Jokowi itu bekerja .... bukan mangir
Ketika politisi dengan mulut comberan berkilah di televisi-televisi soal Banjir Jakarta, dimana Jokowi diserang melulu, apakah mereka paham bahwa banjir kali ini cepat meresapnya, data juga banyak beredar dan itu resmi, di jaman Fauzi Bowo, banjir ada 78 titik, lalu turun jadi 62 titik, - ini setelah dibangun BKT, sementara di jaman Jokowi, banjir dari 45 titik turun jadi 35 titik.
Dan pengurangan banjir Foke itu itu dilakukan oleh Pemerintah pusat, dan tidak ada kemarahan PU saat Foke menyatakan ada penurunan itu, sementara di jaman Jokowi, dia tidak boleh masuk ke dalam pengerjaan Departemen PU.
Bayangkan dijegal sana sini saja, pengurangan banjir di jaman Jokowi signifikan, bila selama 5 tahun di jaman Foke pengurangan banjir 21% selama 5 tahun (dihitung juga kerjaan Pemerintahan Pusat alias PU), sementara di jaman Jokowi hanya dalam waktu satu tahun menjabat sudah mengurangi banjir sebanyak 44%.
Lalu bagaimanakah dengan Psikologis kehadiran Jokowi di tengah rakyat yang banyak diserang oleh lawan-lawan politiknya sebagai "blusukan tanpa arti". Bandingkan dengan di waktu yang sama SBY meluncurkan buku di gedung mewah, rapat partai di bali di hotel mewah sementara di Manado rakyat bertarung melawan banjir, di Sinabung rakyat hidup susah di pengungsian-pengungsian, SBY secara psikologis gagal untuk melibatkan diri bahwa dirinya "tidak meninggalkan rakyat" sementara Jokowi berangkat jam 6 pagi, pulang jam 11 malam, tidur sebentar lalu jam 2 pagi bangun, kadang jam 3 pagi sudah kontrol tempat di kala warga lainnya masih banyak terlelap tidur....
Ya, mereka bicara di televisi-televisi dengan mudah, karena mereka kaum politisi itu sudah lama lari dari khittahnya, bahwa politisi mendapatkan uang dari transaksi, padahal politisi itu ya seperti Jokowi, menjaga dan melayani masyarakat, mengubah keadaan dan lebih jauh lagi menata kehidupan....
Lalu demikian biadabkah kita terus menerus menghina Jokowi di televisi-televisi dan koran-koran sementara dia bersimbah keringat, mengabdikan hidupnya untuk mengubah Indonesia ?
Sumber : -(Anton DH Nugrahanto)-
Ketika politisi dengan mulut comberan berkilah di televisi-televisi soal Banjir Jakarta, dimana Jokowi diserang melulu, apakah mereka paham bahwa banjir kali ini cepat meresapnya, data juga banyak beredar dan itu resmi, di jaman Fauzi Bowo, banjir ada 78 titik, lalu turun jadi 62 titik, - ini setelah dibangun BKT, sementara di jaman Jokowi, banjir dari 45 titik turun jadi 35 titik.
Dan pengurangan banjir Foke itu itu dilakukan oleh Pemerintah pusat, dan tidak ada kemarahan PU saat Foke menyatakan ada penurunan itu, sementara di jaman Jokowi, dia tidak boleh masuk ke dalam pengerjaan Departemen PU.
Bayangkan dijegal sana sini saja, pengurangan banjir di jaman Jokowi signifikan, bila selama 5 tahun di jaman Foke pengurangan banjir 21% selama 5 tahun (dihitung juga kerjaan Pemerintahan Pusat alias PU), sementara di jaman Jokowi hanya dalam waktu satu tahun menjabat sudah mengurangi banjir sebanyak 44%.
Lalu bagaimanakah dengan Psikologis kehadiran Jokowi di tengah rakyat yang banyak diserang oleh lawan-lawan politiknya sebagai "blusukan tanpa arti". Bandingkan dengan di waktu yang sama SBY meluncurkan buku di gedung mewah, rapat partai di bali di hotel mewah sementara di Manado rakyat bertarung melawan banjir, di Sinabung rakyat hidup susah di pengungsian-pengungsian, SBY secara psikologis gagal untuk melibatkan diri bahwa dirinya "tidak meninggalkan rakyat" sementara Jokowi berangkat jam 6 pagi, pulang jam 11 malam, tidur sebentar lalu jam 2 pagi bangun, kadang jam 3 pagi sudah kontrol tempat di kala warga lainnya masih banyak terlelap tidur....
Ya, mereka bicara di televisi-televisi dengan mudah, karena mereka kaum politisi itu sudah lama lari dari khittahnya, bahwa politisi mendapatkan uang dari transaksi, padahal politisi itu ya seperti Jokowi, menjaga dan melayani masyarakat, mengubah keadaan dan lebih jauh lagi menata kehidupan....
Lalu demikian biadabkah kita terus menerus menghina Jokowi di televisi-televisi dan koran-koran sementara dia bersimbah keringat, mengabdikan hidupnya untuk mengubah Indonesia ?
Sumber : -(Anton DH Nugrahanto)-
