Jakarta - Prabowo Subianto menilai pelaksanaan Pilpres 2014 mirip negara komunis seperti Korea Utara. Benarkah demikian? Ternyata tidak, karena pemilu di Korea Utara bukan memilih kandidat pemimpin, melainkan persetujuan rakyat untuk pemerintahan selanjutnya.
Penelurusan detikcom, Rabu (6/8/2014), rakyat Korea Utara memberikan suaranya setiap lima tahun sekali untuk menyetujui pemerintahan parlemen. Masing-masing dari 687 wilayah di Korea Utara memiliki satu kandidat parlemen, pilihannya hanya Ya atau Tidak.
Jumlah pemilih dalam Pemilu Korea Utara mencapai angka 100 persen. Artinya, tidak ada golput. Para pemilih juga memberikan suaranya di bilik khusus tanpa kerahasiaan.
Banyak pakar menilai Pemilu di Korea Utara hanya seperti sensus politik karena seluruh kursi parlemen dikuasai partai penguasa. Pemilih yang memilih kata Tidak berarti siap menanggung resiko intimidasi atau sejenisnya.
Tanpa ada pemilih abstain, Kim Jong Un meraih 100% suara dalam pemilu di Korea Utara. Semua pemilih menjatuhkan pilihannya pada pemimpin muda Korea Utara ini, tanpa terkecuali.
"Ini adalah ekspresi dari dukungan mutlak rakyat dan kepercayaan mendalam pada pemimpin tertinggi Kim Jong Un, karena mereka setia kepadanya, memegang dia di harga tinggi," kata kantor berita resmi Korea Utara seperti dilansir oleh AFP, 11 Maret lalu.
Sementara Prabowo di gedung Mahkamah Konstitusi (MK) menyamakan sistem Pemilu Korea Utara dengan Pilpres 2014. Hal ini karena ada beberapa TPS yang menunjukkan perolehan suaranya nol.
"Bahkan di Korea Utara pun tidak terjadi, mereka bikin 97,8 persen. Di kita, ada yang 100 persen, ini luar biasa. Ini hanya terjadi di negara totaliter, fasis dan komunis," kata Prabowo di ruang sidang MK, di Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (6/8/2014)
Sumber : http://m.detik.com/news/comment/2014/08/07/054959/2655385/1562/melihat-lebih-jauh-sistem-pemilu-di-korea-utara
gimana toh wo...blunder bae...

Dikutip dari: http://adf.ly/qv6NV


