SITUS BERITA TERBARU

Produk Perajin Kecil Yogya Banyak Dijiplak

Sunday, January 19, 2014

Kerajinan tas dari bahan pandan dan agel di Serangan, Ngampilan, Yogyakarta, Rabu (3/6). Tas yang dihasilkannya kemudian dijual ke pasaran lokal dengan kisaran harga mulai dari Rp. 38 ribu hingga Rp. 50 ribu. Tempo/Arif Wibowo

Quote:Tingkat penjiplakan produk antar-perajin kecil dan menengah di Yogyakarta dinilai cukup tinggi. Konsultan Klinik Konsultasi Bisnis Daerah Istimewa Yogyakarta, Widodo Waluyo, mengatakan sebulan setelah kehadiran produk baru bisa dipastikan akan muncul barang tiruan di pasaran. "Apalagi kalau produknya laku keras," katanya, Rabu, 15 Januari 2014.

Yogyakarta memang pusat perajin kecil. Bentuk produknya bermacam-macam dengan bahan beraneka ragam. Dari kain, kayu, kulit, hingga logam. Selain dipasarkan di tingkat lokal, sebagian produk memiliki pasar ekspor. Sayangnya, kata dia, inovasi penciptaan produk baru cenderung kurang. Di tingkat produk ekspor, misalnya, ada kecenderungan desain produk dari pesanan pembeli, bukan hasil kreasi perajin sendiri.

Salah satu contoh tingginya tingkat penjiplakan, kata dia, adalah produk-produk Dagadu Djokdja. Contoh lain, bentuk produk kerajinan yang dijual di pusat bisnis Yogyakarta itu hampir seragam. "Lihat saja, gantungan kunci bentuknya sama," kata dia.

Direktur Klinik Konsultasi Bisnis DIY, Mohammad Ridwan, mengatakan masalah lain yang dihadapi perajin kecil dan menengah di Yogyakarta adalah sulitnya mendapatkan modal dan pemasaran produk. Dua persoalan itu yang paling kerap dikonsultasikan perajin ke klinik. "Di sini rata-rata ada tiga sampai lima perajin yang datang tiap hari."

Dia mengatakan, banyak perajin kecil berkonsultasi untuk mendapat akses pemasaran. Sementara pusat perdagangan ada di Malioboro, pemerintah juga menggagas kantong-kantong baru untuk memasarkan produk kerajinan Yogyakarta. Salah satunya XT-Square.

Tri Harso Wibowo, perajin boneka tangan, membenarkan penjiplakan lazim ditemui untuk produk yang terbilang laris. "Kalau sudah laku, pasti ada follower-nya," kata pemilik usaha boneka tangan "Kang Bedjo dan Yu Tukini" itu.

Namun, bagi dia, penjiplakan bukan sesuatu yang harus ditakutkan. Sebab, sejak 2009, dia yang memproduksi boneka tangan belum pernah menemukan tiruan produknya. Kalaupun ada, pembeli cenderung menyukai produk asli.


sumber: TEMPO

bener juga sih, sampai sekarang saya belum tau mana produk asli dagadu, banyak yang bilang sana sini, tapi ada yang bilang "bukan, kalo yang itu malah palsu", ga tau deh yang bener dimananya
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive