isyarat, bagi kehancuran sebuah bangsa. Bagaimana tidak, pemuda hari ini, adalah orang tua yang akan datang. Bagaimana mungkin suatu bangsa bisa berjaya, jika generasi mudanya tidak punya jati diri.
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive