SITUS BERITA TERBARU

Negara Arab Jadi Negara 'Tukang Makan' Terbesar di Dunia

Thursday, March 26, 2015
sumber   (soulofjakarta.com)
Para ahli bingung bagaimana menemukan cara untuk memanfaatkan makanan berlebih yang ditinggalkan oleh penduduk Arab Saudi, yang biasanya berakhir di tempat sampah. Seperti dikutip dari Arab News, Rabu, 25 Maret 2015, salah satu saran adalah organisasi-organisasi amal dapat mengumpulkan makanan berlebih ini untuk dibagikan kepada orang miskin.

makan.png

Di saat para ahli memperkirakan ada lebih dari 870 juta orang kelaparan di dunia, 1,3 miliar ton makanan terbuang sia-sia di tong sampah di Arab Saudi. Menurut studi terbaru, Arab Saudi berada di garis depan dalam hal konsumsi makanan dengan tingkat konsumsi 60 persen dari total konsumsi di wilayah Teluk.





Sementara seluruh wilayah Teluk memiliki tingkat konsumsi tahunan tertinggi di dunia yang mencapai 3,1 persen dari total konsumsi global. Tak pelak wilayah ini mendapat gelar sebagai salah satu wilayah yang paling boros di dunia terkait makanan.





Tingkat konsumsi makanan di Teluk diperkirakan mencapai 49,1 juta metrik ton. Produk makanan menyumbang 35 persen dari sampah domestik wilayah tersebut, dengan 13 juta ton makanan berakhir di tempat sampah di Arab Saudi. Khusus di dalam negeri Saudi, 4 juta makanan berakhir di tempat sampah di Provinsi Timur setiap harinya, menurut Khaled Al-Khan dari organisasi sosial bank makanan Etaam.





"Sebagian besar sampah makanan berasal dari hotel-hotel dan tempat pesta pernikahan. Etaam menerima dan menyortir makanan kemudian mengepak kembali untuk dibagikan kepada 5.000 keluarga miskin. Kami juga membuka cabang di Riyadh di mana 12.000 makanan dibuang setiap harinya. Sebentar lagi kami juga akan membuka cabang di Qatif dan sekitarnya," kata Khan.





Ekonom Fadal Al-Buainain menganggap sampah makanan sebagai masalah serius di Saudi.





"Seorang Saudi mengambil makanan yang melebihi kebutuhannya sehingga 50 persen terbuang sia-sia. 70% masalah sampah makanan selalu dikaitkan dengan acara publik. Semuanya ini menguras kantong warga Saudi yang sebenarnya bisa dihitung kembali mengenai kebutuhan makanan itu sendiri," kata Buainain.





Buainain menambahkan jika warga Saudi mampu mengurangi sampah makanan hingga 30 persen, maka akan memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi harga makanan sebesar 15 persen.





Buainain yakin tingkat konsumsi yang tinggi adalah faktor yang memengaruhi perekonomian, terutama masalah menabung. Sayangnya, warga Saudi tidak mengadopsi budaya menabung, tapi lebih suka meminjam uang dari bank untuk kebutuhan konsumsi mereka.





Khaled Thumairi, konsultan diet di Abha Hospital, mengatakan warga harus membuat pilihan terhadap apa yang mereka butuhkan dan mengubah kebiasaan makan yang buruk. Termasuk menggelar pesta makanan prasmanan yang membuat seseorang mengambil makanan melebihi apa yang dibutuhkan.





Selain itu, Thumairi juga mengingatkan dampak buruk yang terkait dengan konsumsi makanan yang berlebihan, seperti obesitas, diabetes, kolesterol dan tekanan darah.

Link: http://adf.ly/1BqPMb
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive