SITUS BERITA TERBARU

Kisruh Jelang Pemilu, Elit Politik di Aceh Dinilai Tidak Matang Berpolitik

Wednesday, January 22, 2014
BANDA ACEH - Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Aceh Tarmidinsyah menilai, aksi pembakaran mobil Tim Sukses Partai Aceh (PA) dan pengeroyokan massa terhadap kader Partai Nasional Aceh (PNA) yang terjadi di Aceh Utara beberapa waktu lalu, mencerminkan tidak siap dan matangnya para elit politik di Aceh untuk berpolitik dan berdemokrasi.

"Di daerah lain ada aksi merusak alat peraga calon atau partai lain, seperti penurunan spanduk dan baliho. Namun di Aceh intensitasnya lebih tinggi, ada aksi bakar membakar. Aksi pembakaran ini bukan lagi ranah politik tetapi sudah kriminal. Maka diharapkan aparat penegak hukum harus tegas dan jangan memberikan ruang terjadi hal seperti ini lagi. Jika ada aksi membakar maka tangkap dan penjarakan saja sesuai hukum yang berlaku," kata Sekjen DPW PAN Aceh Tarmidinsyah kepada acehonline.info, Rabu (22/1/2014), menanggapi mulai memanasnya suhu politik di Aceh menjelang Pemilu 2014.

Namun yang harus diwaspadai menjelang pemilu 2014, kata Tarmidinsyah, bukan hanya aksi pembakaran alat peraga melainkan menjaga masyarakat agar nyaman untuk memberikan hak pilih sesuai hati nurani mereka bukan karena intimidasi atau paksaan.

"Aparat penegak baik Polri maupun TNI harus mengawal ketat pemilu ini. Jangan terlalu dilepas begitu saja, apalagi Aceh juga baru keluar dari masa konflik," ujarnya.

Selain itu untuk menciptakan Pemilu yang baik di Aceh, Tarmidinsyah menambahkan, diperlukan komitmen para pemimpin partai politik di Aceh untuk dapat bertanggung jawab terhadap kader dan bawahan mereka.

"Jika kader parti A atau B melakukan intimidasi atau kekerasan maka pimpinan partai harus bertanggung jawab, terlepas dia memberikan perintaha atau tidak. Itu sebagai bentuk bahwa dia mampu memimpin atau tidak. Untuk apa jika pemimpin menandatangani Dekrlasi Pemilu Damai tetapi anak buahnya melakukan bakar-membakar. Itu sama saja bohong," ungkapnya.

Selain itu, Tarmidinsyah menambahkan, menjelang pemilu diperlukan peran ulama dan lembaga-lembaga diluar lembaga politik sebagai penengah dalam penyelesaian kisruh politik di Aceh.

"Dengan situasi seperti ini masyarakat juga tidak perlu khawatir. Ini trik politik untuk menakuti masyarakat sehingga suara ini bisa 'dibungkus' nantinya untuk kepentingan peserta pemilu jika pun tidak dipergukan oleh masyarakat. Partai politik manapun bisa melakukan ini, saya tidak menyebutkan partai A atau B. Jadi, jika masyarakat tidak memberikan hak pilih mereka, akan lebih bahaya seandainya hak suaranya disalahgunakan," jelas Tarmidinsyah.

Kepada para elit politik di Aceh, Tarmidinsyah menghimbau agar dapat menempatkan kepentingan daerah atau masyarakat di atas kepentingan partai atau kelompok serta kepentingan pribadi.

"Agar adanya pemilu yang berkualitas, maka para pimpinan partai harus menempatkan prinsip-prinsip demokrasi, menghargai partai atau kelompok lain yang terlibat dalam pemilu ini. Biarlah masyarakat yang menentukan pilihannya," kata pria yang karap disapa Bang Edo ini.

Sementara itu kepada kalangan masyarakat Aceh, Tarmidinsyah juga menghimbau, untuk tidak berlebihan atau euforia menyambut Pemilu 2014.

"Ini bukan pesta demokrasi. Saya tidak setuju Pemilu disebut demokrasi, tetapi yang lebih tepat adalah penyerahan amanah kepada wakil rakyat untuk diperjuangkan di parlemen. Jadi, tidak perlu bertindak hal-hal negatif demi memperjuangkan orang yang mereka dukung," ujar Tarmidinsyah.

"Selain itu, simbol partai bukanlah yang menetukan tetapi lihatlah siapa yang layak untuk dipercayakan atau diberikan amanah untuk ditempatkan di parlemen. Jadi, kita juga harus samakan presepsi bahwa Pemilu ini bukan pesta demokrasi, tetapi penyerahan amanah," tutupnya.(sumber)

Hajarrrrrrr,,,,,,,,,
SHARE THIS POST:
FB Share Twitter Share

Blog Archive