Quote:Pemain Persipro Probolinggo Salamon Begondou Meninggal Dunia
Jakarta - Satu lagi pemain asing yang merumput di kompetisi sepakbola Indonesia meninggal dunia. Pesepakbola asal kamerun yang memperkuat Persipro Probolinggo, Salamon Begondou, tutup usia karena sakit.
Salamon, yang berposisi sebagai striker, sempat membela PSIS Semarang dan kemudian menjadi anggota skuat Persipro Probolinggo musim lalu. Kabar meninggalnya Salamon dikonfirmasi oleh Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) lewat akun Twitter resminya.
"APPI turut berduka cita atas meninggalnya Salomon Begondo, pesepakbola asal Kamerun yg barur saja meninggal dunia akibat sakit," demikian ungkap APPI.
Diduga, meninggalnya Salomon terkait dengan ketiadaan biaya untuk mengobati sakitnya. Seperti nasib banyak pesepakbola yang merumput di kompetisi tanah air, Salomon diduga masih tertunggak gajinya oleh pihak klub.
"Menurut keterangan yang APPI terima, Salomon meninggal saat menderita sakit dan tidak mampu membayar biaya berobat."
"Lagi dan lagi korban berjatuhan akibat masalah pembayaran gaji yang tak kunjung selesai," lanjut APPI.
Tahun lalu Salomon dan beberapa rekannya dari Persipro pernah membuah heboh karena mengemis di jalanan Kota Probolinggo. Itu terpaksa dia lakukan karena gajinya tak kunjung dibayar klub.
Kabar duka ini menambah kelam perjalanan kompetisi sepakbola domestik di Indonesia, karena Salomon bukan pesepakbola pertama yang meninggal dunia karena ditelantarkan klubnya. Sebelumnya ada nama Bruno Zandonadi yang meninggal karena kanker otak, juga Diego Mendieta yang tewas akibat tifus.
sumber : detik
Quote:Salamon Meninggal Diduga karena Tak Ada Biaya Berobat
Kabar duka kembali datang dari sepakbola Indonesia terkait meninggalnya pemain Persipro Probolinggo, Salamon Begondou. Menderita sakit, Salamon diduga tidak punya biaya untuk berobat.
Salamon merupakan pesepakbola asal Kamerun, yang juga pernah memperkuat PSIS Semarang sebelum bermain di Persipro. Sebelumnya Salamon dan dua rekannya, Camara Abdoulaye Sekou dan Syilla Mbamba, pernah membuat heboh lantaran harus memenuhi biaya hidup dari mengemis di jalanan kota Probolinggo akibat gaji yang tak dibayarkan.
Akibat masalah gaji tersebut pula, Salamon dan dua rekannya kabarnya sampai rela jadi pemain di laga-laga antar kampung (tarkam). Upaya-upaya untuk mendapatkan hak bukan tak pernah dicoba. Mengadu ke PSSI dan ke Walikota Probolinggo pernah dilakukan tapi tak membuahkan hasil.
Kabar menyebutkan bahwa pada waktu itu Salamon cs. hanya menerima 15% dari nilai kontrak yang nilainya bervariasi antara Rp 175 juta, Rp 190 juta, dan Rp 200 juta untuk semusim.
Hal-hal inilah yang lantas menguatkan dugaan bahwa Salamon kesulitan biaya untuk mengobati sakitnya. Pihak Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) telah mengonfirmasi penyebab meninggalnya si pemain akibat sakit, kendati belum bisa memastikan dugaan tak ada biaya berobat juga turut jadi latar belakangnya.
"Saya belum tahu pasti. Tapi katanya sakit, gak ada biaya. Dia itu dulu pernah ngamen-ngamen juga bareng teman setimnya di Persipro, Kamara. Karena gajinya gak dibayar," ujar salah satu perwakilan APPI ketika dihubungi detikSport, Jumat (29/11/2013) malam WIB.
Jika benar masalah gaji turut melatarbelakangi meninggalnya Salamon, maka ini jadi kasus yang kesekian di Indonesia. Sebelumnya, pemain Persis Solo Diego Mendieta meninggal karena sakit tifus dan tak punya biaya untuk berobat, setelah gajinya tak dibayarkan klub. Baru setelah Mendieta tutup usia gajinya dilunasi.
sumber : detik
turut berduka cita atas meninggalnya salamon semoga diterima di sisi Tuhan
dan buat para pengurus klub yang telah membiarkan gajinya nunggak semoga dapat balasan yang setimpal
kejadian lagi deh pemain yang meninggal, tapi yah gitu selama tidak ada sanksi yang tegas klub-klub amatir yang ngaku profesional itu gak akan pernah kapok.
sudah saatnya para pemain sepakbola jika gajinya telat di bayar menggugat ke pengadilan.
Jakarta - Satu lagi pemain asing yang merumput di kompetisi sepakbola Indonesia meninggal dunia. Pesepakbola asal kamerun yang memperkuat Persipro Probolinggo, Salamon Begondou, tutup usia karena sakit.
Salamon, yang berposisi sebagai striker, sempat membela PSIS Semarang dan kemudian menjadi anggota skuat Persipro Probolinggo musim lalu. Kabar meninggalnya Salamon dikonfirmasi oleh Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) lewat akun Twitter resminya.
"APPI turut berduka cita atas meninggalnya Salomon Begondo, pesepakbola asal Kamerun yg barur saja meninggal dunia akibat sakit," demikian ungkap APPI.
Diduga, meninggalnya Salomon terkait dengan ketiadaan biaya untuk mengobati sakitnya. Seperti nasib banyak pesepakbola yang merumput di kompetisi tanah air, Salomon diduga masih tertunggak gajinya oleh pihak klub.
"Menurut keterangan yang APPI terima, Salomon meninggal saat menderita sakit dan tidak mampu membayar biaya berobat."
"Lagi dan lagi korban berjatuhan akibat masalah pembayaran gaji yang tak kunjung selesai," lanjut APPI.
Tahun lalu Salomon dan beberapa rekannya dari Persipro pernah membuah heboh karena mengemis di jalanan Kota Probolinggo. Itu terpaksa dia lakukan karena gajinya tak kunjung dibayar klub.
Kabar duka ini menambah kelam perjalanan kompetisi sepakbola domestik di Indonesia, karena Salomon bukan pesepakbola pertama yang meninggal dunia karena ditelantarkan klubnya. Sebelumnya ada nama Bruno Zandonadi yang meninggal karena kanker otak, juga Diego Mendieta yang tewas akibat tifus.
sumber : detik
Quote:Salamon Meninggal Diduga karena Tak Ada Biaya Berobat
Kabar duka kembali datang dari sepakbola Indonesia terkait meninggalnya pemain Persipro Probolinggo, Salamon Begondou. Menderita sakit, Salamon diduga tidak punya biaya untuk berobat.
Salamon merupakan pesepakbola asal Kamerun, yang juga pernah memperkuat PSIS Semarang sebelum bermain di Persipro. Sebelumnya Salamon dan dua rekannya, Camara Abdoulaye Sekou dan Syilla Mbamba, pernah membuat heboh lantaran harus memenuhi biaya hidup dari mengemis di jalanan kota Probolinggo akibat gaji yang tak dibayarkan.
Akibat masalah gaji tersebut pula, Salamon dan dua rekannya kabarnya sampai rela jadi pemain di laga-laga antar kampung (tarkam). Upaya-upaya untuk mendapatkan hak bukan tak pernah dicoba. Mengadu ke PSSI dan ke Walikota Probolinggo pernah dilakukan tapi tak membuahkan hasil.
Kabar menyebutkan bahwa pada waktu itu Salamon cs. hanya menerima 15% dari nilai kontrak yang nilainya bervariasi antara Rp 175 juta, Rp 190 juta, dan Rp 200 juta untuk semusim.
Hal-hal inilah yang lantas menguatkan dugaan bahwa Salamon kesulitan biaya untuk mengobati sakitnya. Pihak Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) telah mengonfirmasi penyebab meninggalnya si pemain akibat sakit, kendati belum bisa memastikan dugaan tak ada biaya berobat juga turut jadi latar belakangnya.
"Saya belum tahu pasti. Tapi katanya sakit, gak ada biaya. Dia itu dulu pernah ngamen-ngamen juga bareng teman setimnya di Persipro, Kamara. Karena gajinya gak dibayar," ujar salah satu perwakilan APPI ketika dihubungi detikSport, Jumat (29/11/2013) malam WIB.
Jika benar masalah gaji turut melatarbelakangi meninggalnya Salamon, maka ini jadi kasus yang kesekian di Indonesia. Sebelumnya, pemain Persis Solo Diego Mendieta meninggal karena sakit tifus dan tak punya biaya untuk berobat, setelah gajinya tak dibayarkan klub. Baru setelah Mendieta tutup usia gajinya dilunasi.
sumber : detik
turut berduka cita atas meninggalnya salamon semoga diterima di sisi Tuhan
dan buat para pengurus klub yang telah membiarkan gajinya nunggak semoga dapat balasan yang setimpal
kejadian lagi deh pemain yang meninggal, tapi yah gitu selama tidak ada sanksi yang tegas klub-klub amatir yang ngaku profesional itu gak akan pernah kapok.
sudah saatnya para pemain sepakbola jika gajinya telat di bayar menggugat ke pengadilan.